🍁 (46) 🍁

59 11 1
                                    

Saat bangkit dari kursi meja makan, tiba-tiba Rayhan tampak merasa kesakitan hingga badannya kembali terduduk di kursi.

"Ray, lo kenapa?" Arland panik saat melihat Rayhan dengan wajah pucat.

"Bi! Bi Marni tolong!!" Arland sontak memanggil Bi Marni sang asisten rumah tangga.

Bi Marni lari tergopoh-gopoh dari arah dapur. "I-iya, Den."

"Den! Den Rayhan kenapa?" tanya Bi Marni panik.

"Aarrgghh!"

"Ray kita ke rumah sakit." Arland yang hendak membawa tubuh Rayhan, namun dengan cepat ditahan oleh Rayhan.

"G-gak us-ah, Land. L-lo to-long a-ambilin obat gu-e aja di kam-ar," perintah Rayhan dengan terbata-bata.

"Oke, lo tunggu dulu sebentar. Bi, jagain Rayhan bentar."

"Iya, Den cepetan!"

"Ssttt ... aagghhh." Rayhan terus mengerang kesakitan.

"Den jangan buat bibi khawatir." Bi Marni tampak gelisah melihat keadaan Rayhan.

Arland sudah tampak kembali membawa sebotol obat. "Bi! Ambil minum," suruh Arland yang berlari menuruni tangga. Hampir saja ia terjatuh karena kakinya tersandung.

"Aduh Ray, pasti penyakit lo kambuh." Arland bergumam.

"Nih, Den." Bi Marni menyodorkan segelas air putih pada Arland.

Arland mengeluarkan beberapa butir obat pereda nyeri dari botolnya. Lalu, memberikannya pada Rayhan. Dengan cepat Rayhan mengambil alih obat itu dan menelannya, kemudian meneguk air minumnya.

"Udah Ray lo kalo sakit gak usah dipaksain sekolah," ujar Arland.

"Gue gapa-pa k-kok," jawab Rayhan masih dengan napas yang tak beraturan.

"Den, Aden gapapa kan? Bibi khawatir," tanya Bi Marni memastikan.

Rayhan melempar senyum pada Bi Marni. "Rayhan gapapa Bi. Bibi kalo mau lanjut kerja gapapa gak usah ke ganggu."

"Yasudah Den, pekerjaan Bibi masih banyak. Bibi pamit ke dapur lagi, tapi kalo Aden butuh apa-apa bilang aja sama Bibi."

Rayhan mengangguki ucapan Bi Marni.

"Lo serius gapapa?" Arland terus memastikan keadaan Rayhan.

"Serius gue gapapa." Rayhan memcoba bangkit kembali, tapi kali ini perlahan. "Ayo."

"Ray, lo yakin gak mau ngasih tau orang tua lo?" celetuk Arland membuat langkah Rayhan terhenti.

"Percuma Land, mereka gak bakalan peduli. Mereka lebih mentingin pekerjaan dibanding gue." Rayhan hanya bisa tersenyum miris dengan tatapan lurus ke depan.

"Yaudah, kalo ini keputusan lo. Tapi asal lo tau, lo itu gak sendiri. Lo punya gue, temen-temen yang lain, dan Bi Marni juga sayang banget sama lo. Jadi, lo gak usah sungkan buat cerita sama gue. Gue siap dengerin," ucap Arland.

"Makasih Land. Tapi gue minta tolong sama lo, lo jangan kasih tau siapapun tentang penyakit gue. Termasuk Alea, sama temen-temen yang lainnya. Lo bisa kan jaga rahasia ini?"

Arland mengangguk, "Oke, gue gak akan bilang semua ini ke siapa-siapa."

"Thank's. You are the best my friend," ujar Rayhan.

**

"Oke, gue tunggu info selanjutnya dari lo."

" .... "

"Kak Vino," panggil Alea dari belakang.

Vino terkejut dan dengan cepat ia mematikan sambungan teleponnya, lalu beralih menghampiri Alea.

"I-iya, ada apa Al?"

"Kak Vino kenapa? Sakit?" tanya Alea memastikan. Karena Alea melihat raut wajah gugup Vino dan keringat dingin yang bercucuran.

Vino menggeleng cepat, "Eng-enggak kok."

"Oh, yaudah." Alea mangut-mangut.

"Kamu ngapain di sini?" Vino tampak menaikkan sebelah alisnya.

"Oh, tadi aku gak sengaja lewat sini dan ngeliat kakak." Alea tersenyum tipis. "Eh ngomong-ngomong, tadi kakak teleponan sama siapa?" lontar Alea membuat Vino tersedak air liurnya sendiri.

"Itu, tadi sodara. Iya sodara," jawab Vino sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Eumm, gitu yah?"

Vino mengangguk.

"Yaudah kalo gitu aku ke kelas yah, bayy ...." Alea melambaikan tangannya pada Vino sebelum pergi.

Vino membalas lambaian tangan Alea. "B-baayy ...."

'Huuhh ... untung dia gak denger.' Vino mengembuskan napasnya lega.

-
-
Rooftop SMA Harapan Bangsa
-
-

Rayhan, Arland, Bima, Dion, Kania, Fira beserta Alea saat ini tengah berkumpul di rooftop gedung sekolah. Mereka tengah berpikir keras untuk menemukan ide yang pas untuk mencari tahu dalang dari penculikan Alea kemarin.

"Jadi gimana? Udah ada ide?" Arland membuka suara.

Semuanya hanya menggeleng pelan.

"Sebelumnya sorry, apa ada seseorang yang kalian curigai?" tanya Kania di tengah-tengah keheningan.

Mereka tampak berpikir kembali. "Jujur sih, sebenernya gue curiga sama si Audi and the geng. Gimana enggak curiga coba, secara kan dia gak suka sama Alea dan yang selama ini sering gangguin Alea yah dia." Fira berujar.

Dan ucapan Fira barusan membuat semua teman-temannya brralih menatap dirinya.

"Ke-kenapa? Gue salah yah?" Fira mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali.

"Enggak kok, kamu gak salah." Bima meraih tangan Fira dan menggenggamnya.

"Lo berdua bisa gak, bucin-bucinan nya nanti aja?" lontar Kania.

"Sirik aja lo!" dengus Bima menatap sebal Kania.

"Udah-udah, lo semua bisa serius gak!" Rayhan menatap tajam teman-temannya. "Dan apa yang di bilang Fira barusan masuk akal," lanjut Rayhan.

"Iya juga sih," ucap Kania.

"Tapi, kita gak boleh asal nuduh. Kita harus cari bukti kalo emang Audi yang ngelakuin itu semua," kata Alea menegaskan.

'Bisa-bisanya lo ngomong gitu Al. Sedangkan, lo sendiri terus-terusan nyalahin gue tanpa alasan.' Rayhan membatin. Ia hanya bisa tersenyum miris.

"Ray?" panggil Arland yang sedari tadi memerhatikan Rayhan.

"Rayhan," panggilnya kembali.

"Hmm, a-apa?" Arland berhasil membuyarkan lamunan Rayhan barusan.

"Lo oke?"

"Gue oke kok Land," jawab Rayhan sembari tersenyum tipis ke arah Arland.

'Gue gak yakin kalo lo baik-baik aja Ray,' lirih Arland dalam hati.

Mereka kembali berpikir, bagaimana caranya agar mereka memastikan bahwa Audi ikut atau tidaknya dalam penculikan itu.

"Ahaa!" pekik Fira tiba-tiba.

Bima yang duduk di samping Fira terlonjak kaget. "Eh ayam-ayam-ayam!"

"Lo bisa gak sih gak usah ngagetin gitu?"

"Tau ih kamu mah," ujar Bima sembari mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah maaf-maaf deh." Fira nyengir menampakan gigi kelincinya.

"Yaudah lo mau ngomong apa?" Arland bertanya.

"Jadi, gue punya edi!"

"IDE!" ujar semuanya bersamaan.

"Nah, iya itu."

"Ide apa?"

"Ide nya ...."

***

Ide nya nanti di part selanjutnya yah😭

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang