🍁 (50) 🍁

49 7 0
                                    

Kini, Rayhan dan teman-temannya berada di ruangan yang sama. Tangan dan kaki mereka di ikat.

"Lepasin! Lepasin kita!" teriak Fira dan Kania.

"Dasar cewek busuk!" Arland mengumpat kesal.

"Terserah kalian mau bilang apa! Yang pasti, gue gak bakal lepasin kalian. Kalian pikir gue bodoh, hah? Gue gak sebodoh kalian! Gue gak bisa di tipu oleh rencana murahan kalian. Hahaha!!" ungkap Audi. Setelah itu disusul tawa iblisnya.

"Hati lo terbuat dari apa sih? Lo itu manusia atau iblis?" bentak Rayhan dengan napas terengah-engah menahan amarah.

Audi mendekat dan menghampiri Rayhan. Ia berjongkok tepat di hadapan wajah Rayhan. Ia membelai wajah Rayhan yang sudah dipenuhi luka lebam dan sebagainya, "Sssttt ... Lo gak usah banyak ngomong Rayhan. Gue gini karena lo!"

Plak!

Audi menampar keras pipi Rayhan. Teman-teman Rayhan terkejut bukan main.

"Audi! Lo gila ya?" bentak Kania sambil terus memberontak berusaha melepaskan ikatan tangannya.

"Iya! Gue gila! Kenapa? Sekali lagi kalian berontak, nyawa sahabat tercinta kalian habis!" Audi mengancam. Ia memperlihatkan foto Alea yang tengah dibawa paksa oleh Vino.

"Kurang ajar lo! Berani-beraninya—"

Bugh!

Salah satu anak buah Audi menendang keras perut Rayhan. Hingga Rayhan terbatuk dan mengeluarkan sedikit darah.

"Rayhan!" pekik semua temannya bersamaan.

"Masih mau ngelawan?" Audi melemparkan senyum jahatnya.

"Keterlaluan," mereka hanya bisa mengumpat. Jika mereka terus berontak, bisa-bisa nyawa mereka akan habis di sini.

"Jagain mereka, jangan sampe lepas." Setelah itu Audi pergi dari ruangan itu.

**

"Kak Vino! Kamu mau bawa aku ke mana? Turunin aku sekarang! Turunin!" Alea memekik di dalam mobil.

"DIAM!" bentak Vino membuat Alea dibuat kaget.

"Kalo gue gak bisa milikin lo, orang lain juga gak bisa Alea!" tegas Vino menatap tajam Alea.

Alea mulai ketakutan. Ia harus apa sekarang, "Ma-maksud Kak Vino apa?"

"Lo diem, duduk manis aja. Karena, sebentar lagi lo bakal jadi milik gue Alea!"

'A-apa maksudnya. Enggak, gue gak bisa diem aja. Gue harus kabur,' ucap Alea dalam hatinya.

Alea beralih menatap Vino. "Berenti gak?"

"Berenti! Gue bilang berenti!"

"Oke, kalo lo gak berenti, gue lompat!"

Vino melirik Alea dengan tatapan kesal. "Silahkan lompat kalo lo gak sayang sama nyawa lo lagi."

Tangan Alea meraih gagang pintu mobil. Namun, dengan cepat Vino malah mencekal kasar pergelangan tangan Alea.

"Lo jangan macem-macem sama gue." Vino menyeringai.

"Lepasin gue!"

Tangan kanan Vino tetap memegang setir dan tangan kiri nya mencekal Alea. Alea masih berusaha keluar dari dalam mobil itu.

"Lepasin gue!" Alea masih berusaha melepaskan cekalan tangan Vino. Sedangkan Vino malah semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, hingga Alea semakin takut jika berlama-lama dengan laki-laki itu.

"Kalo kita gak bisa bersama, seenggaknya kita mati bersama." kalimat yang terlontar dari mulut Vino berhasil membuat Alea semakin ketakutan.

"Enggak! Lo aja yang mati, karena lo jahat!" Alea merebut setir mobil yang dikendarainya dan Vino.

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang