🍁 (44) 🍁

51 10 7
                                    

"Kenapa sih, susah banget nih lidah. Tinggal bilang 'Fir, gue suka sama lo' gitu doang, malah berbelit-belit. Gagal deh jadinya," beonya sebelum menyadari Fira yang ia tinggal di dalam sana.

"Astaghfirulloh! Si Fira gue tinggal di dalem," pekiknya. Setelah itu bergegas mencari Fira.

"Fir!"

"Apa," sahut Fira yang berada tepat di belakangnya.

"Syukur deh kalo lo gak ilang."

"Apaan sih gak jelas." setelah itu Fira pergi mendahului Bima.

"Fir tunggu!" Bima menyusul Fira.

"Hey, tunggu. Cepet banget sih jalannya." Bima mensejajarkan langkahnya.

"Kok cemberut gitu? Jadi gemes deh, pen gigit."

"Apaan sih, sana ah jangan ngikutin." Fira berusaha mempercepat langkahnya.

"Jangan galak-galak dong, nanti cantiknya ilang." Bima terus menggoda Fira.

Fira sudah tersipu malu. "Bima ih! Ja-"

"Apa?"

"Tau ah, ngeselin!" Fira berlari menimggalkan Bima. Tapi,

"Fir!" panggil Bima dengan keras membuat Fira menghentikan langkahnya.

"Aku suka sama kamu." kalimat itu lolos begitu saja dari mulut Bima.

Deg!

'A-apa? Dia barusan bilang apa? Gak, gak mungkin lo salah denger.' Fira menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa? Gak denger?" Bima mendekat menghampiri Fira. "Aku ... suka ... kamu. Kamu mau jadi pacar aku?" ulang Bima.

Sekarang Fira sekarang merasa percaya jika dirinya sedang tidak salah dengar.

Bima membalikkan tubuh Fira agar menghadapnya. Kemudia ia meraih tangan Fira dan menggenggamnya erat.

"Shafira Adhijaya. Aku, Bima Abian Adisson, mencintaimu dengan segala kekuranganku. Apakah kamu bersedia menerimaku dengan segala kekuranganku ini?" ungkap Bima dengan tatapan penuh arti.

Fira tak lepas menatap Bima. Tatapan dan ucapan Bima barusan sangat menyentuh hati Fira.

"Bi-bima serius, cinta sama Fira?" tanya Fira terbata-bata.

"Lihat lebih dalam tatapan Bima. Apakah Fira melihat ada kebohongan di sana?" lontar Bima.

Fira menggeleng pelan.

"Jadi, apa Fira mau jadi pacar dari cowok sekonyol dan se-bego Bima?" ungkap Bima yang menunggu jawaban dari Fira.

"TERIMA!"

"TERIMA!"

"TERIMA!"

Tanpa di sadari, orang-orang yang berada di rumah sakit berkumpul menyaksikan adegan 2 orang remaja yang tengah mengungkapkan perasaan cintanya itu.

"So, yes or no?"

"Emm ... aku mau, Bim." Fira tersenyum pada Bima. "Aku juga cinta sama kamu," ungkapnya malu-malu.

Namun, menurut Bima jawaban Fira barusan adalah kejutan manis baginya. Karena ternyata, orang yang ia cintai juga mencintainya. Jadi, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan seperti Rayhan. Meski begitu, Bima dan kawan-kawannya selalu berdoa yang terbaik untuk Rayhan. Apapun yang membuat Rayhan bahagia, mereka pasti akan ikut bahagia.

"Serius, Fira mau jadi pacar Bima?" tanya Bima memastikan.

Fira mengangguk antusias.

"Jadi, kita ...." ucapan Bima dipotong Fira, "Iya, kita pacaran."

Prok! Prok! Prok!

Mereka semua memberikan tepuk tangan pada Bima dan Fira yang baru saja menjadi seorang kekasih.

"Nyusul temen-temen yuk?" ajak Bima lalu mengulurkan tangannya di hadapan Fira. Dengan senang hati Fira menerima uluran tangan itu, "Ayo."

***

"Assalamu'alaikum, epribadehh!" seru Bima yang masih mengandeng tangan Fira.

"Ke mana aja lo," sewot Arland.

"Apaan sih," cicit Bima tak suka.

"Ekhem, tumben-tumbenan nih kayak lem. Nempel terus gak lepas-lepas," sindir Kania yang menyadari jika tangan mereka daritadi tidak terlepas.

"Wah, bener juga lo." Arland yang baru tersadar ikut menyinyiri mereka.

Sedangkan Rayhan hanya diam memperhatikan saja.

"Oke-oke, tenang dulu wahai sodara-sodara biar saya jelaskan. Jadi, kita berdua udah jadi couple. Iya kan By?" ujar Bima sembari mencubit pipi Fira.

Fira mencubit hidung mancung milik Bima kekasihnya. "Yap! Betul sekali."

"Weks, mo muntah." Arland mengekspresikan mukanya seolah-olah sedang jijik dengan sesuatu.

"Sirik lo?" cibir Bima.

"Udah-udah, lo pada bisa diem gak! Gue pusing nih," sentak Rayhan sembari memijat pelipisnya.

"Sorry, Ray."

"Hmm." gumam Rayhan.

"Oh, iya. Ngomong-ngomong lo kenapa sampe bisa kayak gini, Ray?" lontar Kania.

"Gue habis nolongin Alea yang hampir dipukul pake tongkat base ball," jawab Rayhan.

"What! Lo serius?" pekik Fira terkejut.

"Iya. Jadi, tadi Alea diculik. Dia diikat di pohon deket kuburan, dan waktu gue pulang ziarah dari makam Rafka, gue gak sengaja liat dia."

"Terus, lo tau siapa yang ngelakuin itu ke Alea?" tanya Kania kembali.

Rayhan menggeleng, "Mereka pake topeng terus pake alat penyamar suara juga."

"Sialan, rapi banget tuh orang. Tapi kita harus cari tau, jangan sampe dia nyulik Alea lagi. Atau bahkan kita nantinya," ujar Kania geram.

"Gue setuju sama lo," sahut Aralnd.

"Yaudah nanti kita tinggal susun rencana aja," ucap Rayhan yang diangguki teman-temannya.

•••

"Bang," panggil Alea yang masih mengunyah makanan nya.

"Hmm."

"Kak Mawar itu orangnya gimana sih?"

"Mawar ... dia orangnya humble, ramah, perhatian, penyayang, mudah berbaur, dan cantik juga."

"Emm, iya juga sih. Keliatan dari muka nya," ujar Alea yang masih sibuk mengunyah mie samyang nya.

"Hebatkan abangmu ini." Kevun membanggakan dirinya sendiri.

"Ck, kalo aku jadi Kak Mawar, gak bakalan aku terima cowok kayak ab-"

"Uhukk! Uhukk!" Alea terbatuk-batuk.

"Nah, kan. Gini nih kalo gak sopan sama yang lebih dewasa. Keselek kan, keselek samyang lagi. Hahaha," ejek Kevin yang melihat muka adiknya sudah memerah.

"Ssshhh ... haahh ... pedess!" pekiknya.

"Nih, gue ambilin minum." Kevin menyodorkan segelas air putih pada Alea.

"Huuhh ... aduh, sakit nih tenggorokan."

"Makanya lain kali jangan suka begitu sama yang lebih dewasa, kena batu nya kan."

"Iya abangku yang paling ganteng," sinis Alea.

"Akhirnya matamu terbuka," ucap Kevin seolah-olah terharu.

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang