🍁 (39) 🍁

59 13 8
                                    

'Maafin gue, gue udah keterlaluan sama lo. Gue udah coba maafin lo, tapi rasanya susah banget. Gue masih belum ikhlas Ray!'
Lirih Alea dalam hati.

Alea berjalan melewati koridor-koridor kelas dengan lesu. Tiba-tiba Alea berpapasan dengan Audi. Dengan sengaja, Audi menyenggol bahu Alea dengan keras hingga terhuyung ke belakang.

"Lo sengaja nyenggol gue?!" pekik Alea tak terima jika Audi terus-terusan mengganggunya.

"Kalo iya kenapa? Mau marah? Sini kalo berani!!" sentak Audi mendekat ke arah Alea.

"Sini lo! Jangan mentang-mentang lo kakak kelas gue, gue takut gitu? Nggak yah!!" geram Alea.

"Lo bisa apa?" Audi menyeringai.

"Gue bisa buat lo sampe muntah paku!" ucap Alea ringan.

Audi tersedak air liurnya sendiri. "Beraninya maen gituan. Kalo berani pake tangan kosong dong!!" sentak Audi yang agak merinding dengan ucapan Alea barusan.

"Ngomong aja sok jago! Beraninya maen keroyokan, payah!!" ejek Alea membuat Audi semakin geram.

Emosi Audi semakin memuncak. Namun ia berusaha menahannya, ia harus main halus dengan Alea.

"Liat aja gue gak bakal biarin lo seenaknya sama gue!!" ancam Audi lalu pergi dari hadapan Alea.

"CEMEN!!" Teriak Alea penuh kemenangan, hingga membuat Audi menoleh dan menatapnya tajam.

Di tempat lain ....

"Awas aja lo Alea gue gak bakal biarin lo seenaknya sama gue!!" Audi mengepalkan tangannya kuat.

"Lo kenapa, Di?" tanya Mheta beserta Bianca di belakangnya.

"Kalian harus bantuin gue buat kasih pelajaran sama si cewek kurang ajar itu," ucap Audi kepada Mheta dan Bianca.

"Lo tinggal bilang aja apa rencananya. Kita pasti bantu kok," ujar Mheta yang dibarengi dengan anggukan Bianca.

**

"Halo, Yah."

"Ngapain kamu telfon-telfon Ayah?"

"Enggak Yah, Rayhan cuman kangen sama Ayah sama Bunda."

"Kalo gak penting Ayah tutup telfon nya, Ayah lagi sibuk."

"T-tapi Yah ...."

Tuuttt ... Tuuttt ....

"Rayhan kangen sama Ayah sama Bunda," lirih Rayhan.

Rayhan melangkahkan kakinya ke arah jendela balkon. Ia menatap langit malam yang dihiasi bintang-bintang bersinar.

"Apa Ayah sama Bunda udah gak sayang lagi sama Rayhan. Sejak Rafka meninggal beberapa bulan lalu, kalian gak pernah pulang. Apa Ayah sama Bunda udah gak peduli lagi sama Rayhan?" Rayhan berbicara pada dirinya sendiri dengan mata yang lurus ke depan dan senyuman yang tersungging di sudut bibirnya.

Jam dinding menunjukkan pukul 00.50. Rayhan tidak bisa tidur, ia masih sibuk bergelut dengan isi kepalanya sendiri. Tiba-tiba Rayhan teringat pada Alea, ia berniat untuk pergi ke rumah Alea. Dengan cepat ia menyambar jaket dan kunci motornya, dan bergegas turun ke bawah.

Karena di rumah ia hanya tinggal bersama pembantu dan satpamnya, jadi ia mudah untuk keluar masuk rumah. Apalagi jam segini mereka sedang tertidur pulas.

Rayhan berjalan mindik-mindik agar tidak ketahuan, ia membuka kunci pintu dan menutupnya kembali. Ia mengeluarkan motor sport kesayangannya dari dalam garasi, lalu mendorongnya sampai keluar pagar rumah. Setelah merasa semuanya aman, ia menstater dan melajukan motornya.

Setelah beberapa saat menempuh perjalanan ke rumah Alea, akhirnya ia telah sampai di depan pagar rumah Alea. Rayhan memarkirkan motornya di depan pagar, setelah itu ia memanjat pagar halaman belakang rumah. Satu kali panjatan sukses membuat Rayhan sampai di atas, untung saja pagar rumah Alea terbuat dari besi yang modelannya tidak membahayakan Rayhan.

Kemudian ia melompat turun ke bawah, ia bergegas menuju balkon kamar Alea. Pijakan demi pijakan ia lewati hingga akhirnya ia sampai di atas balkon kamar Alea. Ia mengintip Alea dari luar jendela, ia melihat Alea tengah tertidur di atas kasur miliknya. Rayhan mencoba menarik gagang pintu balkon kamar Alea, dan ternyata tidak dikunci. Mungkin Alea lupa untuk menguncinya.

Rayhan menghampiri Alea yang tengah tertidur pulas. Ia berjongkok di samping ranjang Alea, lalu mengelus pipi Alea dengan lembut.

"Al, gue kangen lo yang dulu. Yang selalu bersikap manis ke gue, ngintilin gue, bikin gue ketawa, pokoknya gue kangen semua itu Al. Gue pengen lo kembali ke sikap lo yang dulu, gue capek dicuekin lo terus, gue capek dijauhin lo, gue juga capek kalo lo maki-maki gue terus. Buka mata lo Al, gue sayang tulus sama lo. Meski gue tau, lo gak pernah ada rasa sama gue." Rayhan mengeluarkan semua isi hatinya di depan Alea yang tengah tertidur pulas, sampai-sampai ia menitikan air matanya.

Rayhan menyeka air matanya yang sempat keluar tadi, ia bergegas untuk pulang. "Al, gue pulang dulu yah. Gue harap suatu hari nanti lo bisa sadar kalo gue tulus sama lo," Ucap Rayhan sembari mengecup kening Alea dan menutupi tubuh Alea dengan selimut. Setelah itu ia pergi meninggalkan Alea yang tengah tertidur pulas.

Rayhan turun dari balkon. Namun saat melompat ke bawah, kaki Rayhan terkilir.

"Aaghhh ...." ringisnya. Namun dengan cepat ia membekap mulutnya agar tak ada yang mendengarnya.

Rayhan mencoba bangkit kembali. Walaupun kakinya saat ini terasa linu, yah mungkin lebih baik menahan rasa sakit di kaki daripada harus menahan rasa sakit dibatinnya.

Rayhan memanjat pagar dengan hati-hati dengan sisa tenaganya, sampai akhirnya ia berhasil keluar dari rumah Alea. Beruntung saja, besok hari libur. Jadi ia bisa mengistirahatkan kakinya seharian.








RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang