🍁 (49) 🍁

37 8 0
                                    

'Sekali ular tetap ular. Gak akan berubah jadi kelinci yang lucu dalam sekejap'

-RALEA-

•••

Kini mereka tengah berkumpul di rumah Rayhan setelah pulang sekolah tadi. Kebetulan ujian mereka hari ini telah selesai.

"Apa aja yang lo dapet, Land?" tanya Rayhan bebarengan dengan yang lainnya.

"Gue dapet ini." Arland menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan hasil jepretan fotonya tadi. Dalam foto tersebut memperlihatkan isi chat Audi dengan dua orang yang nomornya tak dikenal.

Mereka membaca isi chat Audi lewat pinsel Arland dari awal hingga selesai. Dan dugaan mereka benar. Kenapa? Karena Audi ikut terlibat dalam kasus ini. Tapi, siapa dua orang dengan nomor tak dikenal itu?

"Ck, sialan." Dion berdecak.

"Dari awal gue udah punya
feeling ke dia kuat banget," geram Fira.

Rayhan mengepalkan tangannya kuat hingga urat-urat tangannya ikut menegang. "Anjing! Sampe gue nemuin dua orang itu, gue abisin."

"Dasar pengecut." Kania tersenyum hambar.

Alea tampak biasa saja. Bukan apa-apa, dia sudah tak kaget lagi jika benar yang melakukan aksinya waktu itu adalah Audi dan anak buahnya. "Firasat gue gak mungkin salah," ucapnya enteng.

"Dan ada satu hal lagi yang harus gue jelasin," ujar Arland.

"Apa, Land?"

"Jadi gini, tadi gue sempet chat dua nomor itu pake kontak cadangan gue. Gue suruh mereka buat ketemuan di suatu tempat. Kalo misalnya mereka gak mau, gue ancem bakal lapor polisi. Dan alhasil dua orang itu nge-iyain," jelas Arland sembari memperlihatkan 2 buah kontak telepon tersebut.

"Kita ketemu jam berapa?" tanya Rayhan memastikan.

"Kita ketemu sore ini, di taman deket jalan Merpati."

"Oke."


"Eh, gue ke depan bentar yah. Mau ngangkat telepon," ucap Alea meminta izin pada teman-temannya. Setelah itu ia berdiri dan berjalan agak menjauh dari mereka.

"Halo?"

"Al, lu di mana?" tanya Kevin dari seberang sana.

"Emm, gue lagi kumpul sama temen-temen nih."

"Lo mau ikut gak?"

"Ke mana?"

"Kita mau ke rumah Nenek."

"Sekarang?"

"Ya iyalah, masa tahun depan."

"Emm ... Gue gak ikut deh."

"Serius lo?"

"Iya serius."

"Yaudah, hati-hati di rumah. Kunci pintu, kunci jendela kalo lagi gak ada siapa-siapa. Jangan buka pintu kalo ada orang gak dikenal. Jangan—"

"Iya ihh abangku, bangsatku."

"Heh! Mau gue kutuk jadi kodok lo? Pokoknya kalo ada apa-apa, telepon aja. Bayy!"

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang