🍁 (55) 🍁

74 7 0
                                    

"Seneng banget deh bisa liat kalian lagi,"ujar Alea sembari memeluk teman-temannya .

"Kita juga seneng, karena lo bisa lihat kita lagi."

"Emm ... Ngomong-ngomong R-Rayhan mana?" tanya Alea secara tiba-tiba.

"Oh, katanya dia nyusul orang tuanya ke Bogor. Iya kan Land?" jawab Fira sembari menunggu jawaban pastinya dari Arland.

Namun Arland tak kunjung menjawab. Ia malah sibuk dengan lamunannya. "Arland!" Fira berteriak dekat telinga Arland hingga si empunya terkagetkan.

"H-ha a-apa?"

"Lo kenapa sih? Kita lagi ngomong sama lo loh."

Arland menggeleng. "E-enggak kok."

"Barusan Alea nanyain Rayhan, dan gue jawab kalo Rayhan nyusulin orang tuanya. Iya kan?" ulang Fira.

"I-iya bener," jawab Arland. Namun, entah kenapa rasanya ada yang aneh. Arland bersikap tidak seperti biasanya, berbicara pun terbata-bata. Tidak seperti Arland yang jawabannya selalu spontan.

Alea mengembuskan napasnya. "Padahal gue mau minta maaf sama Rayhan."

"Semuanya, gue izin keluar dulu." Arland pergi dari ruangan Alea. Entah apa yang sedang ia pikirkan, tapi dari raut wajahnya terlihat ada aura kesedihan di sana.

"Si Arland kenapa sih? Kok gak kayak biasanya?" Dion membuka suara.

Semuanya menggeleng. Mereka tak tahu apa yang sedang Arland rasakan.

"Halo, asaalamualaikum Om, Tante."

" ...."

"Apa kalian gak mau pulang?"

" ...."

"Kalian gak ingat Rayhan?"

" ...."

"Maaf Om, Tante. Tapi Arland cuman mau bilang, kalo kalian memang sayang sama Rayhan kalian pulang sekarang juga."

" ...."

"Apakah pekerjaan kalian lebih penting daripada anak kalian sendiri?"

" ...."

"Oke, maaf kalo Arland gak sopan. Tapi jangan salahin Arland atau siapapun kalo kalian nyesel."

"Pulang sekarang, atau kalian bakal menyesal untuk selamanya."

Setelah mengatakan itu Arland mematikan sambungan teleponnya. Lalu ia berbalik dan terkejut atas kehadiran Kania di hadapannya. "Maksud lo apa Land?"

Arland hanya diam. Ia tak berani menjawab pertanyaan Kania.

"Arland jawab."

"Lo bilang ke kita kalo Rayhan nyusul orang tuanya ke Bogor. Tapi barusan lo ...."

"Jelasin Arland!" bentak Kania sembari memukul lengan Arland.

"Kan te-tenang dulu. Sebenarnya ...."

**

Orang tua Alea, Kevin, Arland dan Kania memasuki ruangan Alea dengan ekspresi tak biasa. Alea bingung, sebenarnya ada apa? Dan kenapa dengan mereka?

"Mah, pah, Kak Kevin, Arland, Kania. Ka-kalian kenapa kok sedih?" Alea memberanikan diri untuk bertanya.

Kania terisak kembali, sedangkan Arland matanya jelas terlihat sembab. Namun mereka berusaha menyembunyikan kesedihannya dulu.

"Kan, lo kenapa? Lo nangis? Siapa yang bikin lo nangis? Lo juga Land, lo kenapa?" tanya Alea secara berturut-turut.

Alea semakin bertanya-tanya, ditambah orang tuanya dan teman-temannya tidak menjawab pertanyaannya.

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang