"Tunggu, bukannya itu Alea yah?" Fira menepuk bahu Kania agar Kania melihatnya.
"Mana?" Kania menoleh.
"Itu." Fira menunjuk seseorang yang sedang berjalan di koridor rumah sakit.
"Kania menyipitkan matanya saat mendapati orang tersebut. "Eh, lo bener juga."
"Nah. kan. Itu beneran si Alea bukan yah?"
"Samperin yuk?" ajak Kania seraya menarik tangan Fira.
"Yuk."
"Gue harus pulang, bentar lagi mau maghrib. Nanti Bang Kevin marah lagi," monolog Alea setelah mengecek jam yang membalut pergelangan tangannya.
Saat ingin mempercepat langkahnya, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari belakang. Dan suara itu tidak asing lagi ditelinga Alea. Yapp, itu suara cempreng Fira dan Kania.
"Alea!" panggil mereka yang masih berada tepat di belakang Alea.
Alea menoleh, "Kania, Fira?"
"Lo mau ke mana?" tanya Kania sedangkan Fira masih berusaha mengatur napasnya.
"Pulang," jawab Alea dengan tatapan tak mengerti.
"Nah, terus lo ngapain di sini?" kini giliran Fira yang bertanya.
"Emm ... itu, gue abis jenguk anak tetangga gue."
Mereka hanya mangut-mangut percaya. "Oh, gitu yah."
Alea mengangguk, "Terus kalian?"
"Oh, gue mau juga mau jenguk tante gue. Katanya dia dirawat di sini," ujar Kania sembari menunjukkan senyuman khasnya.
"Yah, Kan. Sorry yah, gue gak bisa jenguk tante lo. Gue harus pulang," lirih Alea.
"Udah gapapa, gue ngerti kok. Lagian gue udah ditemenin Fira kok."
"Iya, betul sekali." Fira mengacungkan jempolnya.
"Yaudah kalo gitu gue duluan, yah. Bay!" pamitnya. Setelah itu Alea melambaikan tangannya ke arah Fira dan Kania.
"Bayy!!" balas mereka.
**
"Nih, Bang. Ambil aja kembaliannya," ucap Alea sembari menyodorkan selembar uang berwarna biru kepada abang ojol.
"Makasih, Neng."
Alea bergegas memasuki kediamannya dan keluarga.
"Assalamu'alaikum! Alea pulang."
"Hello epribadeh!" Alea berjalan sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.
"Eh, itu siapa?" monolog Alea. Ia menghampiri 2 orang yang tengah duduk santai sembari sesekali mengobrol.
Alea berdehem, "Ekhemm."
Kevin dan seorang perempuan berparas cantik dan manis itu menoleh. "Alea?" gumam Kevin.
"Adeknya dari tadi ngucapin salam, manggil-manggil, gak ada yang nyaut. Eh, ternyata lagi asik-asikan sama cewek." Alea berdecak sebal.
"Alea, jangan ngomong gitu. Tadi kakak gak denger," jelas Kevin.
"Iya-iya maaf," ungkap Alea mengalah. "Eh, iya. Ini siapa yah Kak?" lanjut Alea bertanya pada kakaknya.
"Oh, ini. Kenalin ini pacar Kakak, namanya Mawar." Kevin memperkenalkan perempuan yang duduk di sampingnya pada Alea.
"Pacar? Sejak kapan Kak Kevin punya pacar?" Alea mengernyitkan dahinya heran.
"Gini-gini juga muka Kakak kamu ini tampan mempesona, banyak cewek-cewek yang ngejar. Tapi Kakak lebih milih Mawar yang cantiknya luar dalam," ungkap Kevin dengan penuh perasaan.
"Oh."
Mawar mengulurkan tangannya pada Alea. "Hai. Kamu pasti Alea, adiknya Kevin. Kenalin aku Mawar," ucap Mawar sembari tersenyum ramah.
Alea menjabat tangan Mawar, "Halo Kak Mawar. Aku Alea, salam kenal yah."
"Ternyata kamu asik juga yah," kekeh Mawar.
"Jelas dong," balas Alea dengan cengiran khasnya.
"Udah-udah. Mending kamu mandi dulu sana, bau asem tau." Kevin mengendus tubuh adiknya setelah itu menutup hidungnya.
"Dih, sembarangan!"
•••
"Halo?"
"....."
"Gue lagi di rumah sakit."
"....."
"Serius?"
"....."
"Oh, oke-oke. Gue sama Kania ke sana sekarang."
Fira mematikan sambungan telepon nya, lalu menaruh kembali ponsel miliknya ke dalam tas.
"Kenapa, Fir?"
"Barusan kata Bima, mereka juga lagi di sini."
"Ngapain di sini? Ganti tongkrongan?" celetuk Kania ngasal.
"Gue belum selesai ngomong astaga." Fira memutar bola matanya, "Jadi, mereka habis nemenin Rayhan."
"Si Rayhan kenapa?"
"Gak tau sih, belum di kasih tau. Mending langsung ke sana aja yuk?" ajak Fira.
"Yaudah, ayo."
"Eh, bentar-bentar!" tiba-tiba Fira menghentikkan langkahnya.
"Apalagi sih, tadi katanya ayo."
"Itu kan trio curut sama Rayhan," ucap Fira sembari menunjuk ke arah mereka.
"Eh, iya."
Langsung saja mereka menghampiri Rayhan dan kawan-kawan. "Eh, kalian mau ke mana?" tanya Fira.
"Pulang."
"Kok pulang? Emang lo udah gapapa Ray?" tanya Kania yang melihat Rayhan tampak menahan sakitnya.
"Gue gapapa kok," jawab Rayhan.
"Gimana ceritanya sih?" tanya Fira yang penasaran.
"Nanti aja yah ceritanya di rumah si Rayhan, kasian dia harus istirahat." Bima tersenyum.
Fira mengulum senyumnya. 'Aduh, Bim. Lo kenapa sih bikin jantung gue maraton,' batin Fira.
"Kita boleh ikut, nih?" tanya Kania.
"Boleh dong," jawab mereka bersamaan, terkecuali Dion. Ia selalu merasa tak nyaman jika ada Kania di sekitarnya.
"Emm ... lo pada jalan duluan aja yah. Gue mau ada yang diobrolin sama Fira," ucap Bima.
"Oke, kalo gitu kita duluan."
"Hmm."
Setelah merasa mereka sudah pergi, Bima langsung menarik lembut pergelangan tangan Fira.
"E-eh mau ke mana, Bim?" Fira sontak terkejut.
Bima melontarkan senyum pada Fira, "Udah ikut aja."
Fira menurut, ia mengikuti saja ke mana Bima membawanya. Mereka melewati koridor-koridor rumah sakit tanpa ada percakapan, mungkin hanya saling melontarkan senyum saja. Itu pun diam-diam.
Sampai akhirnya Bima menghentikkan langkahnya di depan ruangan kamar mayat.
"Kenapa berhenti?" tanya Fira menaikkan sebelah alisnya.
"Aku mau ngomong sesuatu," ucap Bima membuat Fira menahan tawanya.
"Kenapa jadi aku-kamu an sih?" kekeh Fira.
"Jangan diketawain napa, Fir." Bima mengembuskan napasnya.
"Iya-iya, sorry. Yaudah lo mau ngomong apa?"
"Em ... a-aku ... aku itu Fir. Eumm, apa yah? Gak jadi deh lupa," geram Bima pada dirinya sendiri. Setelah itu pergi meninggalkan Fira yang masih di depan kamar mayat.
"Lo mau ngomong apa sih sebenernya, Bim. Jangan sampe gue berharap sama lo," monolog Fira setelah itu pergi menyusul Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
RALEA (Tahap Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA DAN VOTE SETELAH MEMBACA] ⚠DON'T COPPY MY STORY⚠ __________________________________________________ Terjebak diantara 2 cinta memang sangat sulit, sama halnya dengan yang di alami seorang gadis berparas cantik satu ini. Ia...