🍁 (48) 🍁

47 9 3
                                    

Ini hari kedua di mana Rayhan harus mencari salah satu petunjuk tentang kasus penculikkan dan kekerasan pada Alea waktu itu. Kenapa gak lapor polisi aja sih? Gak segampang itu. Kita harus punya bukti kuat, kita gak boleh asal nuduh. Jangan sampe polisi menganggap laporan kita ini hanya omong kosong, dan malah kita yang kena hukum nantinya.

"Semoga hari ini kita diberi pencerahan yah," tutur Kania selaku orang yang pemikirannya paling dewasa diantara mereka.

"Aamiin," jawab semuanya serempak.

"Terus, rencana kita untuk hari ini apa?" Arland mengajukan pertanyaan.

"Kita hari ini cari petunjuk lewat ponselnya," ujar Kania yang langsung diangguki teman-temannya.

"Ide bagus."

**

Rayhan, Arland, dan Bima mengikuti Audi diam-diam dari belakang. Audi berjalan ke arah toilet. Setelah Audi masuk ke dalam, dengan cepat mereka mengatur posisi mereka. Arland dan Bima bersembunyi di dinding sebelah toilet yang dipakai Audi. Sedangkan, Rayhan bersembunyi di luar toilet.

'Ceklek'

Audi memutar gagang pintu toilet dari dalam sana. Ia tampak merapikan sedikit bajunya, lalu merogoh tas nya dan mengeluarkan bedak serta lipstiknya. Ia menepuk-nepuk pipinya dengan bantalan bedak, dan tak lupa mengoleskan lipstik pada bibirnya.

"Gue harus cantik biar Rayhan makin tertarik sama gue," monolognya. Lalu meletakkan kembali alat make-up nya.

Sedangkan, Rayhan yang mendengar ucapan Audi barusan hanya bergedik ngeri.

Baru saja Audi melangkahkan kaki nya ke luar dari area toilet, tapi Rayhan dengan sengaja menabraknya hingga agak terhuyung ke belakang.

"Eh, sorry-sorry. Gue gak sengaja," ucap Rayhan sembari memegang pergelangan tangan Audi.

Audi menatap Rayhan tanpa berkedip. 'Mungkin ini yang di namakan jodoh,' batinnya.

"Hey." Rayhan melambai-lambaikan telapak tangannya di depan wajah Audi.

"Eh, i-iya gapapa. Ini juga salah gue, gue gak liat-liat." Ia tampak salah tingkah, pipinya merona. Ternyata perempuan ular juga bisa blushing yah:)

Ini kesempatan Arland dan Bima untuk menjalankan rencana mereka. Mereka berjalan mindik-mindik agar tidak ketahuan. Tangan Arland meraih saku depan tas Audi, dan beruntung resletingnya agak terbuka, mungkin bekas menyimpan alat make-up nya tadi.

Arland dengan hati-hati merogoh saku tas itu. Arland tampaknya kesulitan untuk mengambil ponsel Audi karena tertindih banyak alat make-up nya.

Rayhan sesekali menengok aksi kedua temannya. Sebisa mungkin ia harus mengalihkan perhatian Audi.

"Lo udah makan?" tanya Rayhan basa-basi.

"U--" ia menjeda ucapannya. 'Mungkin, kalo gue jawab belum Rayhan bakalan ngajak gue makan.' ucapnya dalam hati.

"Be-belum," lanjutnya dengan gugup.

"Kalo gitu, kita makan bareng aja gimana?" tawar Rayhan dengan mata tetap fokus memantau aksi kedua temannya.

Mata Audi tampak berbinar-binar mendengar ajakan Rayhan barusan 'Udah gue duga.'

"Ma-mau. Gue mau!" jawabnya antusias.

Dengan cepat Audi menarik tangan Rayhan dan menggandengnya menuju kantin. Beruntung, Arland telah berhasil mengambil ponsel Audi.

Arland dan Bima mengatur napasnya. "Hufftt ... Gila sih, nih aksi bikin gue deg-degan."

RALEA (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang