F I F T Y O N E🍃

689 54 0
                                    



Rasa cemburu benar-benar menghancurkan segalanya bukan?



"Silahkan lewat sini, Tuan."

     Tama menganggukan kepalanya dan mengikuti salah satu pelayan restoran tempat dimana pertemuan akan diadakan. Tama menatap kedua anaknya yang berdampingan dengan senyum, Tama menatap Kenan yang memberikan perhatian pada Bella. Kenapa dirinya pernah berpikir bahwa Kenan akan membenci Bella?

"Apa Kau menunggu lama Hendri?" tanya Tama basa-basi pada salah satu rekan bisnisnya.

"Kami baru saja tiba," jawabnya dan mempersilahkan keluarga Wijaya untuk duduk dan memerintahkan pelayan membawakan makanan untuk mereka.

"Apa ini putra dan putri Anda? Mereka sangat cantik dan juga tampan."

   Tama tertawa kecil dan membenarkan ucapan rekan bisnisnya. "Putra saya Kenan Vincent Wijaya dan putri saya Arrabella Starrie Wijaya," ucap Tama memperkenalkan kedua anaknya.

"Senang bertemu dengan kalian," ucap Hendri dan menatap putrinya. "Ini putri saya Ashika Develon," lanjut Hendri memperkenalkan putrinya.

"Senang bertemu dengan mu, Ashika," kata Tama ramah.

"Senang bertemu dengan Om," ucap Ashika dengan senyum kecil yang menghiasi wajah cantiknya.

"Sepertinya Arrabella dan Ashika sumuran. Berapa umurmu, Arrabella?" Hendri menatap Bella yang kini tersenyum kecil.

"Enam belas tahun. Tolong panggil Bella saja," kata Bella.

"Kalian seumuran, mungkin kalian bisa menjadi teman dekat kedepannya," ucap Hendri dan dibalas anggukan canggung Bella.

     Kenan menaikan sebelas alisnya dan menatap Bella yang tidak nyaman. Kenan memang sudah yakin Bella merasa sangat tidak nyaman saat ini. Kenan mengeluarkan sapu tangan dari balik saku celananya dan menyeka tangan Bella yang berkeringat dengan perhatian. Mungkin dirinya sudah terbiasa dengan hal semacam ini tapi Bella mungkin baru pertama kali, terlihat bagaimana sikap Bella yang takut membuat masalah. Padahal Bella tidak harus seperti itu. Kenan melirik gadis yang seusia adiknya dengan tajam. Kenan tahu bagaimana sifat seorang yang terjun di dunia pembisnis— penuh dengan sandiwara.

     Kenan bahkan tidak yakin jika gadis yang duduk tepat berada dihadapannya mau berteman dengan Bella, melihat bagaimana senyum manis yang ditampilkannya berganti dengan senyum sinis ketika menatap Bella.

    Kenan membuang wajahnya kesamping ketika Ashika menatapnya sambil tersenyum, Kenan lebih memilih menatap Bella yang kini terlihat kesusahan untuk memotong steik. Kenan tersenyum kecil dan menukar piringnya dengan milik Bella dan menyuruh Bella untuk meneruskan makannya.

"Sepertinya Ka Kenan tipe Kakak yang penyayang dan sangat perhatian pada adiknya. Tipe Kakak idaman banget," ucap Ashika sambil menatap Kenan.

    Kenan menatap datar Ashika yang kini tersenyum padanya. Kenan memilih mengabaikan gadis dihadapannya dan mulai memakan steiknya dengan santai, seakan-akan tidak mendengar apa yang dikatan Ashika sebelumnya. Kenan tidak terlalu tertarik dengan gadis yang berusaha menjilatnya.

     Tama tersenyum kecil menatap Kenan yang kini memberikan Bella sekelas air putih dan mengusap-usap punggung Bella karna putrinya itu tersedak. Putranya memang sangat menyayangi Bella meskipun mereka bukan dari satu rahim yang sama, Tama sangat bangga pada Kenan dan juga Tasya yang mendidik putra mereka dengan baik.

"Terimakasih atas pujiannya, Ashika," ucap Tasya menanggapi perkataan Ashika yang seperti diabaikan putranya yang sibuk dengan adiknya.

     Tasya menatap Kenan yang terlihat tidak tertarik dengan hal lain selain Bella. Tasya tahu bahwa sejak lama Kenan memang menginginkan seorang adik tapi dirinya tidak bisa memberikan hal yang diinginkan putranya tersebut. Tasya menyayangi Bella sebagai putrinya, karna bagaimanapun Bella tidak pernah bersalah dalam hal apapun. Bella adalah korban dan tidak ada alasan Tasya untuk membenci gadis secantik Bella. Bella juga putrinya.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang