•
•
•Kita semua memiliki cara pandang dan pikiran yang berbeda, tergantung bagaimana mengungkapkannya. Entah salah atau benar hanya ada itu pilihannya, tidak ada lainnya.
•
•
•Bella menaruh seluruh buku dan juga seragam olahraga pada loker dan dibantu Delvin dan juga Adelio yang terus menggerutu karna ia sudah merasa lapar dan Delvin malah menyeretnya untuk membawakan setumpuk buku milik Bella, bukannya tidak ingin hanya saja perutnya sudah demo untuk diberikan jatah makan dan Delvin malah menyeretnya. Mereka bertiga berjalan beriringan dengan sesekali Bella mengobrol dengan Delvin dan berakhir dengan tertawa karna ucapan lucu Delvin, sedangkan Adelio masih sibuk dengan game yang ada di ponselnya hingga tanpa sadar ditinggal oleh kedua saudaranya untuk duduk dibangku dan dirinya masih terus berjalan hingga suara Delvin yang menyadarkannya dan langsung ikut duduk bersama.
"Kalian mau makan apa?" Tanya Delvin pada kedua adiknya.
"Siomay satu, jus mangganya satu, sama kentang goreng satu. Untuk saat ini kayanya itu aja deh Ka," Jawab Adelio menyebutkan pesanannya.
"Disini ada makanan apa aja Ka?"
"Ada—"
"Tunggu! Lo panggil Delvin siapa? Kakak? Ko Lo gak panggil gue Kakak juga? Wah gak adil nih!" Sela Adelio cepat sambil menatap Bella dengan maya menyipit tajam.
"Bukan—"
"Oh iya, kita aja jarang ngomong. Soalnya Lo ngeselin sih, ya walaupun gak ngapa-ngapain." Lagi. Adelio kembali menyela ucapan Bella.
"Iya Ka," Ucap Bella dengan penekan akhir agar Adelio tidak kembali protes.
"Tunggu! Lo manggil gue kakak? Ko geli sih dengernya? Kenapa gue harus punya adik tiri sih? Padahal udah enak gue gak punya adik—" Adelio menghentikan ucapannya dan langsung membekap mulutnya, mulutnya terkadang memang tidak bisa dikontrol dan asal berbicara saja. Sungguh maksudnya bukan seperti itu, Adelio hanya, hanya entahlah.
"G-gue gak maksud ngomong gitu. Maaf ya? Sumpah gak lagi deh, sebenarnya gue seneng ko punya adik cuma rasanya ya gitu. Aduh Bell jangan natap gue gitu dong merasa bersalah nih. Maaf ya Bella gue gak maksud kaya gitu sebenarnya," Ucap Adelio sambil mematap Bella dengan memelas. Dirinya benar-benar merasa bersalah mengucapkan hal tadi, Adelio hanya tidak terbiasa memiliki adik karna Delvin satu-satunya saudara yang ia miliki.
Bella tersenyum dan menggunakan kepalanya lalu berucap lirih, "Sama. Gue juga gak biasa punya Kakak karna selama ini selalu melakukan semua hal sendiri, gue hanya terbiasa mandiri. Tapi Lo emang ngeselin sih."
Adelio yang tadinya merasa bersalah kini entah kemana rasa bersalah itu yang ada kini dirinya kesal dengan Bella yang mengatainya ngeselin dan Delvin yang tertawa begitu kencang hingga membuat meja mereka menjadi pusat perhatian, Adelio menghela nafas dan berjalan kearah stand makanan tidak memperdulikan ucapan Delvin yang akan memesan. Adelio kembali dengan nampan yang berisi penuh dengan makanan dan juga minuman lalu dibagikan kepada kedua saudaranya dengan muka yang cemberut, ia masih kesal karna Delvin masih menertawakannya walaupun tidak sekemcang sebelumnya.
Bella menatap Delvin dan Adelio yang perlahan menjauh dan berpisah di koridor yang membedakan kelas mereka. Bella mengabaikan tatapan teman sekelasnya dan lebih memilih mengeluarkan buku matematika yang akan dipelajari dalam sepuluh menit lagi, Bella tidak terlalu memperdulikan apa arti tatapan teman sekelasnya yang dapat diyakinin satu hal olehnya, penasaran dan juga tatapan iri. Bella awalnya tidak tahu mengapa mereka menatapnya seperti itu ketika ia masuk ke kelas tadi pagi dan saat ini ia baru tau mengapa dengan tatapan teman sekelasnya, semuanya karna kedua Kakaknya—Delvin dan juga Adelio.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER [END]
Teen Fiction🍃[ SELESAI BELUM DI REVISI!!!] Arrabella tidak pernah mengharapkan memiliki seorang yang melindunginya dan selalu ada untuknya di saat ia butuhkan, selain Mamanya yang selalu sibuk. 15 tahun hidupnya selalu diwarnai dengan putih diatas kertas...