•
•
•Kita hidup dimasa kini bukan masa lalu. Masa lalu hanya mengajarkan untuk menjadi lebih baik kedepannya. Dan aku bukan orang yang kuat seperti pemikiran kamu, aku hanya berusaha bertahan sampai akhirnya Tuhan yang memberikan jalan terbaik.
•
•
•Bella menatap Adelio yang masih terbaring dua hari ini dengan mata berkaca-kaca. Bella tidak tahu sampai kapan Adelio akan bangun tapi Bella harap Adelio bangun dengan cepat dan menjahilinya lagi. Benar kata orang, kita akan merasa lebih sayang dengan orang yang selalu kita benci. Bella contohnya, Bella dulu benci sifat Adelio yang menyebalkan dan suka menjahilinya tapi sekarang dirinya merindukan sikap Adelio itu.
"Bella kamu belum makan malam dari tadi, kamu makan dulu ya? Kakak yang beliin, hm?" ujar Delvin merasa khawatir, Bella sedari sore berada disini dan selalu menolak makan ketika mereka menwarkan makan.
"Bella kamu nanti sakit!" ucap Delvin tanpa sadar meninggikan suaranya karena tidak mendapat respon apapun dari Bella.
Bella menatap Delvin dan menggelengkan kepalanya, "Gak laper aku juga udah-"
"Udah makan? Itu yang mau kamu bilang? Emangnya Kakak percaya? Kenan tadi bilang kamu belum makan setelah pulang sekolah langsung mandi dan berangkat kesini tanpa makan dulu. Kalau kamu sakit siapa yang susah Bella? Kamu sendiri!" ujar Delvin merasa jengah dengan Bella yang berdalih terus.
"A-aku-"
"Makan sekarang atau Kakak larang kamu untuk ketemu Adelio?" ancam Delvin tidak memperdulikan tatapan Bella yang menatapnya sendu.
Delvin harus tegas dan tidak boleh luluh dengan Bella, karna bagaimanapun ini menyangkut kesehatan adiknya itu. Cukup Adelio saja yang kini sakit dan Delvin tidak ingin Bella juga ikut sakit karna mengkhawatirkan Adelio.
Tanpa persetujuan apapun Delvin menarik tangan Bella lembut dan membawanya ke kantin rumah sakit yang ada dilantai bawah. Delvin mendudukkan Bella di kursi kantin sedangkan dirinya memesan makanan untuk Bella.
"Makan sekarang!" perintah Delvin mutlak dan duduk dihadapan Bella.
Bella menghela nafas, dirinya tidak nafsu makan dan tidak lapar sama sekali tapi Delvin terus mendesaknya untuk makan.
"Ka-"
"Bella!"
Bella terdiam dan mengangguk-angguk kepalanya, mulai memakan sandwich yang dibelikan Delvin. Bella tidak ingin membuat Delvin marah.
"Kamu tahu Kakak seperti ini juga untuk kamu, Bella. Kakak gak mau kamu ikut-ikutan sakit karna gak makan dan terus mikirin Adelio. Dan jika kamu sakit lalu seandainya Adelio tahu karna kamu memikirkan dia terus, gak menutup kemungkinan Adelio akan merasa bersalah karna dirinya yang buat kamu seperti ini. Jadi Kakak mohon untuk kedewasaan kamu, Bella" jelas Delvin menatap Bella dengan raut khawatir.
Bella terdiam mendengar penjelasan Delvin yang benar adanya, dirinya juga akan sakit jika terus mengikuti bahwa tidak nafsu makan. Bella tersenyum, "Makasih Ka. Aku janji gak akan mengulangi ini," ucap Bella.
Delvin tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Adik siapa sih nurut banget?" canda Delvin dan tertawa setelahnya.
Bella menghabiskan sandwich yang dibelikan Delvin lalu meminum susu strawberry yang juga dibelikan Delvin.
Tepat setelah Bella menghabiskan susu kotaknya dering ponsel Delvin berbunyi dan segera diangkat olehnya.
"Hallo?"
"Tuan Adelio baru saja bangun dan saat ini sedang di periksa oleh dokter."
"Okey saya akan kesana bersama Bella."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER [END]
Teen Fiction🍃[ SELESAI BELUM DI REVISI!!!] Arrabella tidak pernah mengharapkan memiliki seorang yang melindunginya dan selalu ada untuknya di saat ia butuhkan, selain Mamanya yang selalu sibuk. 15 tahun hidupnya selalu diwarnai dengan putih diatas kertas...