T H I R T E EN 🍃

1.5K 107 18
                                    



Terkadang ada beberapa hal yang memang harus diabaikan, karna tidak semua orang bisa menilai dengan positif.



    Bella menenggelamkan kepalanya pada punggung Delvin yang kini menggendongnya dan berusaha tidak memperdulikan tatapan yang diberikan orang yang masih berada disekolah. Jangan hiraukan. Itu yang diperintahkan Delvin padanya tadi. Tapi sayangnya ia tidak bisa melaksanakan apa yang diperintahkan Delvin tadi, Bella tetap saja merasa malu ketika dirinya menjadi pusat perhatian. Bukan hanya karna dirinya saja yang berada di gendongan Delvin, akan tetapi juga Adelio yang dengan santainya membawa tas pink yang terdapat boneka kecil di resletingnya dengan santai didepan tubuhnya dan menatap ponselnya yang menampilkan permainan video Game.

     Bella yakin bahwa tatapan sinis yang dilihatnya bukan dilayangkan untuk Delvin ataupun Adelio akan tetapi untuknya. Bella awalnya memang tidak begitu memperdulikan tatapan mereka akan tetapi semakin lama dirinya merasa tidak nyaman dengan tatapan yang menatapnya seakan-akan dirinya benar-benar merusak pemandangan indah. Menyebalkan.

"Coklat?" Tanya Bella bingung. Karna ketika mereka memasuki mobil Delvin tiba-tiba langsung memberikan dua kantung plastik yang cukup besar pada Bella yang hampir seluruh isinya adalah coklat.

"Iya. Gak suka?" Jawab Delvin sambil menatap Bella.

    Bella menggelengkan kepalanya. Padahal bukan itu maksudnya bertanya. "Ini buat apaan?"

"Ya buat dimakan, masa buat bikin rel Kreta," Kata Adelio sambil melirik Bella dengan kesal.

     Ada masalah hidup apa sebenarnya Adelio dengan Bella.

   Bella melirik Adelio yang dengan santai tiduran di kursi belakang dengan tas yang dijadikan bantal. "Nyambung aja kaya kabel listrik."

"Gak denger lagi tiduran," Jawab Adelio santai.

"Sinting!"

"Mulai lagi." Delvin menggelengkan kepalanya dan menyalakan mesin mobil akan tetapi dirinya belum menjalankannya.

"Ini coklat Ka Delvin yang beli?" Tanya Bella. Bella mengeluarkan satu coklat yang berhias pita gold dan ada note kecil.

"Hadiah." Delvin menjawab singkat.

"Oh gitu... kenapa gak jalan Ka?" Bella bingung kenapa Delvin tidak juga menjalankan mobilnya.

   Delvin tidak menjawab pertanyaan Bella dan mendekatkan dirinya pada Bella lalu memang seatbelt yang belum dipakai Bella. Delvin memperingatkan untuk tidak selalu lupa memakai seatbelt karna itu adalah hal penting yang harus dilakukan ketika berada didalam mobil, ada pepatah yang mengatakan bahwa mencegah lebih baik dibandingkan mengobati bukan?

    Delvin menjalankan mobilnya dengan perlahan karna jalanan yang cukup licin karna hujan yang mengguyur Jakarta sesaat sebelum mereka pulang. Delvin menatap Adelio dari kaca spion yang kini tertidur dengan lengan kanan yang menutupi wajahnya dan tangan kirinya yang menggenggam ponsel, tatapan Delvin beralih pada Bella yang kini juga tertidur dengan kepalanya yang menyandar pada kaca mobil dan sesekali terbentur kaca. Delvin menghentikan mobil ketika lampir berubah merah dan dimanfaatkannya untuk mengambil ponsel yang ada ditangan Adelio serta memperbaiki tas yang dijadikan bantal olehnya, lalu beralih untuk mengambil jaketnya dan dijadikannya bantal lalu meletakkannya dikaca agar menumpu kepala Bella dan tidak membuat lehernya sakit ketika bangun nanti.

   Jalanan yang macet dan juga licin membuat ketiga terlambat pulang 30 menit dibandingkan hari lainnya. Delvin memarkirkan mobilnya di halaman tepat disamping motor Adelio yang sudah kembali dari perbaikannya dan menatap kedua adiknya yang masih tertidur pulas. Delvin menghela nafas karna ia tidak tega untuk membangunkan keduanya, terlebih Adelio yang terlihat sangat lelah karna tadi harus menghadiri rapat sebagai Ketua Osis dan juga harus latihan Voli sebagai ketua timnya— bahkan hampir seluruh jam pelajaran dilewatkannya.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang