•
•
•Bagaimanapun ini adalah hidup yang harus di jalani, karna tidak bisa harus selalu melibatkan perasaan sedih dan bersalah untuk dijadikan alasan bahwa tidaklah pantas hidup, karna hidup kedepannya tidak ada yang tahu kecuali Tuhan yang memegang garis takdir.
•
•
•Bella menerima kopi latte yang diberikan Delvin padanya lalu meminumnya. Bella menatap jam yang berada di tangan kirinya yang sudah menunjukan pukul 10.15 itu artinya sudah lima belas menit berlalu dan seharusnya Mama dan Papa sudah keluar dari pesawat, tapi sampai sekarang keduanya belum kelihatan.
Bella menatap Adelio yang kini sibuk dengan game di komputer di Digital Lounge, benar-benar seorang gamers sejati.
Suara dering ponsel membuat Bella segera mengambil ponselnya yang kini sedang di charger, karna sebelumnya ia lupa mengisi daya ponselnya. Bella segera mengangkat sambungan dari Nara dan menanyakan dimana Mamanya kini berada.
"Hai sayang, tunggu beberapa menit sebentar okey? Papa berada di Baggange Claim."
"Iya, kita lagi ada di Digital Lounge terminal 3."
"Mama sama Papa langsung kesana setelah dari Baggange Claim." Setelah itu Nara mematikan sambungannya.
"Ada apa?" Tanya Delvin.
Bella menatap Delvin yang duduk disampingnya lalu menjelaskan, "Mereka lagi ada di Baggange Claim, mungkin sebentar lagi keluar."
Delvin hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan kembali meminum kopinya.
Benar, tidak sampai sepuluh menit Nara dan Galen berjalan kearah mereka dengan senyum. Bella memeluk Nara dengan erat. Dirinya rindu dengan Nara meskipun hanya pergi tiga hari, yah tidak terlalu lama memang tapi dirinya terlalu biasa bersama dengan Nara.
"Itu anak ngapain?" tanya Galen sambil menunjuk Adelio dengan dagunya.
"Main game," jawab Delvin seadanya.
"Biarin kita tinggal Adelio disini," kata Galen santai dan mengajak Bella serta Nara untuk ke parkiran.
Delvin menggelengkan kepalanya heran melihat bagaimana Adelio yang terlalu fokus pada permainannya hingga tidak menyadari bahwa dirinya akan ditinggal. Delvin membuka headphone Adelio membuat Adelio berdecak kesal menatap Delvin.
"Ish ngeselin, kenapa?! Udah tau lagi seru kenapa- loh, Bella kemana?" kata Adelio bingung karna tidak melihat Bella yang ada hanyalah Delvin.
"Bella sama Mama dan Papa udah duluan keluar," jawab Delvin lalu berlalu meninggalkan Adelio yang langsung mengejarnya dengan gerutuan.
Delvin mengabaikan gerutuan yang dilontarkan Adelio, adiknya yang satu ini terkadang membuat Delvin khawatir ketika sudah berada dengan dunia gamenya sendiri. Adelio memang akan menjadi fokus pada game hingga tidak memperdulikan sekitarnya meskipun tadi sangat berisik.
Galen mengajak mereka untuk makan siang terlebih dahulu dan disetujui semuanya. Semuanya kompak memesan chicken fingers dan chicken katsu dengan keju sebagai makan berat, serta lime citrus soda sebagai minum terkecuali Bella yang memesan ice tea.
![](https://img.wattpad.com/cover/227689712-288-k558832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER [END]
Roman pour Adolescents🍃[ SELESAI BELUM DI REVISI!!!] Arrabella tidak pernah mengharapkan memiliki seorang yang melindunginya dan selalu ada untuknya di saat ia butuhkan, selain Mamanya yang selalu sibuk. 15 tahun hidupnya selalu diwarnai dengan putih diatas kertas...