F O U R T Y T H E R E E🍃

720 69 6
                                    



Pertahankan apa yang sudah seharusnya dipertahankan. Dan lepaskan apa yang seharusnya sudah dilepaskan. Karna hidup tentang mempertahankan dan melepaskan sesuatu.



"Apa semua ini benar?"

"Semua itu benar, Nyonya."

"Apakah suamiku menginginkan anak ini?"

"Tuan Tama menginginkan hak asuh penuh atas Nona Arrabella."

   Tasnya menatap surat tes DNA yang kini ada di genggamannya. Jika saja dirinya tidak masuk kedalam ruang kerja Tama dan tidak sengaja membuat semua dokumen diatas meja berantakan maka dirinya tidak akan tahu hal ini.

    Tasnya menatap asisten Suaminya. "Buat pertemuan antara aku dan anak ini! Bagaimanapun caranya," perintahnya tegas dan berlalu.

     Tasya memejamkan matanya dan melajukan mobilnya meninggalkan restoran. Perasaannya saat ini kacau; ada rasa bahagia muncul di hatinya saat melihat bagaimana senyum manis dari gadis yang dinyatakan sebagai anak kandung suaminya, tapi di satu sisi hatinya merasa sakit karna suaminya membohonginya.

   Tasya sama sekali tidak berpikir untuk menyalahkan anak yang terlahir dari hubungan suaminya dengan wanita lain, tapi Tasya justru merasa kecewa dengan dirinya dan juga suaminya. Apalah Tama tau bahwa selama ini Ia memiliki seorang anak dari wanita lain? Kenapa Tama sama sekali tidak memberitahunya? Apakah Tama takut dirinya membuat kekacauan? Tanpa sadar Tasya malah menertawakan dirinya sendiri yang bodoh.

     Tasya tidak habis pikir bahwa Tama menjadi pria yang tidak bertanggung jawab.

    Tasnya menyerahkan kunci mobil pada salah satu pelayan lalu berjalan memasuki ruang kerja Tama dengan langkah anggun. Tasya menghela nafas sebelum memutar knop pintu dan menghampiri suaminya yang kini sedang membaca sebuah buku.

   Tama menyadari bahwa ada orang yang memasuki ruang kerjanya menutup bukunya dan menatap Tasya dengan senyum. "Apa pertemuannya pemegang sahamnya berjalan lancar?" tanyanya.

     Tasya tidak menjawab sama sekali dan lebih memilih menaruh dokumen yang menjadi alasannya membatalkan pertemuannya.

      Tama menatap terkejut pada dokumen yang diberikan Tasya padanya. Dari mana istrinya mendapatkan hal ini?

"Sayang—"

"Aku ingin kau bertanggung jawab atas wanita dan anak ini," ucap Tasya memotong perkataan Tama.

     Tama menghela nafas lalu bangkit dari kursinya dan memeluk Tasya dengan sayang. Tama berbisik pelan tepat ditelinga Tasya, "Aku memang berniat bertanggung jawab atas putriku. Tapi tidak dengan wanita itu, karna dia juga sudah memiliki suami."

     Entah mengapa Tasya merasa hatinya saat ini terasa lebih ringan, bagaikan beban berat baru saja terangkat. Jujur saja sebenarnya saat mengatakan pada Tama agar bertanggung jawab pada wanita dan putrinya ada kesedihan dalam hatinya, dirinya tidak akan pernah siap untuk melepaskan Tama. Namun penjelasan Tama sebelumnya membuat hatinya merasa lebih lega, bukankah artinya dirinya tidak perlu melepaskan suaminya untuk wanita lain bukan?

"Kenapa kau menyembunyikan mereka dariku?" tanya Tasya lirih.

    Tama menghela nafas dan membimbing istrinya untuk duduk di sofa tidak jauh dari meja kerjanya. "Aku juga baru mengetahui keberadaan mereka baru-baru ini, dan ini semua karna Kenan. Kenan yang membuat aku mengetahui bahwa aku memiliki seorang anak dari wanita lain selain dirimu. Maaf," kata Tama.

   Tasya menatap wajah suaminya yang tampak lelah dengan kantung mata yang menghitam. Tasya menyentuhnya perlahan, tatapannya kini menjadi sendu. "Apa anak itu ada karna pertengkaran kita dahulu? Karna isinya tepat," kata Tasya tercekat.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang