T H I R T Y 🍃

951 75 8
                                    



Jangan pernah salahkan aku jika ingin egois jika itu tentang keluarga.



      Adelio menyipitkan matanya dan setelahnya hanya helaan nafas yang dikeluarkannya sebagai bentuk emosi yang kini ditahannya, Adelio memalingkan wajahnya dari taman yang disulap dengan cantik oleh Osis dengan kasar. Dimana sebenarnya Delvin berada? Adelio tanpa sadar memukul besi pembatas dan membuat kedua sahabatnya menatap Adelio dengan bingung. Sedari tadi kelakuan sahabatnya yang satu itu sudah tidak jelas, menolak untuk bersenang-senang dibawah sana bersama dengan yang lainnya dan juga keduanya jadi terpaksa harus berada disamping pangeran Iblis yang saat ini sedang emosi. Bukankah mereka teman yang baik?

"Lebih baik Lo diem sebelum kepala Lo pisah sama badan dan menggantung diatas perapian keluarga Harrison," sarkasme Ody membuat Gilang tidak jadi membuka suara. Tadinya dirinya memang berniat untuk menanyakan kenapa keturunan Iblis Harrison itu emosi tapi sayangnya ia masih ingin hidup.

       Gilang berdiri dan ikut menatap beberapa murid yang berdansa dengan balon yang tepat berada diwajah mereka, sebagian ada yang tertantang untuk mencobanya dan sebagian lainnya lebih memilih menonton dan mengobrol dibandingkan melakukan dansa balon. Gilang mengedarkan pandangannya keseluruh taman yang cantik dengan penerangan dari tumblr light dan juga lentera hitam yang menggelantung di beberapa batang pohon. Gilang menyipitkan matanya mencoba untuk memfokuskan pandangan pada gadis cantik yang kini sedang bersama Kenan, sudah dipastikan apa yang membuat pangeran Iblis itu emosi; miliknya sedang berada ditangan musuh.

   Gilang kembali duduk disamping Ody dan membisikan apa yang dilihatnya barusan. Kenan dan Adelio memang tidak memiliki hubungan bagus sama sekali sedari awal, bukan sebenarnya bukan dari awal lebih tepatnya mungkin sejak bumi ini belum terbentuk mereka sudah ditakdirkan untuk menjadi musuh. Apa yang dimiliki Adelio harus dimiliki Kenan, apa yang dimiliki Kenan harus dimiliki Adelio. Keduanya terus seperti itu, bukan karna apa saat ini Adelio menjadi Ketos semua karna Kenan yang menginginkan jabatan ini dan Adelio tertantang untuk melakukannya, dan akhirnya keduanya disatukan menjadi Ketos dan Waketos. Untung saja keduanya tidak membuat keributan sebagai Ketos dan Waketos; setidaknya mereka bisa membedakan urusan pribadi dan bukan.

"Kalau dilihat-lihat Kenan sama Bella cocok, ya gak? Mereka cantik dan tampan, terlebih lagi Bella pinter dan Kenan juga."

    Ody menatap horor Gilang yang keceplosan dengan suara yang sedikit kencang, meskipun saat ini musik sedang diputar akan tetapi Ody yakin sangat bahwa Adelio akan mendengarnya. Benar saja, Ody tidak tahu apakah saat ini Gilang benar-benar akan menjadi pajangan di perapian keluarga Harrison atau tidak.

     Adelio menyipitkan matanya tajam menatap Gilang yang membelakanginya, bagaimanapun Adelio mendengar apa yang dikatakan sahabatnya itu. Adelio dengan sengaja menginjak jari-jari tangan  Gilang dan tanpa rasa bersalah langsung berlalu, tidak perduli dengan umpatan yang dikeluarkan Gilang.

    Langkah Adelio terhenti di pertengahan anak tangga, mata elang miliknya menatap rintikan hujan yang tersamarkan dengan kegelapan malam. Adelio mempercepat langkahnya menuju taman, bagaimana bila nanti Bella sakit karna terkena hujan?

     Adelio mengedarkan pandangannya mencari Bella yang entah berada dimana, tidak memperdulikan omelan dari beberapa orang yang ditabraknya. Adelio menghentikan langkahnya dan tersenyum lega ketika Bella tidak jauh dari tempatnya berada, akan tetapi pandangannya menajam melihat Kenan yang membantu memasangkan jaket pada Bella.

"Pakai jaketnya, udara cukup dingin."

    Adelio melempar jaket Kenan ke sembarang tempat tidak perduli jika yang punya akan marah, toh lagi pula jaket miliknya lebih mahal dibandingkan milik Kenan.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang