F I F T Y T W O 🍃

768 56 1
                                    



Semua orang memiliki proses kebahagiaan masing-masing.



"Semuanya berjalan dengan lancar, Tuan. Hak asuh Nona Bella sudah ditetapkan bahwa yang berhak adalah Nona Bella sendiri untuk memilihnya. Kita tidak bisa meminta lebih dari itu. Atau pengadilan akan membatalkan hal asuh Nona Bella kepada keluarga Harrison. Karna Tuan Tama juga tidak ingin menyerahkan hak asuhnya terhadap Nona Bella begitupun dengan Nyonya Tasya yang juga ikut mendukung tidak bisa menyerahkan sepenuhnya hak asuh Nona Bella. Anda tahu betul bagaimana kuasa mengatur hukum didunia. Terlebih lagi didukung dengan Nyonya Nara yang menyembunyikan identitas Nona Bella pada Ayah biologisnya."

     Galen mengangguk-angguk kepalanya mengerti. "Persiapkan semuanya dengan baik," ucap Galen tidak tahu harus berkata apalagi.

"Kalau begitu Saya permisi."

"Tunggu!"

    Galen menatap Pengecaranya dan bertanya dengan ragu. "Jika keluarga Wijaya yang mendapatkan hak asuh Bella apalah keluarga Harrison masih dapat meminta waktu Bella?"

     Pengacara yang menangani permasalahan Galen itu tersenyum maklum. Bagaimanapun apa yang ditanyakan Galen adalah hal wajar ketika seorang Ayah harus bersiap kehilangan putrinya, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah.

"Anda tetap bisa menemui Nona Bella dengan syarat bahwa Nona Bella dan keluarga Wijaya menyetujui menemui Anda. Anda tidak bisa memaksa atau kemungkinan keluarga Wijaya bisa menuntut Anda dengan pasal pemaksaan dan juga penculikan, meskipun sebelumnya Anda adalah keluarga Nona Bella. Keluarga Wijaya bisa saja menjadikan itu sebagai alasan agar keluarga Harrison tidak dapat menemui Nona Bella kembali."

   Galen mengangguk mengerti dan mengucapkan terimakasih pada pengacaranya.

     Galen menghela nafas dan kembali duduk dengan kedua tangan yang menyatu dan kepalanya bertumpu pada kepalan tangan. Kepalanya terasa berputar, memikirkan bagaimana keputusan Bella lusa. Bagaimana jika Bella memilih untuk tetap tinggal bersama dengan Ayah kandungnya? Bagaimanapun Galen tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa Bella bahagia bersama dengan keluarga Wijaya. Galen membuka laci dan mengambil amplop coklat lalu membukanya.

   Galen tersenyum kecil menatap foto Bella yang dikirimkan sekertarisnya seminggu yang lalu saat Bella sedang berbelanja bersama Tasya. Entah Galen harus merasa senang atau sedih, perasaannya campur aduk saat ini. Dirinya senang Bella dapat diterima dengan baik oleh keluarga Wijaya termasuk oleh Tasya— sejujurnya Galen sempat khawatir jika Bella akan diasingkan tapi untunglah itu tidak terjadi. Dan Galen juga merasa sedih karna bagaimanapun Bella juga memiliki seorang Ayah kandung yang menginginkan dirinya— sejujurnya Galen cukup khawatir bagaimana nanti Bella akan semakin membentangkan jarak antara mereka?

    Untuk saat ini apa yang dibutuhkan Bella? Bella memiliki segalanya. Bella memiliki Ayah biologisnya dan juga Kakak laki-laki yang sedarah dengannya. Bella sudah memiliki keduanya, bukankah ada atau tidaknya kehadiran dirinya dan juga Delvin serta Adelio tidak mempengaruhi Bella sedikitpun? Bella sudah memiliki Ayah dan juga Kakak kandung.

"Apa kita masih memiliki kemungkinan untuk dipilih Bella?" tanya Nara lirih.

   Galen mengalihkan perhatiannya dari foto Bella pada Nara yang berdiri tepat didepan pintu dengan tatapan yang kosong. Galen menaruh foto Bella diatas meja kerjanya dan berjalan menghampiri Nara yang menatapnya dengan tatapan sayu.

   Galen memeluk Nara dan mengusap-usap punggung istrinya dengan lembut, menenangkan Nara yang semakin hari semakin dilanda ketakutan. "Semuanya akan baik-baik saja, apapun pilihan Bella kita harus menghargainya," ucap Galen lembut, mencoba membuat Nara mengerti.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang