T H I R T Y T H E R E E🍃

898 76 4
                                    



Cinta memang buta. Cinta gak memandang apapun, tapi sayangnya obsesi dan cinta buta beda tipis



Delvin membaca dengan teliti setiap kata dari dokumen yang ada ditangan nya, tidak sedikitpun Delvin mengalihkan perhatiannya selain fokusnya hanya pada dokumen yang dipegangnya.

Delvin menghela nafas kasar dan menaruh dokumen diatas meja lalu menatap Hugo yang kini menatapnya dengan alis terangkat satu. Sebenarnya Delvin sedang merencanakan apa hingga membuat Hugo kalang kabut mencari berbagai informasi yang diinginkan Delvin, terlebih lagi waktu yang diberikan Delvin sangat sedikit jika Hugo tidak bisa memberikan apa yang Delvin inginkan maka Hugo tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.

Delvin bukan hanya sekedar orang yang berperilaku lemah lembut dan penyayang seperti yang banyak diketahui orang-orang, karna pada nyatanya Delvin lebih berbahaya jika ada yang mengusiknya. Dan Hugo tidak ingin masuk kedalam mulut singa karna tidak mendapatkan makannya.

"Apa yang dicari Kenan?" tanya Delvin to the poin, menatap Hugo tajam.

Hugo menghela nafas berat, sebelum berucap dengan tegas, "Privasi. Lo tau kalau Knightley gak akan membongkar apapun yang berhubungan dengan klien, dan gue harap Lo gak akan memaksa."

Delvin sudah tahu bahwa Hugo pasti akan berkata demikian. Delvin menelurkan amplop coklat tepat di hadapan Hugo dan membuat pria berusia 23 tahun itu tersenyum.

Permainan tarik ulur— kini sedang dilakukan Delvin. Delvin memajukan tubuhnya memberikan tekanan pada Hugo, karna bagaimanapun apapun yang Ia inginkan tidak akan pernah Ia lepaskan. "Gue bisa dengan mudah membungkam Knightley tanpa memberikan Lo uang sepeserpun," ucap Delvin tegas, melemparkan amplop coklat diatas meja.

Hugo menatap punggung Delvin yang berjalan meninggalkannya. "Keluarga, cuma itu yang bisa Gue kasih tahu ke Lo," ucap Hugo lalu berlalu, tidak perduli dengan Delvin yang kini menghentikan langkahnya mendengar ucapan Hugo.

Delvin mengerutkan keningnya bingung. Adiknya? Untuk apa Kenan mencarinya? Bukankah Kenan memang tidak memiliki adik? Kenan memang satu-satunya pewaris dari Wijaya, mana mungkin Kenan memiliki adik. Bahkan

Delvin mengambil ponselnya menghubungi Adelio yang kini berada dirumah untuk mengambil baju ganti.

"Kenapa?" Pertanyaan dengan nada sinis menyambut Delvin ketika tersambung.

"Kenan anak siapa?" tanya Delvin to the point.

"Yang pasti bukan Gue bapaknya," jawab Adelio acuh diserang sana.

Delvin berdecak pelan, terkadang Adelio bisa sangat membuatnya ingin memusnahkan seorang Adelio saat ini juga. "Lio serius!"

"Kenapa sih? Lagipula mana Gue tahu, tanya sama Dila sana diakan penanggung jawab data siswa— si tangan kanan Bu Sarah—"

"Eh tunggu— Kenan Vincent Wijaya, kalau gak salah salah satu rekan bisnis Papa. Tama Wijaya—"

Delvin mematikan sambungannya tidak perduli dengan Adelio yang masih belum menyelesaikan kalimatnya.

Benar. Kenan memang berasal dari keluarga Wijaya. Tapi untuk apa Kenan mencari Adiknya? Bukankah Kenan memang terlahir sebagai anak tunggal keluarga Wijaya? Bahkan media juga sudah mengetahui bahwa hanya Kenan pewaris dari Wijaya Group, tidak ada yang lainnya.

Delvin menghela nafas berat, bagaimanapun fokusnya saat ini adalah menjaga Bella, agar tidak terluka, karna dirinya bertanggung jawab penuh atas kejadian yang membuat Bella terluka saat ini. Untuk urusan Kenan mungkin Delvin akan mengurusnya nanti.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang