•
•
•Sama seperti kisahnya ini. Tidak ada yang abadi. Setiap pertemuan ada perpisahan dan setiap perpisahan akan ada pertemuan baru. Awal akan ada akhir. Dan akhir akan memulai awal baru. Hidup berjalan seperti itu.
•
•
•"Kenan dan Bella gak turun sarapan?" Tama menatap dua kursi kosong yang selalu Kenan tempati Kenan dan Bella.
"Bella lagi ada di kamar Kenan dia lagi sakit," jawab Tasya dan mengambilkan makanan untuk Tama.
"Sakit?" tanya Tama heran. Kenan memang sangat jarang sakit dan biasanya jika Kenan sakit maka akan pita-pura tidak sakit agar tidak dibawa ke rumah sakit. Kenan benci rumah sakit.
"Hm, semalam dia demam sampai sekarang. Bella lagi ada di kamar Kenan nemenin Kakaknya yang tiba-tiba jadi manja," jawab Tasya terkekeh.
Tadi pagi saat Tasya masuk kedalam kamar putranya itu Kenan sedang bermanja-manja ria dengan Bella. Sejujurnya Tasya juga sedikit geli melihat Kenan yang mana pada Bella. Kenan itu diajarkan Tama untuk menjadi lelaki kuat dan tidak pernah mengeluh, bahkan saat kecil jatuh dari tangga Kenan tidak menangis lama hanya sebentar lalu setelah itu tidak memperdulikan kakinya yang tidak bisa berjalan selama seminggu. Jadi Tasya merasa aneh dengan sikap Kenan yang manja.
"Anak kamu aneh tau, Mas," ucap Tasya menatap Tama dengan bergidik geli.
"Kenapa?" tanya Tama menaikan sebelah alisnya.
"Masa dia manja, tadi pagi minta di usap-usap kepalanya sama Bella. Pusing katanya. Tadi aja sarapan minta di kamar dan akhirnya minta Bella yang nyuapin. Geli aku liatnya," ujar Tasya.
Tama mengerutkan keningnya bingung. Apa benar Kenan melakukan itu? Sulit dipercaya. "Biarin lah sekali-sekali sama adiknya ini," jawab Tama tidak memusingkannya. Toh, Kenan juga manusia bukan robot yang tidak punya perasaan.
Tasya tetep saja merasa asing dengan putranya yang seperti itu. Entah kenapa Tasya justru merasa ragu jika Kenan yang ada di rumah saat ini adalah putranya.
"Jangan mikir macem-macem kamu!" tegur Tama menatap Tasya dengan mata memincing.
"Mana ada," elak Tasya dan kembali memakan sarapannya.
Terkadang Tama itu seperti cananyang yang tahu apa yang ada di pikirannya. Memangnya salah berpikir rasional saat ini? Kan bisa jadi apa yang dipikirkannya itu benar.
••••••••••Bella memberikan obat pereda pusing dan flu berserta air mineral pada Kenan yang langsung diminum. Sejujurnya Bella merasa bersalah saat ini. Bagaimanapun jika Kenan tidak memberikan jaketnya pada Bella mungkin Kenan tidak akan kehujanan dan berkahir sakit seperti ini. Mungkin justru Bella yang merasakannya.
"Ka aku-"
"Gak usah bicara lagi Bella. Aku pusing!" ujar Kenan. Kenan tahu apa yang ingin dikatakan Bella. Maaf Ka gara-gara aku Kakak jadi sakit. Kenan pusing mendengar itu.
Kenan bahkan lebih memilih dirinya yang sakit seperti ini dibandingkan Bella. Bagaimanapun Kenan tidak bisa membiarkan Bella sakit. Bella adalah tanggung jawabnya. Dan Kenan rasa sudah sepatutnya Kenan melakukan itu.
Bella terdiam. Tidak lagi bicara. Bella lebih memilih untuk kembali memijat kening Kenan dengan lembut, berharap mengurangi rasa pusing Kenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER [END]
Teen Fiction🍃[ SELESAI BELUM DI REVISI!!!] Arrabella tidak pernah mengharapkan memiliki seorang yang melindunginya dan selalu ada untuknya di saat ia butuhkan, selain Mamanya yang selalu sibuk. 15 tahun hidupnya selalu diwarnai dengan putih diatas kertas...