•
•
•Rasa cemburu itu menyakitkan.
•
•
•Kenan membiarkan Bella yang tenggelam dengan pikirannya walaupun kini mereka sudah berada di depan gerbang keluarga Harrison. Kenan lebih memilih menunggu Bella untuk menenangkan pikirannya sebelum keluar dari mobilnya, Kenan tidak tega melihat Bella yang terus melamun sedari pulang sekolah.
Kenan berdecak kesal pada dering ponsel miliknya yang dapat dipastikan membuat Bella tersadar dari lamunannya.
"E-eh kenapa Ka Kenan gak kasih tau aku kalau udah sampai?" tanya Bella kaget karna kini mereka sudah ada di depan gerbang rumah.
Kenan mematikan panggilan masuk sebelum menjawab pertanyaan Bella, "Kamu terlalu sibuk dengan pikiran kamu Bella," ucap Kenan dan mengusap lembut surai Bella. "Kalau belum siap kamu tunggu sini biar Kakak yang minta izin sama Mama Nara."
Bella menggelengkan kepalanya. "Gak papa biar aku yang minta izin sama Mama," ucap Bella cepat memotong perkataan Kenan.
Kenan menatap Bella dengan pandangan khawatir. "Kamu yakin?" Tanyanya.
Bella mengangguk-angguk kepalanya dan keluar dari mobil dan membiarkan Kenan menunggunya.
Bella menatap pintu putih besar dihadapannya, Bella tiba-tiba merasa cemas tanpa alasan. Bella menghela nafas dan berniat membuka pintu tapi terlebih dahulu dibuka oleh Adelio yang ada dibelakangnya.
"Kamu baru pulang?" tanya Adelio heran melihat Bella yang baru saja datang, padahal jam pulang sudah lebih dari satu jam yang lalu.
Bella hanya menganggukkan kepalanya tidak berniat menjawab pertanyaan Adelio. Sedangkan Adelio hanya menghela nafas dan merangkul Bella untuk masuk bersama kedalam.
"Kalian udah pulang, sayang?"
Adelio melirik Bella dari ujung matanya dan menatap Nara dengan senyum. "Iya, tadi abis main sama temen, aku udah izin sama Papa kan?" jawab Adelio.
"Iya Mama udah tau dari Papa. Kalian naik keatas terus mandi dan habis itu turun kebawah untuk makan, Mama tadi masak bakso sesuai keinginan kamu, Lio," ucap Nara dan diangguki Adelio.
Adelio melirik Bella yang masih diam saja dan mencubit pipinya. "Mandi! Dasar bau!" ucapnya dan berlalu tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Nara menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Adelio yang semakin hari semakin jail, lalu tatapannya beralih pada Bella yang mengusap-usap pipinya yang barusan dicubit Adelio.
"Hari ini kamu kerumah Daddy kan?" tanya Nara menatap Bella dengan lembut penuh kasih sayang.
Bella menatap Nara yang mengusap rambutnya. "Aku minta maaf," gumam Bella lirih.
Nara terdiam menatap Bella yang kini memeluknya erat. Nara tersenyum mengusap lembut bahu Bella yang masih dibalut dengan seragam. Bella itu memang seperti ini, terlihat kuat namun sebenarnya sangat rapuh bahkan dengan hal-hal kecil. Nara memaklumi sikap Bella yang masih labil, karna Nara juga sama seperti Bella dahulu, bahkan dengan kesalahannya pun Nara masih tidak berani bertanggung jawab.
Nara melepaskan pelukannya dan menatap putrinya dengan penuh kasih sayang. Dalam benak Nara tidak pernah sekalipun dirinya berpikir untuk membenci Bella setelah Nara memutuskan untuk mempertahankan Bella, karna Bella adalah anugrah yang diberikan Tuhan untuk Nara.
"Kamu gak pernah salah, sayang. Mama harap kamu gak pernah mengucapkan kata maaf lagi, karna ini sama sekali bukan kesalahan kamu."
Bella tidak tahu seberapa banyak dirinya melukai wanita yang kini ada dihadapannya. Bella tidak tahu berapa banyak lagi dirinya harus berpikir keras untuk menebus semua kesalahannya. Bella tidak tahu lagi harus bagaimana caranya berterimakasih pada wanita yang selalu menatap hangat dirinya. Bella tidak tahu harus apa lagi pada wanita dihadapannya. Bella terlalu banyak kesalahan bahkan sebelum dirinya lahir Bella sudah membuat hidup Nara menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER [END]
Teen Fiction🍃[ SELESAI BELUM DI REVISI!!!] Arrabella tidak pernah mengharapkan memiliki seorang yang melindunginya dan selalu ada untuknya di saat ia butuhkan, selain Mamanya yang selalu sibuk. 15 tahun hidupnya selalu diwarnai dengan putih diatas kertas...