T H I R T Y N I N E🍃

785 75 3
                                    

Sebenarnya ini adalah lanjutan dari part kemarin tapi karna kepanjangan jadi aku dipotong :) selamat membaca :)



Aku takut jika pada akhirnya kita berpisah dan kita akan menjadi orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain.



    Adelio membanting mouse yang dipakainya dengan kesal ketika hero yang dimainkannya mati. Pikirannya sedang kacau saat ini, dan dirinya berpikir bahwa game akan membuat pikirannya lebih tenang namun nyatanya itu tidak lah benar— yang ada Adelio malah semakin frustasi. Adelio mematikan komputernya dan membaringkan dirinya dikasur dengan kasar.

    Hatinya resah saat ini. Pikiran Adelio melayang pada kejadian yang dilihatnya siang tadi ditaman, dimana Bella berpelukan dengan Kenan— terlebih dirinya mendengar apa yang seharusnya tidak ia dengar. Menyesal? Adelio tidak menyesal mendengar dan menyaksikan kejadian siang tadi, hanya saja dirinya merasa takut, entah karna alasan apa. Adelio mengacak-acak rambutnya frustasi lalu berjalan keluar kamar menuju dapur dirinya merasa lapar karna melewatkan makan malam.

    Adelio menatap jam tangannya yang menunjukan pukul satu malam, pantas saja terasa sangat sunyi. Adelio mengambil beberapa lembar roti lalu dioleskan selai coklat dan memakannya, hanya ini yang bisa Adelio makan atau lebih tepatnya hanya ini yang bisa Adelio buat, dirinya tidak ingin mengambil resiko untuk membangunkan satu rumah karna kebakaran yang diakibatkan dirinya sama seperti satu tahun lalu.

   Adelio meminum air putih dengan sekali teguk dan berjalan menuju kamarnya untuk tidur, tapi langkahnya terhenti karna melihat cahaya lampu kamar Bella yang menyala karna pintu kamarnya yang tidak ditutup. Adelio membuka pintu kamar Bella dengan perlahan takut untuk membangunkan pemiliknya lalu mematikan lampunya. Adelio tidak langsung keluar setelah mematikan lampu melainkan menghampiri Bella yang kini terlelap membelakanginya.

     Adelio berjongkok tepat dihadapan Bella yang kini tertidur dengan damai. Berapa lama gadis ini menangis? Adelio yakin jika Bella menangis dalam waktu yang kama karna wajahnya masih sembab dan matanya yang membengkak. Adelio bisa menebak dalam sekali lihat bahwa Bella terlelap karna kelelahan menangis. Adelio menaikan selimut Bella dan mengusap puncak kepala Bella dengan perlahan, tidak ingin membangunkan Bella yang terlihat kelelahan.

"Boleh aku jujur Bella? Sebenarnya saat aku melihat kejadian tadi aku sempat berpikir, apakah kamu akan meninggalkan kita?" ucap Adelio dengan suara kecil takut mengganggu Bella. Adelio menghela nafas sebelum akhirnya melanjutkan kembali ucapannya, "Aku berharap bahwa kamu gak akan pernah pergi dari sisi kita Bella. Karna kamu adalah adik aku, meskipun kenyataannya kita memang tidak memiliki darah yang sama tapi aku berharap itu terjadi. Aku sayang kamu sama seperti aku sayang Ka Delvin, meskipun kenyataannya kita tidak memiliki hubungan darah sama sekali."

    Adelio terdiam setelah mengucapkan kalimat yang selama ini ingin iya ucapkan pada Bella, kalimat yang menyatakan bahwa dirinya menyayangi Bella sebagai adiknya dan Adelio tidak pernah sedikitpun membenci Bella.

"Aku sayang kamu. Tentu, karna kamu adalah adik aku. Tapi aku juga gak bisa memaksa jika kamu menginginkan Kakak yang sebenarnya. Aku merasa sangat kecewa karna kita tidak dilahirkan dengan darah yang sama, dan aku takut jika kamu lebih menyayangi Kenan karna kalian berasal dari darah yang sama. Aku takut jika pada akhirnya kita berpisah dan kita akan menjadi orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain. Aku takut hal itu terjadi. Aku sama sekali tidak pernah merasakan mempunyai tanggung jawab untuk menjaga seseorang disisi aku, tapi saat aku merasakan itu mungkin aku akan kecewa karna tanggung jawab itu sebenarnya bukanlah milik aku ataupun Ka Delvin, melainkan Kenan. Karna dia adalah orang yang memiliki tanggung jawab sebagai kakak kamu yang sebenarnya," kata Adelio dengan sendu menatap Bella yang berada dihadapannya.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang