T H I R T Y E I G H T🍃

754 71 12
                                    

Jangan lupa vote dan komen di part sebelumnya ya jangan lupa karna double up :'(



Karna setiap orang memiliki masa lalu yang ingin mereka kubur dalam-dalam. Bahkan setelah mereka meninggal.



    Nara menatap khawatir putrinya yang sedari tadi hanya terdiam menatap keluar jendela mobil. Saat ditanya pun Bella hanya menjawab sekedarnya saja tidak seperti biasanya, meskipun Bella cuek tapi Nara tidak pernah melihat Bella seperti ini. Apa yang sebenarnya dipikirkan Bella hingga membuatnya seakan tidak memiliki jiwa lagi.

     Setelah sampai pun Bella langsung masuk kedalam kamarnya dan tidak keluar lagi hingga menjelang makan malam. Awalnya Nara hanya membiarkan Bella, Nara berpikir mungkin Bella hanya merasa takut untuk pergi menggunakan pesawat karna Delvin lah yang nilainya tertinggi, tapi Nara rasa bukan karna itu.

"Apa Bella gak turun untuk makan malam?" Pertanyaan Galen membuat Nara menatap suaminya dengan senyum kecil, tidak ingin menunjukan raut khawatirnya.

"Aku yang akan membawa makan malam untuk Bella," kata Nara masih dengan senyum kecil, lalu berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk Bella.

    Galen menatap punggung Nara yang kini menyiapkan makan malam untuk Bella lalu membawanya ke dalam kamar Bella. Galen bisa melihat raut khawatir Nara meskipun istrinya menutupi dengan senyum kecil, sayangnya Galen bisa melihat pancaran mata Nara yang selalu jujur. Galen juga berpikir bahwa ada yang salah dengan Bella semenjak mereka pulang mengambil raport, dan Galen menunggu hingga Bella berbicara padanya terlebih dahulu, namun nyatanya Bella masih tidak mempercayainya bukan?

   Galen pernah berpikir mungkin dirinya dan Bella akan menjadi putri dan Papa sama seperti yang lainnya, namun nyatanya pemikiran Galen salah. Bella masih belum bisa menganggapnya sebagai Papa, meskipun Bella memanggilnya Papa tapi tidak dengan hatinya, Bella masih menutup hatinya.

      Galen bahkan sempat berpikir bahwa Bella akan menjadi lebih dekat dengannya, karna Galen tahu bahwa seorang putri lebih dekat dengan Ayah dibandingkan ibunya. Tapi lagi pemikirannya salah. Galen terlalu berharap lebih.

"Pa, dimana Mama dan Bella?" pertanyaan Delvin membuat Galen tersadar dari lamunannya.

    Galen tersenyum menjawab pertanyaan putranya, "Bella sedikit gak enak badan jadi Mama bawa makan malamnya ke kamar."

    Delvin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya lalu duduk di kursi membiarkan beberapa pelayan menyiapkan makan malamnya.

"Kenapa Adelio tidak turun makan malam?" Tanya Galen bingung, padahal biasanya Adelio selalu datang bersama Delvin.

"Katanya gak lapar dan mau main game aja," jawab Delvin lalu kembali melanjutkan makan malamnya.

   Galen menghela nafas anaknya satu itu benar-benar sangat tergila-gila pada game.

       Nara menatap Bella yang mengurung dirinya didalam selimut dengan raut sedih. Putrinya seakan menghindarinya dan itu membuat Nara merasa bersalah karna tidak lebih memperhatikan Bella. Nara menaruh nampan dinakas dan duduk dikasur mengusap selimut yang dipakai Bella dengan lembut.

"Sayang, apa Mama membuat kamu marah?" Tanya Nara dengan suara serak.

   Tidak ada jawaban sama sekali bahkan setelah sekian lama Nara mempertanyakan pertanyaannya. Nara menghela nafas untuk mengeluarkan rasa sesak di dadanya melihat Bella yang mengabaikannya. Bella tidak pernah mengabaikannya selama ini, dan ini pertama kalinya bagi Nara membuat kecewa putrinya.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang