T W E N T Y F I V E 🍃

1K 85 10
                                    



Terkadang perhatian tidak harus diperlihatkan dengan kata-kata yang menyenangkan, tapi perhatian bisa berbentuk dari saling melempar ejekan.



"Mau jadi jagoan kamu, Lio?" tanya Galen sambil tertawa pelan.

    Adelio melirik Galen dengan ekor matanya, dan memilih mengabaikan Papanya dibandingkan harus berdebat dengan Pria yang menurunkan Gen ketampanan padanya. Galen yang merasa diabaikan Adelio berusaha ingin menggoda lagi tapi sebelum terjadi Nara yang sedang mengobati Adelio menatapnya dengan tajam membuat Galen mengurungkan niatnya dan kembali fokus pada televisi yang menayangkan berita.

"Jangan buat Mama khawatir lagi Lio, kamu sudah dewasa jangan selesaikan masalah dengan fisik," nasehat Nara yang selesai mengobati Adelio.

    Adelio menggukan kepala sebagai jawaban karna ia tidak ingin melawan Nara yang sudah berbaik hati mengobatinya bukan seperti Papa yang menertawakan karna sudut bibirnya yang bengkak. Adelio jadi merasa Nara adalah Ibu kandungnya dan Galen adalah Papa tirinya, sebenarnya siapa yang kebalik disisini? Adelio menghilangkan pemikiran konyolnya dan memilih menidurkan kepalanya diatas pangkuan Nara yang langsung mengusap surainya dengan lembut. Bella beruntung memiliki wanita hebat seperti Nara dalam hidupnya.

     Adelia menatap jam yang berada di pergelangan tangannya yang masih siang. Katakan saja Ia kabur dari tugasnya sebagai Ketos yang harusnya mengkordinir anggota Osis untuk persiapan besok akan tetapi ia terlalu malas untuk bekerja sama dengan Kenan lagipula Kenan juga tidak membantu sama sekali dari pagi, biar mereka bertukaran tempat toh masih banyak anggota Osis yang lainnya yang belum bekerja. Adelio membuka matanya merasakan kakinya yang di cubit dan menatap tajam Papanya yang juga membalas menatapnya tidak kalah tajam. Apa lagi?! Adelio hanya mau tidur! Kenapa Galen mengganggunya terus?!

"Bella pulang sama Delvin?" tanya Galen santai.

"Gak tau," ucap Adelio cuek dan kembali memejamkan matanya.

"Kalian tadi pergi naik satu mobil kan?" Tanya Galen lagi seakan tidak mengaitkan Adelio menutup matanya.

"Hm," gumam Adelio malas.

   Adelio berteriak kencang ketika merasa sakit pada betisnya yang di tampar Galen dengan kencang. Adelio menegaskan tubuhnya dan menatap Papanya dengan tajam dan protesan keluar dari mulutnya. "Papa kenapa sih? Aku capek tau! Nyebelin banget sih!"

"Kamu yang kenapa! Itu Adik sama Kakak kamu pulang naik apa kalau mobilnya kamu bawa?" sahut Galen santai seakan tadi hanyalah bercandaan semata.

    Adelio yang ingin mengeluarkan protesan ya langsung terdiam memikirkan perkataan Galen yang nyatanya benar. Mereka akan pulang bagaimana? Meskipun ada aplikasi mobil online Adelio adat bahwa Delvin tidak akan menggunakan itu karna selain Delvin tidak terlalu nyaman berada di kendaraan orang lain ia juga tidak ada aplikasinya. Adelio menghela nafas dan langsung bangun untuk menjemput Delvin dan Bella yang ia tinggal begitu saja di sekolah sudah lebih dari tigapuluh menit yang lalu.

   Adelio memakai jaket hitam yang ia taruh di kepala sofa tadi dan menatap sekeliling mencari kunci mobil yang tadi ia lemparkan karna kesal.

"Kunci aku dimana ya?"

   Nara mengambil kunci mobil Adelio yang tadi ditaruh disampingnya dan memberikannya pada Adelio lalu mengucapkan agar Adelio berhati-hati saat berkendara. Nara berbalik menagap Suaminya yang dengan santai memakan pancake yang dibuatnya lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat Galen yang memiliki cara tersendiri untuk berinteraksi dengan Adelio yang nyatanya memang sedikit menyebalkan.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang