T H E R E 🍃

2.8K 172 3
                                    



Berharap, bukannya aku tak ingin melakukannya hanya saja aku takut. Takut jika itu tidak menjadi kenyataan dan akan disuguhkan dengan kenyataan yang menyakitkan.



"Berapa lama lagi sih? Kalau tau gini mendingan gue pergi aja—"

"Gak ada yang nyuruh Lo untuk ikut kita," Ucap Delvin memotong gerutuan Adelio yang sedari tadi menggerutu sejak mereka datang ke toko buku.

"Kirain bakalan jalan-jalan, kalau tau gini mendingan main game," Gerutu Adelio sambil memandang jejeran buku-buku dengan tatapan malas, dirinya sungguh bosan.

"Lebih bagus yang mana?" Tanya Delvin pada Bella. Delvin sengaja mengabaikan gerutuan Adelio yang kini merasa terabaikan.

"Apa bedanya?" Tanya Bella. Bella sebenarnya tidak terlalu menyukai Novel tapi terkadang ia membacanya jika di waktu senggang.

"Bedanya? Hm, covernya?" Jawab Delvin tidak yakin.

   Bella menatap dengan teliti dua buku yang memiliki judul sama akan tetapi dengan warna dan gambaran cover yang berbeda ditangan Delvin, Bella menunjuk buku yang ada ditangan kiri Delvin sambil berkata, "Ini. Warnanya bagus dan juga gambarannya lebih baik."

    Delvin menggukan kepalanya dan menatap buku yang ada ditangan kirinya yang ditunjuk oleh Bella. Devin mengangkat buku yang berada dalam tangan kananya sambil menatap Bella dengan senyum. "Yang kanan lebih bagus, warnanya biru kalau yang kiri pink cewe banget."

    Bella mematap Delvin yang kembali berjalan dan berheti sesekali untuk melihat-lihat buku, Bella menatap rak yang berisi buku yang diambil Delvin tadi dengan tidak percaya. Apa dirinya baru saja dikerjai? Bella menggelengkan kepalnya dan kembali memilih buku yang akan ia beli untuk mengisi waktu luangnya saat ia sedang bosan. Bella menatap satu-persatu buku yang bergenre thiller dan juga beberapa buku terjemahan yang membuatnya tertarik, Bella lebih menyukai buku ataupun film yang terdapat pembunuhan dibandingkan romantis, karna menurutnya pembunuhan membuatnya bisa berpikir bahwa banyak cara didunia ini untuk seseorang membunuh kita dan bisa dijadikan antisipasi jika kejadiannya sama. Atau bahkan sebaliknya?

    Dua kantung pelantik putih dengan logo toko buku yang baru saja dikunjungi mereka kini berpindah tangan kepada Delvin. Bella tidak pernah menemukan seseorang lelaki yang memiliki minat dalam membaca novel hingga membuatnya membeli begitu banyak novel, Bella tidak percaya jika Delvin lebih menyukai membaca novel dibandingkan bermain game ataupun yang biasa remaja lelaki lakukan. Lebih baik baca novel dari pada buang waktu liatin game yang hanya dari layar virtual, itu adalah jawaban Delvin sambil melirik Adelio yang bermain game saat Bella mencoba bertanya mengapa membeli begitu banyak buku.

    Bella menatap sekeliling dengan pandangan bingung, ia tidak yakin jika ini adalah jalan pulang menjuju rumahnya apalah Bella bisa menyebut jika itu rumahnya juga? Bella mematap Delvin yang kini mematap jalanan dengan fokus, Delvin tidak akan lupa pada jalan rumahnya sendiri bukan? Jika ya maka ini gawat, Bella bahkan hanya hafal sedikit jalan kerumah karna biasnya ia hanya memejamkan matanya dan mendengarkan musik saat keluar rumah tanpa memperhatikan setiap detail jalanan.

"Tenang aja, Kakak gak akan culik kamu," Kata Delvin sambil menatap Bella dengan senyum.

"Kemana?"

"Hm, lihat bintang?" Ucap Delvin yang membungkam Bella.

   Bella tidak tahu harus menanggapi seperti apa ucapan Delvin, bahkan Bella sendiri tidak yakin kalau Delvin bertanya atau memberinya jawaban. Bella baru saja ingin memasang headset tapi sebelah headsetnya sudah lebih dahulu ditarik Delvin dan dipakainya. Bella memutar musik dengan acak karna ia juga tidak tahu harus memutar lagu apa yang disukai Delvin dan apakah dalam playlistnya ada yang disukai Delvin atau tidak.

MY BROTHER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang