•
•
•Perasaan terindah adalah ketika mengetahui ada seseorang dalam hidupnya menggapmu begitu berarti.
•
•
•"Jadi?" Dina sengaja menjeda ucapannya, bahkan gadis berwajah bulat tersebut belum menyentuh makanan yang dipesannya hanya demi untuk bisa mencerna nanti apa yang akan dikatakan Bella.
"Apa?"
Dina menghela nafas sambil memejamkan matanya, menahan emosi karna yang dihadapinya saat ini adalah Arrabella sahabatnya yang luar biasa pintar.
"Kenapa harus pindah? Lagipula sekolah disini juga gak ada masalah sama sekali kan?" Tanya Dina dengan penekan setiap kata yang diucapkannya.
Bella mengangkat bahunya dan menjawab pertanyaan Dina dengan suara pelan. "Mana gue tau, mereka tiba-tiba bilang kalau gue pindah sekolah, karna alasan jarak."
"Lo gak mencoba nolak?" Tanya Dina dan dijawab gelengan kepala oleh Bella yang kini meminum es tehnya.
"Kenapa? Harusnya Lo bilang, kalau Lo termasuk orang yang susah bergaul di lingkungan baru."
"Gue gak mau buat mereka khawatir," Jawaban Bella membuat Dina tidak puas. Terkadang Bella itu terlalu lemah lembut dan dengan mudahnya dibully dan bahkan dibohongi.
Dina menatap Bella yang kini memakan bekalnya dengan perlahan dan penuh dengan lemah lembut. Arrabella Vasilevsky adalah orang yang paling baik dan lemah lembut yang pernah Dina temui selama hidupnya, mereka berdua bagaikan air dan api—begitu bertolak belakang. Dina menatap Bella dengan raut cemas sekaligus merasa kehilangan, Dina bertemu dengan Bella ketika ia tidak sengaja melihat gadis cantik didepannya ini sedang dibully oleh kakak kelas dan ia menolongnya. Arrabella yang begitu lemah lembut terus tersenyum padanya dan mau berdekatan dengannya bahkan duduk sebangku dengannya di saat yang lain menjauhinya dan menggap nya adalah anak nakal, Dina tidak tahu bagaimana dirinya selanjutnya jika Bella tidak ada disisinya. Dina juga takut kalau Bella akan kembali menjadi bahan pembullyan karna gadis yang memiliki bola mata hazel itu tidak bisa melawan dan hanya pasrah. Bella terlalu lemah.
Dina menghela nafas dan mengalihkan pikirannya tentang Bella yang kemungkinan akan dibully dan hanya bisa diam saja tanpa melawan, karna dirinya tidak akan disamping Bella. Dina sudah terbiasa dengan kesendirian dan ia juga bukan gadis lemah yang dengan mudahnya akan dibully, Dina lebih mengkhawatirkan Bella yang bisa saja terjadi sesuatu padanya.
15.35 sudah lebih dari limabelas menit semenjak hujan turun dengan begitu deras tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti, Bella mematap kelasnya yang perlahan kosong karna seluruh teman sekelasnya sudah lebih dahulu pergi keluar kelas sejak lima menit lalu bel berbunyi. Jika saja dirinya tidak lupa untuk melihat perkiraan cuaca mungkin ia tidak akan terjebak didalam kelas dengan keheningan yang menemaninya, Bella menatap ponselnya yang kehabisan daya dan tidak berani untuk memcarger dikelas karna ia tau bahwa itu akan melanggar aturan.
Bella mengadahkan tangannya keluar jendela menangkap tetesan air yang terus mengalir meskipun ia sudah berusaha menampungnya, Bella begitu menyukai hujan hingga rasanya ia ingin terus memandang cairan bening yang terus turun dari langit tanpa mau mengalihkan perhatiannya. Hujan adalah salah satu hal yang membuatnya begitu bahagia juga merasanyamam dan tenang. Hujan yang terus turun membasahi bumi hingga menimbulkan wangi yang mengeluarkan aroma menenangkan.
"Selain cahaya matahari Lo juga suka hujan ternyata."
Suara bariton yang mengejutkan Bella hingga membuat sikunya terbentur oleh pinggiran jendela dan mengeluarkan sedikit darah karna tergores. Bella mengalihkan perhatiannya dan menatap pria yang berseragam sangat berbeda dengan pakaian sekolahnya berada diambang pintu kelasnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/227689712-288-k558832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER [END]
Teen Fiction🍃[ SELESAI BELUM DI REVISI!!!] Arrabella tidak pernah mengharapkan memiliki seorang yang melindunginya dan selalu ada untuknya di saat ia butuhkan, selain Mamanya yang selalu sibuk. 15 tahun hidupnya selalu diwarnai dengan putih diatas kertas...