•
•
•Kesalahan pernah dilakukan siapapun. Tidak ada yang tidak pernah membuat kesalahan sama sekali di dunia ini, bahkan seseorang yang terlalu suci sekalipun.
•
•
•"Pinter tapi bodoh."
Sejujurnya Bella merasa sedikit tersinggung karna ucapan yang dikeluarkan kakak kelasnya yang kini membantunya untuk berdiri. Bella lebih memilih untuk menepuk-nepuk sisi roknya yang kotor dibandingkan harus menanggapi ucapan kakak kelasnya.
Bella mengerang pelan merasakan pinggul dan juga kakinya yang sakit ketika Ia berjalan, memang benar tenaga seseorang yang sedang marah mengerikan. Bella memejamkan matanya merasakan angin yang menerpa kulit wajahnya dan membiarkan angin menerbangkan rambutnya yang di gerai.
"Biar gue tebak pasti ada masalah antara Lo dan juga Sylvia— tentunya berkaitan dengan Adelio."
Bella membuka matanya dan langsung menatap Kakak kelas yang sedikit familier wajahnya.
"Bukan urusan Lo," jawab Bella acuh.
"Lo? Sopan! Bahkan saat gue tadi menolong pun Lo gak bilang makasih sama sekali, diajarin sopan santun kan? Satu lagi gue Kakak kelas Lo," ucapnya panjang lebar.
Bella menaikan alisnya menatap jenaka pria disampingnya, dan bertanya dengan santai, "Terus?"
"Apa?" tanyanya balik.
"Lupain," gumam Bella pelan entah didengar atau tidak Bella tidak perduli.
"Sylvia— Dia hanya terobsesi sama Adelio karna selama ini gak ada yang bisa menolaknya," ucapnya kembali memulai pembicaraan.
"Termasuk Lo?" tanya Bella spontan.
Merasa dirinya yang disamakan dengan laki-laki lain yang sama tergila-gula dengan Sylvia langsung menatap tajam adik kelas yang ditolongnya beberapa saat lalu. "Jangan sama kan gue dengan mereka."
"Tadi bilang gak ada yang bisa nolak Sylvia," gumam Bella pelan dan sayangnya terdengar.
"Gimana? Gimana? Coba ulangin?" tantangnya menatap tajam Bella.
Bella seperti menjadi simalakama; serba salah. Bella lebih memilih mengalihkan perhatiannya menatap taman belakang yang beberapa tempat sudah dihiasi dibandingkan harus memulai perdebatan dengan kakak kelas disampingnya.
Keduanya diliputi keheningan tidak ada yang memulai pembicaraan sama sekali untuk mencairkan suasana. Bella sendiri tadinya ingin mengucapkan terimakasih akan tetapi ucapan yang ingin ia keluarkan harus ia tahan karna sikap laki-laki disampingnya yang menyebalkan.
Bella mematap pintu yang tertutup rapat berharap pintu terbuka dan Bianca yang membukanya, kemana sebenarnya gadis blasteran satu itu? Kenapa lama sekali munculnya? Apakah membutuhkan perjalan panjang untuk ketoilet dan kekantin untuk membeli makanan?
"Cih, pencari perhatian," gumaman yang terdengar seperti umpatan membuat Bella mengalihkan perhatiannya dari pintu rooftop.
"Siapa?" Terkutuklah rasa penasaran dalam dirinya.
"Siapa lagi selain Ketos," ucapnya santai tidak perduli jika gadis disampingnya bisa saja memberitahu ucapannya.
Bella tahu betul siapa yang dimaksudnya akan tetapi lebih memilih untuk membungkam mulutnya dan ikut melihat bagaimana Adelio yang memerintah bawahannya—sesama anggota Osis untuk persiapan. Bella menatap Kakak kelas yang disampingnya dengan pandangan yang menyelidiki. Sebenarnya ia merasa tidak asing dengan wajahnya tapi siapa? Bella terlalu fokus dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari jika yang menjadi fokus utama pemikirannya juga tengah menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/227689712-288-k558832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER [END]
Novela Juvenil🍃[ SELESAI BELUM DI REVISI!!!] Arrabella tidak pernah mengharapkan memiliki seorang yang melindunginya dan selalu ada untuknya di saat ia butuhkan, selain Mamanya yang selalu sibuk. 15 tahun hidupnya selalu diwarnai dengan putih diatas kertas...