•
•
•Bagaimana mau tumbuh? Jika belum tumbuh saja sudah dipatahkan?
•
•
•Bianca yang tidak tahan dengan Bella yang hanya terdiam saja langsung menarik tubuh gadis tersebut untuk menghadapnya. Wajah pucat Bella membuat Bianca merasa bersalah dengan sahabatnya akan tetapi ia juga kesal karna sedari tadi terus diabaikan oleh Bella, dirinya ini dianggap apa sih?
"C'mon, Bella! Inget rulesnya, jangan lupain apa yang kita buat tadi," ucap Bianca sambil menarik Bella dan langsung meninggalkan Bella didalam kelas yang sepi.
Inget rulesnya Bella. Kata-kata yang diucapkan Bianca selalu diingat Bella dengan baik, dan Bella mulai berjalan mendekat kearah Delvin yang sedang tertidur dengan kedua tangan yang menjadi bantalnya. Bella berhenti tepat disamping Delvin dan mengguncang pelan bahu Kakak tertuanya. Dirinya ingin menjelaskan dan tidak ingin membuat kesalahpahaman ini menjadi berlarut lama dan membuat dirinya serta Delvin hanya diam ketika bertemu. Bella tidak ingin Delvin marah ataupun kecewa padanya.
Wajah pucat Bella yang pertama kali Delvin lihat ketika membuka matanya karna merasakan guncangan pada bahunya. Delvin langsung berdiri sambil menatap Bella khawatir. "Kamu ngapain disini? Kenapa keluar UKS?" tanya Delvin khawatir.
Bella menggigit bibir dalamnya mendengar nada khawatir Delvin. Bella menundukan kepalnya menatap lantai putih dan menghindari tatapan Delvin, Bella ragu jika ia tidak akan menangis karna tatapan Delvin padanya. Bella meremas ujung blouse yang dipakainya gugup. "Aku mau minta maaf," cicitnya pelan.
Bella mendengar Delvin menghala nafas kasar, Bella takut jika Delvin akan memarahinya setelah ini. Bella takut jika Delvin tidak akan menggapnya adik lagi setelah ini, Bella sangat takut jika Delvin marah padanya terus menerus. Usapan halus di rambut panjangnya membuat Bella tersadar dari pikirannya yang mulai melantur kemana-mana. Bella menodongkan wajahnya menatap Delvin yang lebih tinggi darinya dengan mata berkaca-kaca.
"Aku gak bermaksud untuk berbuat seperti itu, aku cuma takut kalian khawatir," ucap Bella menjelaskan, bisa dipastikan jika Delvin tidak berjarak dekat dengannya maka Ia tidak akan mendengar ucapan yang dikeluarkan Bella.
Bella merasakan Delvin memeluknya erat dan mengusap punggung, mencoba menenangkan dirinya.
"Maaf udah salah paham, maaf buat kamu nangis," bisik Delvin, masih dengan kedua tangan yang mengusap punggung serta rambut panjang Bella.
Bella menghapus cairan bening yang keluar dari matanya dan membalas pelukan Delvin dengan erat. Bella terlanjur terbiasa dengan kebaikan yang diberikan Delvin, dan Bella sangat takut jika Delvin akan terus marah dan mendiaminya nanti dan Bella tidak tahu harus berbuat apa jika Delvin akan terus menerus marah padanya. Bella tidak ingin membuat Delvin kecewa padanya, karna bagaimanapun Delvin adalah kakak terbaik yang dimilikinya, kakak yang selalu berada didepan untuk melindunginya dan Bella tidak akan bisa jika kehilangan sosok Delvin dalam hidupnya.
Ingat rulesnya. Perkataan yang diucapkan Bianca tadi membuat Bella melepaskan pelukan mereka dan menatap Delvin dengan senyum kecil. "Ka Delvin gak akan marah kan?" tanya Bella memasang muka imut.
Delvin terdiam beberapa saat sebelum tertawa kencang. Bella memejamkan matanya malu dan memalingkan wajahnya kesamping, rules sialan! Dirinya jadi bahan tertawaan Delvin kan sekarang. Bianca bilang semua cowo tidak ada yang tidak tahan dengan wajah yang diimutkan dan dirinya sempat tidak percaya akan tetapi Bianca bilang bahwa itu cara terampuh agar Delvin tidak marah padanya, dan kini karna itu Bella menjadi bahan tertawan Delvin.
Delvin memgentikan tawanya melihat muka Bella yang memerah meskipun sedikit pucat. "Siapa yang ngajarin buat muka gitu?" tanya Delvin sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER [END]
Teen Fiction🍃[ SELESAI BELUM DI REVISI!!!] Arrabella tidak pernah mengharapkan memiliki seorang yang melindunginya dan selalu ada untuknya di saat ia butuhkan, selain Mamanya yang selalu sibuk. 15 tahun hidupnya selalu diwarnai dengan putih diatas kertas...