Aku nggak yakin, kalau cerita ini akan bagus. Aku juga nggak bisa menjanjikan bahwa alur cerita yang aku buat ini akan disukai teman - teman yang membaca. Aku juga nggak bilang, kalau tulisan ini akan sempurna baik dari segi penulisan maupun alur cerita. Aku cuma berharap, kalian bisa menikmati cerita ini seperti aku yang juga menikmati ketika menulisnya.
Jadi, selamat membaca ya.
Salam sayang dan rindu dari aku....
Happy reading to all....
***
"Saya terima nikah dan kawinnya Elsara Nasafika dengan emas kawin seperangkat alas salat dan emas seberat lima puluh gram dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah!"
"Sah..."
"Alhamdulillah....Al - Fatihah."
"Sekarang silakan kedua mempelai pengantin saling berhadapan dan memakaikan cincin pernikahan ke jari pasangannya."
Senyum manis tercipta di bibir Elsa. Walaupun pernikahan ini berawal dari sebuah perjodohan yang dipersiapkan oleh orang tua dan mertuanya, tak Elsa pungkiri bahwa rasa syukur dan bahagia juga menyelimuti dirinya.
Elsa mengakui jika hubungannya dengan Bimo tak berawal dari sesuatu yang baik. Namun, Els juga tak dapat memungkiri bahwa perasaannya pada Bimo juga tumbuh seiring dengan kebersamaan mereka yang tak pernah menunjukkan bahwa keduanya adalah sepasang kekasih yang hendak menikah. Persetujuan Bimo tentang rencana perjodohan mereka juga sempat membuat Elsa terkejut karena pada awalnya, Bimo menentang keras rencana pernikahan tersebut.
"Nah, sekarang silakan untuk mempelai pria mencium kening mempelai wanita sebagai bentuk cinta dan kasih untuk istri. Sementara mempelai wanita mencium punggung tangan mempelai pria sebagai bentuk bakti seorang istri kepada suaminya."
Tanpa keraguan, Elsa langsung melakukan apa yang baru saja penghulu katakan. Ia mengulurkan tangannya dan meminta tangan Bimo yang telah resmi menjadi suaminya beberapa saat yang lalu. Elsa menundukkan kepalanya, lali mengecup punggung tangan Bimo penuh kekhidmatan.
"Giliran Mas Bimo ayok Mas. Jangan malu - malu, ini udah halal kok Mas," goda sang penghulu yang membuat para tamu yang hadir tertawa. "Tapi Mas Bimo harus ingat ya, sekarang ciumnya kening aja dulu. Cium yang lain - lain tunggu nanti malam di kamar pas berdua."
Godaan yang berasal dari penghulu tersebut akhirnya benar - benar membuat tawa semua orang yang menyaksikan prosesi ijab kabul meledak. Kebahagiaan jelas terpancar dari orang - orang yang hadir saat itu. Tak terkecuali pada Elsa yang sedari tadi terus menampilkan senyum manis terbaiknya. Wajahnya benar - benar menunjukkan kebahagiaan.
Namun sangat disayangkan. Di kala pancar kebahagiaan terlihat jelas di wajah mempelai wanita, hal yang sebaliknya justru terlihat di wajah Bimo - sang mempelai pria. Senyum yang sedari tadi hadir di bibirnya, tak lebih dari sekedar formalitas yang harus Bimo hadirkan di hadapan orang tua dan juga para tamu yang datang.
Godaan kini juga datang dari para tamu dan keluarga mereka. Mau tak mau, Bimo harus mengikuti permintaan mereka untuk mencium kening Elsa seperti para pasangan suami istri yang baru menikah pada umumnya.
Bimo meletakkan kedua tangannya dia tas bahu Elsa. Godaan semakin gencar saling bersahutan kala Bimo mulai mendekatkan wajahnya ke arah wajah Elsa. Namun sebelum bibirnya mendarat di kening Elsa, bibirnya lebih dulu mendekati telinga Elsa dan membisikkan suatu hal yang berhasil membuat senyum Elsa mendadak lenyap.
"Jangan harap kebahagiaan ini nyata. Pernikahan ini, enggak lebih dari sekedar kamuflase yang sengaja gue ciptakan untuk membahagiakan kedua orang tua gue. So, welcome to the hell, Elsara Nasafika!"
***
Oke, gimana pemanasannya?
Lanjut kah?
Jadi rencananya aku akan buat cerita ini pakai alur maju - mundur dengan pov gabungan. Ada kalanya nanti di beberapa part aku pakai pov orang pertama maupun ketiga.
Mohon doanya ya, biar aku bisa lancar nulis. Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE
RomanceThe story of Bimo & Elsa. Pernikahan Bimo dan Elsa terjadi karena sebuah perjodohan. Masing - masing memiliki rahasia yang menjadikan sebuah alasan, kenapa nenyetujui pernikahan yang semula tak terbayangkan. Bimo dengan rasa benci dan dendamnya te...