BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN

790 153 66
                                    

Yuk njut yukkkk

Yang belum follow, jng lupa follow akun ini dulu ya hehehhe

Makasih

Happy reading dan semoga kalian suka yaaaaaaa

****

"Nan--"

Grep

"Nando lepas! Lepasin gue!" Elsa jelas memberontak saat Nando memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Dia berusaha melepaskan diri, tapi tak kunjung berhasil. Selain karena pelukan Nando yang memang kuat, tubuhnya yang masih lemah membuatnya tak cukup bertenaga untuk melawan Nando.

"Sebentar aja, El. Sebentar." Nando menangis. Air matanya benar - benar. Mengalir. "Kasih gue waktu sebentar aja, El," pinta Nando di sela - sela isakkannya. "Gue kangen banget sama lo, El. Gue kangen banget sama kita yang dulu."

"Lepasin gue, Nando. Lepasin gue." Sekali lagi Elsa berusaha melepaskan dirinya. Namun, lagi - lagi Nando enggan melakukannya.

Nando menggeleng, menyebabkan cairan hangat dari matanya terjatuh di pundak Elsa. Hingga membuat tubuh Elsa menegang.

"Nando nangis?" tanya Elsa di dalam hati.

"Gue minta maaf, El. Gue minta maaf soal kejadian di Bali. Gue bener - bener minta maaf. Gue nyesel, El. Gue nyesel."

Air matanya mulai berhenti. Nando perlahan mengurai pelukannya pada tubuh Elsa. Senyum mulai terbentuk di bibir Nando ketika kedua tangannya bermain - main di rambut Elsa untuk membelainya.

"Lo mau memaafkan gue, 'kan?" pinta Nando penuh harap. "Lo bisa maafin gue, 'kan?" Saat ini tangannya terulur menyentuh tangan Elsa dan menggenggamnya dengan erat. Namun kekecewaan terlihat jelas di wajahnya saat Elsa melepaskan tangannya dari genggaman Nando.

"El--"

"Kenapa lo lakuin itu, Nan?" Giliran Elsa bertanya. "Kenapa lo tega melakukan hal itu ke gue?" tanya Elsa dengan mata yang telah berkaca - kaca. "Nggak cuma sekali, Nan. Lo melakukan hal yang sama dua kali. Dua kali!"

Nando lantas memejamkan mata. Tak kuasa menangkap kekecewaan yang muncul pada wajah sahabat kecilnya itu. Ah, sahabat? Nando bahkan tak yakin bahwa Elsa masih mengingat persahabatan mereka.

"Nggak cuma sekali lo melecehkan gue, Nan." Kepala Elsa menggeleng. Air mata pun telah jatuh mengaliri wajahnya. "Nggak cuma sekali."

"Jangan nangis, El. Gue selalu nggak kuat melihat lo nangis kayak gini." Nando mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata di wajah Elsa, tetapi Elsa lebih dulu menghindar. Hal itu membuat Nando hanya mampu tersenyum pedih.

"Bohong!" Elsa terkekeh pelan. "Lo pembohong. Kalau lo nggak kuat lihat gue nangis, kenapa lo selalu bikin gue nangis? Kenapa lo selalu melukai gue dengan semua yang lo lakuin?"

"El, maaf...."

"Bukan itu yang gue mau dengar dari lo, bukan itu! Gue mau lo jawab, kenapa lo tega melakukan semua itu ke gue? Kenapa, Nan? Kenapa? Kenapa?"

"Gue putus asa, El!" Pada akhirnya Nando menjawab pertanyaan Elsa dengan nada suara yang meninggi. "Gue putus asa."  Nando mengusap wajahnya dengan kasar, lalu kepalanya menunduk, membiarkan air matanya kembali luruh. "Gue putus asa, El. Sangat amat putus asa. Hidup gue udah berantakan saat lo menolak perjodohan kita dan justru meminta gue menikah sama Inar. Dan kehidupan gue makin hancur, pas tahu alasan lo nolak gue itu gara - gara Bimo." Nando kembali mendongakan wajahnya. "Bimo sahabat gue, El. Dia yang habis - habisan nolak lo jadi istri gue. Dia bilang lo cewek murahan lah, dia bilang lo ini lah itu lah. Segala macam hal buruk dia omongin soal lo, tapi pada kenyataannya?"  Nando menggeleng pelan. "Dia juga yang merebut lo dari gue." Nando terkekeh pelan.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang