Setelah pemanasan kemarin, ada kah yang menunggu cerita ini?
Happy reading and good night
Elsa mematut dirinya di depan cermin. Sepasang netranya yang menunjukkan keraguan, masih asyik menelisik penampilannya malam ini. Tak ada satu pun yang terlewat dari pengamatannya. Berawal dari rambut, wajah, hingga ujung kaki tak lepas dari pengamatannya Rambut hitam panjangnya masih tampak basah seusai dicuci. Hampir seharian menggunakan sanggul di kepala, membuat rambutnya terasa kaku karena terkena hair spray. Hingga akhirnya Elsa memutuskan untuk juga mencuci rambutnya saat mandi seusai rangkaian pesta resepsi pernikahannya selesai.
Decakan pelan keluar dari bibir Elsa kala matanya kini terfokus pada gaun tidur berbahan satin yang malam itu membalut tubuhnya. Bukan hanya karena tali spageti dan belahan dada yang cukup rendah hingga membuat penampilannya malam itu terlihat begitu sexy, tapi juga juga karena warna merah marun yang begitu kontras dengan warna kulitnya membuat Elsa terlihat semakin menawan bahkan begitu menggoda.
Sebenarnya, gaun tidur yang melekat pada tubuh Elsa malam itu sudah sewajarnya digunakan oleh seorang perempuan yang baru saja mengganti statusnya menjadi seorang istri. Bukan semata - mata menggoda suami, melainkan sudah selayaknya dan memang menjadi salah satu kewajiban bagi seorang istri untuk berpenampilan semenarik mungkin di hadapan laki - laki yang baru saja menjadi imamnya.
Namun, hal itu yang umumnya terjadi di pernikahan orang lain. Bukan pernikahan Bimo dan Elsa yang terasa semakin mencekam setelah Bimo membisikkan kata - kata menyakitkan di telinga Elsa tepat setelah keduanya resmi menyandang status sebagai suami dan istri.
Hah! Elsa membuang napasnya kasar. Andai Elsa memiliki pilihan, ia akan lebih memilih mengganti pakaian tidur pemberian ibu mertuanya itu dengan piyama - piyama kesayangannya. Sayangnya, keluarganya dan Bimo seolah kompak 'menjebak' dirinya dalam situasi yang tidak menyenangkan ini. Pakaiannya yang sudah disiapkan di dalam koper mendadak hilang dan berganti dengan pakaian - pakaia yang ternyata telah disiapkan oleh mertua dan kedua adik iparnya yang kembar. Jadi tak ada pilihan lain bagi Elsa menggunakan gaun tidur itu, daripada harus memakai gaun pernikahannya yang cukup berat atau bathrobe yang sudah pasti membuatnya semakin tak nyaman terlebih saat digunakan untuk tidur.
"Gue harus banget pake baju kayak gini di depan Bimo?" ucapnya bermonolog.
Kembali, Elsa berdecak pelan. Bibirnya mengukir senyum miris sembari terus memperhatikan gaun tidur yang membalut tubuhnya. "Nggak bakal juga dia tertarik sama gue. Jadi kayaknya percuma juga 'kan gue pakai baju beginian di depan dia. Yang ada, bibirnya dipakai buat ciumin gue, tapi malah nyinyirin gue 'kan?"
Menggeleng kepalanya pelan, Elsa kemudian menunduk. Sekelebat ucapan Bimo setelah keduanya resmi menikah beberapa saat lalu, tiba - tiba terlintas di kepalanya. Matanya mulai mengembun, hingga pada akhirnya pertahananya yang susah payah dirinya bangun di hari bahagianya ini hancur. Ya, pada akhirnya Elsa menangis.
"Jangan harap kebahagiaan ini nyata. Pernikahan ini, enggak lebih dari sekedar kamuflase yang sengaja gue ciptakan untuk membahagiakan kedua orang tua gue. So, welcome to the hell!"
Jangan tanya bagaimana perasaan Elsa saat mendengar kalimat itu tampak meluncur mulus dari mulut suaminya. Ketika ada sedikit harapan dari dalam benak Elsa untuk kehidupannya yang akan bahagia dengan pernikahannya dengan Bimo, sang suami yang dirinya harap akan mengajaknya mencapai kebahagiaannya itu justru telah menyiapkan bom yang sanggup menghancurkan harapannya tepat di hari pernikahannya.
Elsa memang menyadarinya. Bukan salah Bimo jika pria itu membencinya. Bukan salah pria itu juga jika Bimo menikahinya karena terpaksa. Namun, bukan salahnya juga 'kan jika secara perlahan cinta Elsa untuk Bimo tumbuh tanpa bisa dirinya cegah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE
RomanceThe story of Bimo & Elsa. Pernikahan Bimo dan Elsa terjadi karena sebuah perjodohan. Masing - masing memiliki rahasia yang menjadikan sebuah alasan, kenapa nenyetujui pernikahan yang semula tak terbayangkan. Bimo dengan rasa benci dan dendamnya te...