BAGIAN DELAPAN (AKU BUKAN UNTUKMU)

855 103 22
                                    

Mana yang masih setia menanti kisah Bimo dan Elsa?

Buat kalian, Bimo bakal jadi Badboy apa jadi Sadboy?

Masih mau dilanjutin nggak?

Kalau iya, yuk ramaikan selalu setiap partnya yaaaaa ...

Terima kasih

Happy reading, guys.....

***
"Ya ampun, akhirnya Tante bisa juga ketemu kalian berdua." Wajah Viani terlihat begitu berbinar. Terlebih kala pandangannya mengarah pada perut Inar yang membesar karena kehamilannya. "Sebenarnya, Tante dan Om Diga ingin bertemu kalian sejak kami tahu kalau Inar hamil untuk mengucapkan selamat, tapi apa daya...." Viani lantas melirik ke arah putra dan juga menantunya yang duduk berdampingan tak jauh dari tempatnya. "Pasangan itu sudah nggak sanggup menunggu terlalu lama. Maka mau nggak mau, kami dan juga orangtua kamu sibuk mengurusi pernikahan Elsa dan Bimo."

"Inar dan Kak Nando mengerti kok, Tante," balas Inar dengan suaranya yang lembut. Matanya melirik ke arah sang suami yang masih sibuk memandangi Elsa dan Bimo. Sejenak menarik napas, tangan kemudian terulur menarik tangan sang suami hingga berhasil membuat Nando mengalihkan pandangannya. Inar tersenyum tipis, sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada kedua mertua kakak perempuannya itu. "Maaf juga ya, Tan, Om kalau kemarin kami nggak sempat datang ke acara pernikahan Kak Elsa dan Kak Bimo."

"Nggak apa - apa, Nar. Kami paham kok." Kali ini Diga - ayah Bimo yang menjawab. "Kalian 'kan lagi babymoon. Lagi pula, kakak - kakak kalian juga sudah pasti paham kok," tambah Diga diakhiri senyuman.

"Kalau kami tahu pernikahan Elsa dan Bimo dilaksanakan kemarin, pasti kami akan lebih memilih datang dan bukan berlibur di Bali."

Hening. Suara tawa yang semula sempat bersahutan di tengah - tengah percakapan keluarga itu mendadak lenyap. Sampai pada akhirnya, tawa Nando kembali menguar dan berhasil mencairkan suasana kembali.

"Ya, masa sahabat dan kakak ipar aku nikah, kami nggak datang?" Nando masih tertawa, berbeda dengan sang istri yang terlihat begitu terluka. "Iya 'kan, Sayang?" Nando menoleh ke arah Inar. Tangannya meremas tangan Inar yang kemudian dibalas dengan remasan yang tak kalah kuat. Sorot mata wanita itu jelas menunjukkan luka yang teramat dalam. "Kalau kita tahu pernikahan mereka berlangsung kemarin, pasti kita atur ulang jadwal liburan kita 'kan?"

Tak ada jawaban dari Inar, Nando memilih untuk memutus kontak mata dan mengalihkan pandangannya pada kedua orangtua Bimo. "Pernikahan Bimo dan Elsa terlalu mendadak ya, Tan? Sampai kami aja nggak tahu."

Viani tertawa, matanya melirik ke arah sang putra. "Bimonya udah nggak kuat. Minta buru - buru."

"Lagipula, mereka sudah terlalu lama pacaran jarak jauh, Nan," ujar Diga diikuti tawa. "Om juga khawatir kalau mereka terlalu lama pacaran dan malah keblabasan."

"Bimo kayaknya nggak bakal bisa neko - neko ya 'kan, Tan, Om?" Nando menatap Bimo dengan tatapan mengejek. "Bimo yang aku kenal itu anak baik - baik 'kan?"

Bimo terkekeh pelan. Tatapannya tak kalah sinis membalas tatapan tajam mantan sahabatnya itu.

"Tapi bisa aja gue khilaf 'kan kalau deket - deket Elsa?" balas Bimo yang akhirnya mengeluarkan suara. Tubuhnya semakin merapat pada tubuh sang istri yang terasa menegang. Terlebih saat Bimo merangkul pundak Elsa dan memberikan ciuman mesra di sudut bibir perempuan itu. "Makanya gue minta buru - buru diresmiin. Biar Elsa nggak direbut orang juga. Lagian gue sama Elsa udah terlalu lama tunangan, Nan. Jadi maaf ya, kalau gue kelupaan ngabarin lo."

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang