BAGIAN EMPAT PULUH DUA

782 161 13
                                    

Siap lanjut ya?

Biar cepet kelarnya hehehhe

Lanjutttt yuukk

***

"Bim, ngaku dong. Bilang kalau lo emang takut gue pergi lagi." Sudah lebih dari setengah jam, Elsa terus membututi suaminya kemana pun. Meminta suaminya untuk menjawab pertanyaannya. "Tinggal jawab doang kan nggak susah, Bim."

"Apaan sih, El?" Akhirnya Bimo mengeluarkan suaranya. Setelah meneguk sedikit air dingin yang baru saja keluar dari kulkas, Bimo pun menyahuti ucapan istrinya dengan balik bertanya.

"Kok apa sih?" Elsa berdecak pelan. "Gue kan nanya untuk dijawab, Bim. Bukannya lo malah nanya balik."

Bimo memutar bola matanya malas. "Ya suka suka gue lah. Mulut - mulut gue."

"Iya mulut lo yang sekarang suka tiba - tiba nyosor!" balas Elsa yang berhasil membuat sang suami tercengang. "Giliran suruh jawab pertanyaan nggak mau," lanjut Elsa menggerutu.

Bimo menghela napas. Tubuhnya sengaja bersender pada senderan kursi bar yang Bimo siapkan di dekat meja makan.

"Iya gue takut," ujar Bimo pelan.

"Serius?" Wajah Elsa berbinar seketika. "Lo beneran takut ditiinggal gue lagi, Bim?" Jelas, Elsa tak mampu menutupi kebahagiaannya.

"Takut diamuk Mami dan Papi lagi karena menantu kesayangannya nggak ada." Bimo lalu turun dari kursi. "Jangan kepedean lo jadi orang." Bimo sempat menjitak pelan kepala istrinya, sebelum akhirnya berlalu meninggalkan Elsa.

"Bimo!" Elsa membalikkan tubuh. Dan hanya melihat punggung Bimo yang semakin menjauh. Sebelum suaminya itu benar - benar menghilang, Bimo lebih dulu mengangkat tangannya dan seolah melambaikan tangan.

Elsa kemudian menghela napas panjang. Kepalanya menggeleng sebelum tawa kecil meluncur dari bibirnya.

"Susah amat sih jujur sama diri sendiri, Bim."

***

Walaupun telah memutuskan untuk tinggal di rumahnya sendiri, kebiasaan Bimo saat tak berangkat ke kantor pun tidak berbeda. Playstation tetap menjadi teman favoritnya saat harus menghabiskan waktu di rumah. Dia justru merasa lebih bebas karena tidak akan mendengar omelan sang mami mengenai dirinya yang terus - terusan bermain game.

Sekali lagi Bimo menyadari bahwa sang istri tak ada di dekatnya. Sambil mengembuskan napas kasar, Bimo meletakkan konsol game yang berada di tangannya. Bimo lantas bangkit dan bergegas keluar dari kamarnya.

"Elsa...." Bimo berteriak memanggil nama istrinya. Dia tidak panik seperti saat pagi tadi, karena yakin sang istri tidak mungkin pergi selain membeli makanan. Ah, jika mengingat hal itu membuat Bimo merasa gemas. Ada rasa kesal, tetapi disaat yang bersamaan pun dirinya ingin tertawa.

Bimo menuruni satu per satu anak tangga. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sosok yang pagi tadi berhasil membuatnya memecahkan meja di ruang tamunya. Hingga matanya menemukan keberadaan sang istri yang sedang asyik memakan sesuatu di ruang keluarga.

"Ngapain lo?"

Uhuk uhuk

Elsa langsung terbatuk. Kehadiran Bimo yang tiba - tiba berhasil mengejutkannya. Hingga membuatnya tersedak oleh makanan yang berada di dalam mulutnya.

"El..." Bimo mendekati Elsa dan menepuk punggung istrinya. Terlihat raut panik pada wajah berusia dua puluh sembilan tahun itu. "Lo kenapa ha?"

"Mi...num... " Elsa menunjuk minuman yang berada di meja makan dengan salah satu tangannya, sementara tangannya yang lain berada di atas dadanya. Mengusap pelan, untuk melegakan dada dan juga tenggorokannya.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang