Jadi gimana part sebelumnya?
Yang nangis ada nggak nih? Ayo angkat tangannya wkwkkwk
Masih mau lanjut?
Mana suaranya nih yang masih mau lanjut.
Siapppp??
Happy reading
***
Waktu berjalan dengan cepatnya. Tanpa terasa, genap dua bulan sudah Elsa menyandang status sebagai seorang istri. Syahdan Bimo Rizaky - pria yang seharusnya merasa beruntung telah berhasil mendapatkan Elsa. Namun pada faktanya, yang terjadi justru sebaliknya. Bimo justru lebih sering kali atau bahkan dapat dikatakan selalu menguji kesabaran Elsa.
Sayangnya, dua bulan menjadi istri Bimo bukan waktu yang cukup bagi Elsa untuk mengubah sikap Bimo terhadapnya. Jangankan dua bulan, selama tujuh tahun menjalin hubungan sebagai 'sepasang kekasih' saja tak mampu membuat Bimo luluh. Namun Elsa tak pernah mengeluh. Elsa juga tak pernah menuntut lebih setelah dirinya menyadari bahwa perasaannya itu nyata. Cintanya pada Bimo yang perlahan timbul bukanlah kamuflase belaka. Cukup dengan Bimo tak memintanya menyerah dan pergi, itu sudah lebih dari cukup bagi Elsa untuk bertahan. Berharap, rasa itu juga akan muncul dalam benak Bimo secara perlahan. Bagi Elsa, selalu ada kemungkinan walaupun hanya secuil. Setidaknya, hal itu yang mampu menjadi motivasi bagi dirinya untuk merobohkan tembok kokoh yang sengaja dibangun Bimo di antara mereka.
Dalam kurun waktu dua bulan ini, nyaris tak ada pula perubahan yang terjadi di antara Bimo dan Elsa selain keduanya yang kini tidur di dalam kamar yang sama. Walaupun belum berada di atas ranjang yang sama. Elsa tidur di atas ranjang yang puluhan tahun menjadi alasnya tertidur, sementara Bimo memilih untuk tertidur di atas sofa atau di atas karpet bulu yang berada di kamarnya. Tentu, Bimo tak sejahat itu pada seorang perempuan untuk tidur di atas sofa maupun karpet yang sejujurnya membuat tubuhnya pegal - pegal. Setidaknya, hati nuraninya sebagai manusia masih bekerja. Bimo memang ingin menyakiti Elsa sebagai alat untuk membalas dendam. Namun, bukan berarti Bimo akan menyiksa Elsa secara fisik. Cukup batinnya saja yang Bimo usik, kurang lebih seperti itu lah yang ada di dalam benak Bimo.
Mengenai ultimatum yang diberikan Viani kepada Bimo? Tampaknya Bimo tak ingin mengambil pusing mengenai masalah itu. Sikapnya terhadap Elsa masih sama. Begitu manis di depan orangtuanya, dan sebaliknya jika hanya ada dirinya dan Elsa. Namun nyatanya tak semudah itu lagi bagi Bimo meciptakan kamuflase di depan kedua orangtuanya. Viani dan Pradiga terlihat jauh lebih memperhatikan hubungan anak dan menantunya itu untuk memastikan bahwa pernikahan keduanya akan tetap baik - baik saja.
"Bim, sarapannya udah siap tuh." Tak berbeda dengan Bimo, sikap Elsa kepada Bimo pun tak pernah berubah. Elsa selalu bersikap manis dan berusaha menjadi istri yang terbaik untuk Bimo. "Ayam bakar madu kesukaan lo."
Bimo yang sedang sibuk dengan aktivitasnya, memilih untuk mengabaikan sang istri. Setelah melihat sekilas pantulan wajah Elsa di cermin, Bimo kembali mengalihkan fokusnya pada dasi yang telah melingkar di lehernya.
"Apa sih susahnya minta tolong, Bim?" cibir Elsa. Kakinya melangkah perlahan menuju tempat sang suami berdiri. Elsa menarik bahu Bimo hingga tubuh sang suami berputar dan beralih menghadapnya. "Lo kan bisa ngomong sama gue." Elsa berdeham sejenak, seraya mengambil alih aktivitas kedua tangan Bimo yang sedari tadi sibuk menyimpulkan dasi, "Elsa, istriku tersayang...tolong dong pakein dasi di leherku. Suamimu ini nggak bisa pasang dasi loh." Elsa mengakhiri kalimatnya dengan kekehan kecil.
Bimo berdecak pelan. Ia menarik dasinya dari tangan sang istri dengan kasar. "Kalau nggak mau pasangin ya udah. Nggak usah pasangin. Jangan sok baik jadi cewek! Nggak bakal mempan buat gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE
RomanceThe story of Bimo & Elsa. Pernikahan Bimo dan Elsa terjadi karena sebuah perjodohan. Masing - masing memiliki rahasia yang menjadikan sebuah alasan, kenapa nenyetujui pernikahan yang semula tak terbayangkan. Bimo dengan rasa benci dan dendamnya te...