BAGIAN TIGA BELAS (KACAU)

928 133 75
                                    

Gimana part kemaren?

Siap kembali menjadi saksi kehancuran Syahdan Bimo Rizaky?

Yuk mareeee

Satu kata untuk Bimo?

Please, komen yang banyak ya. Sebanyak - banyaknyaaaaaa biar aku semangat. Biar ideku ngalir terus hehehe

Happy reading....

***

"Bim, balik lo sekarang!" kata Dipta memerintah. "Elsa barusan telepon bini gue, dia nyariin lo."

Bimo tak menanggapi ucapan sahabatnya itu. Dia hanya menyugar rambutnya kasar, lalu menghabiskan sisa minuman di depannya. Bukan, bukan minuman keras atau sejenisnya. Itu hanya kopi susu buatan  Arash - istri Dipta. Ya, lagi - lagi malam itu Bimo mengganggu pasangan suami istri yang sedang berlibur itu.

"Lo bilang Arash deh, Dip," kata Bimo sembari menoleh ke arah Dipta. "Gue numpang tidur di sini."

Mata Dipta lantas melebar sempurna. Ingin rasanya Dipta menendang sahabatnya ini sejauh mungkin. Belum cukup kah kemarin Bimo menganggu acaranya dengan sang istri karena keributan di kelab malam? Belum lagi seharian ini Bimo berada di Villa yang ditempatinya bersama sang istri, sehingga mengganggu kemesraannya dengan Arash. Apa harus ditambah lagi dengan malam ini dia menemani temannya yang terlihat kacau ini?

"Lo gila ya, Bim?" tanya Dipta lebih cenderung memaki. "Bukan cuma lo yang lagi bulan madu, gue juga ini loh. Lo malah gangguin gue mulu sih!"

"Dip, lo sadis amat jadi temen. Arash aja nggak masalah gue di sini. Lo kok sewot banget sih?"

"Ya, gimana gue nggak sewot?" tanya Dipta kesal. "Waktu gue program buat anak sama Arash jadi berkurang banyak gara - gara lo," lanjut Dipta diakhiri dengusan kencang. "Lo tahu 'kan, gue sama Arash udah lama nikah dan masih belum juga dapat baby?" Wajah Dipta berubah sendu. "Gue berharap banget, setelah liburan ini...Allah bisa kasih kepercayaan buat gue dan Arash untuk punya anak."

Mendengar Dipta bercerita mengenai anak, membuat Bimo teringat akan percakapannya dengan Elsa sebelum dia memutuskan pergi dari Villa. Ya, bagaimana kalau Elsa benar - benar hamil? Bimo benar - benar merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa pertahanannya hancur hanya karena tergoda melihat bibir tipis Elsa? Bukan kah selama beberapa tahun belakangan ini, dia selalu berhasil menyelamatkan dirinya dari godaan perempuan itu.

Tak munafik, sebagai laki - laki normal Bimo sering kali tergoda dengan Elsa. Terlebih saat Elsa menggunakan pakaian yang menampilkan lekuk tubuhnya. Jangan kira Bimo tak merasa gemetar saat melihat Elsa menggunakan pakaian tidur super mini saat di malam pertama mereka. Jika sikapnya saat itu terlihat dingin, itu hanya bentuk dari usahanya untuk menahan gejolak dari dalam dirinya. Dan nyatanya? Kemarin malam, pertahanannya benar - benar luruh tak karuan.

"Sial!" maki Bimo pelan, tapi masih dapat didengar Dipta dengan jelas.

"Eh, temen gesrek lo ya!" balas Dipta kencang. "Kok malah lo yang maki gue sih? Nggak tahu terima kasih banget lo jadi temen."

"Bukan lo, Dip," balas Bimo tak kalah kesal. "Bosen gue maki - maki lo!"

"Lah terus?" Dipta kebingungan. "Ke siapa? Nando?"

"Kenapa lo bahas Nando lagi, sih?" Bimo berdecak sebal.

Dipta lantas menghela napas panjang. Melihat hubungan kedua sahabatnya yang kian memburuk, membuatnya cukup prihatin.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang