BAGIAN TIGA (MALAM ITU)

1K 135 7
                                    

"Nan, please lepasin gue." Di tengah kekalutan hati dan ketakutannya, gadis bernama Elsara Nasafika tengah berjuang melepaskan diri dari cengkeraman seseorang yang sebenarnya dikenal Elsa sebagai sahabat yang baik dan selalu ada untuk dirinya. Namun malam ini, sosok yang kerap membantunya menghadapi kesulitan dalam kehidupannya justru terlihat begitu berbeda malam ini. Arliandra Nando Gatara terlihat menyeramkan hingga berhasil membuat Elsa merasa takut pada Nando untuk yang pertama kalinya.

"Lepas?" beo Nando lalu tertawa kencang. Alkohol nyatanya tak benar - benar membuat kesadarannya menghilang. Walaupun caranya berjalan sudah tak lagi tegak, tapi cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Elsa justru semakin erat. "Gue nggak akan lepasin lo, El. Nggak akan!"

"Nan, please. Jangan kayak gini. Lo bikin gue takut, Nan." Pantang menyerah, Elsa masih berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Nando pada pergelangan tangannya yang terasa semakin menyakitkan. Namun hal itu justru memancing Nando untuk berbuat lebih. Tanpa Elsa duga sebelumnya, Nando menarik tubuh Elsa ke dalam dekapannya.

"Nan, lepas, Nan! Lepasin!" Sekuat tenaga Elsa berusaha melepaskan diri. Kedua tangannya mendorong dada Nando agar pelukan keduanya terlepas. Namun yang dilakukan Nando justru semakin menggila. Nando membiarkan bibirnya ikut bekerja dengan mengecupi leher jenjang Elsa yang menguarkan aroma wangi yang selama ini hanya mampu Nando hirup dari jarak yang cukup jauh.

"Nando, lepasin! Nando jangan kayak gini!"

"Lo!" Nando akhirnya menghentikan aksinya. Tubuhnya sudah menjauh hingga menciptakan jarak antara dirinya dengan tubuh Elsa. Namun kedua tangannya tetap bertengger di atas bahu Elsa yang bergetar. "Lo, yang buat gue kayak gini. Bukan lo yang harusnya takut, El. Lo yang udah buat gue takut, Elsara. Lo yang buat gue jadi kayak gini!"

Bibir Elsa menciptakan ringisan kecil. Matanya pun ikut terpejam. Rasa nyeri semakin Elsa rasakan ketika cengkeraman tangan Nando di bahunya semakin menguat.

"Nan, gue nggak ngerti." Kepala Elsa menggeleng pelan. Matanya telah terbuka dan terlihat mengalirkan air mata. "Gue nggak ngerti sama yang lo bilang, Nan. Apa salah gue? Apa salah gue sampai buat lo kayak gini?"

Nando kembali tertawa. Namun kali ini tak selantang sebelumnya. Tawanya kali ini justru sarat akan kesedihan di dalamnya. Cengkeraman tangannya pada bahu Elsa mulai mengendur. Kini kedua tangannya bergerak menuju wajah Elsa, lalu membingkai wajah cantik gadis yang tengah menangis itu.

"Kenapa lo tolak perjodohan kita, El? Kenapa lo tolak pernikahan kita, Elsa?" tanya Nando dengan nada yang ditinggikan pada akhir pertanyaannya. "Apa yang kurang dari gue, El? Apa yang buat lo nggak mau nikah sama gue?" Setelah sempat meninggi, kini nada suara Nando kembali merendah. "Gue sayang sama lo, El. Gue...gue cinta sama lo. Apa lo nggak sadar? Apa lo nggak bisa ngerasain apa yang gue rasain ke lo selama ini, El?"

"Nan--"

"Terima gue, Elsa. Gue mau jadi suami lo. Gue mau lo!" teriak Nando lagi. Kedua tangannya yang semula berada di bahu Elsa telah terjatuh. Kakinya melangkah mundur dengan wajah yang sudah merunduk. "Gue cinta sama lo, El. Gue mau jadi suami lo."

"Nan--"

Nando mendongak. Kepalanya menggeleng pelan. Sepasang matanya juga tampak basah menandakan bahwa laki - laki berhidung mancung dan berlesung pipi di salah satu pipinya itu menangis.

"Gue nggak mau denger lo ngomong selain lo ganti keputusan lo."

"Nando, kita sahabatan."

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang