Bagian Enam Puluh Dua

1.9K 155 50
                                    

Yok mana suaranya yoook

Gimana part kemarin, bikin gemes ga sih??

Semangatin aku donggg pleaseeee huhuu

Aku butuh penyemangat wkwkwk

***

"Kak, kok kamu pulang?" tanya Viani saat melihat putra sulungnya baru saja memasuki rumahnya. Buru - buru Viani mendekati Bimo yang masih berada di ambang pintu. "Kamu tinggalin istri kamu sendirian?" Tersirat kekhawatiran dari nada suaranya.

Bimo menghela napas panjang. Jika tak ingat bahwa yang mengajukan pertanyaan ini adalah sang ibu, ingin rasanya Bimo mengabaikannya saja dan bergegas masuk ke dalam kamar. Saat ini, Bimo benar - benar sedang merasa malas meladeni orang.

"Mau mandi, Mi," jawab Bimo dengan senyum yang dibuat - buat. Sebisa mungkin Bimo bersikap biasa, agar tak menimbulkan kecurigaan apapun dari maminya itu.

"Mandi?" tanya Viani tak percaya. "Kamu kan bisa mandi di Rumah Sakit, Kak. Kenapa harus pulang dan ninggalin istri kamu sendirian di Rumah Sakit sih? Kalau dia butuh apa - apa gimana coba? Frean cerita katanya Elsa harus bedrest. Kalau kamu tinggalin, dia gimana Bimo?"

Tepat seperti dugaan Bimo, sang mami pasti akan berbicara panjang lebar mengenai menantu kesayangannya. Saat ini Bimo sedang berpikir keras untuk me cari jawaban yang paling tepat untuk Maminya. Tak mungkin 'kan Bimo mengatakan hal yang sesungguhnya terjadi sebelum dia memutuskan pulang tadi.

"Bimo lupa bawa baju, Mi." Jawaban absurd yang pasti tak semudah itu dipercaya oleh Viani.

"Lupa bawa baju?" beo Viani dengan mata yang menyipit. Jelas wajahnya menunjukkan rasa tak percaya. "Kamu nggak  buat gara - gara 'kan, Kak?"

"Gara - gara apa sih, Mi?" Bimo berusaha mengelak. Sebisa mungkin dia menyahuti ucapan sang mami dengan tenang agar tak menyulut kecurigaan lain. "Asli deh, Mi. Bimo mau mandi dulu ya, Mi. Habis itu, Bimo bakal balik lagi kok ke Rumah Sakit. Mami nggak usah khawatir ya." Bimo menutup percakapan dengan senyuman. Tak lupa sebuah kecupan dari Bimo mendarat tepat di kening wanita yang melahirkannya itu.

"Kak, Mami belum selesai ngomong."

Bimo hanya melambaikan tangannya ke arah Viani dan langsung berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Sementara Viani hanya mampu menggelengkan kepala saat melihat tingkah laku anak sulungnya.

Baru saja memutar tubuhnya untuk kembali ke ruang keluarga, Nola yang muncul dari area halaman belakang pun menghampiri Viani. "Siapa, Mi? Ada tamu?"

"Kakakmu pulang," kata Viani menjawab.

"Kak Bimo ninggalin Kak El sendirian di Rumah Sakit?"

Viani menghela napas panjang dan menganggukan kepala. "Mau mandi katanya."

"Lagi nemenin istri di Rumah Sakit terus pingin pulang cuma gara - gara mau mandi?"

Viani mengangguk. "Katanya sih gitu."

"Tapi 'kan dia ninggalin Kak El sendirian, Mi. Katanya Kak El harus bedrest 'kan? Ya masa ditinggal gitu sih?"

"Udah ah, biarin aja Kakakmu mau ngapain. Yuk siap - siap, kamu katanya mau nemenin Mami ke makam Papi. Mami udah kangen lagi sama Papi, Nol." Mata Viani tampak berkaca - kaca. Wajahnya masih terlihat pucat. Walaupun air mata sudah tak mengalir seperti sehari sebelumnya, rasa sedih dan duka masih tetap tampak pada wajahnya.

"Jadi dong, Mi," sahut Nola sambil mengusap lembut pipi sang mami. "Nola juga kangen banget sama Papi. Nola mau ketemu Papi lagi." Bukan hanya Viani, mata Nola juga kini tampak berkaca - kaca kala sedang membicarakan almarhum ayahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang