BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN

835 148 26
                                    

Siap melanjutkan petualangan bareng Mas Bimbim?

Gimana?

Si Bimbim bikin cenat cenut, bilang ga suka, tapi dicium oke oke aja

Hadeeeh

Happy reading

***

"Itu menurut lo?" Bimo berbisik tepat di depan telinga sang istri. "Kalau gitu, giliran gue kasih tahu versi gue ya?" Jika semula Elsa yang tersenyum lebar karena berhasil membuai Bimo dengan ciumannya, kini senyum itu tampak berpindah pada bibir Bimo. Bahkan senyum di bibir Bimo semakin lebar saat dapat merasakan tubuh Elsa menegang. Bulu - bulu halus di sekitar wajah Elsa pun terlihat meremang, terlebih saat tangan Bimo mulai mengusap wajah hingga leher Elsa.

Pelan namun pasti, Bimo semakin mengikis jarak antara bibirnya dengan bibir Elsa. Hingga pada akhirnya, bibirnya berhasil mendarat pada bibir Elsa yang masih tertutup rapat. Bimo mulai memejamkan matanya. Bibirnya mulai terbuka, sengaja memberikan akses pada lidahnya untuk dapat ikut serta menyerang pertahanan bibir Elsa yang masih saja terkatup rapat. Namun, tak seperti sebelumnya. Menurut Bimo, kali ini Elsa terasa lebih kaku. Hingga akhirnya Bimo memilih menarik bibirnya menjauh dari bibir Elsa. 

"Kenapa sekarang lo pasif banget?" Sekali lagi Bimo memberi sentuhan pada bibir Elsa, kali ini menggunakan jarinya. "Kok nggak kayak tadi?" tanya Bimo yang sengaja memancing. "Bukannya lo mau tahu definisi berciuman versi gue?"

"Bim hmmpt...." Kali ini Bimo memotong kalimat Elsa dengan sebuah ciuman.  Kali ini, lidanya berhasil melesak masuk ke dalam rongga mulut Elsa. 

Perlahan, Elsa pun membalas ciuman itu. Membiarkan naluri keduanya bekerja dalam memberikan definisi berciuman yang sebenarnya menurut Bimo. Namun, suara derit pintu membuat keduanya buru - buru menghentikan aksi mereka. Secara kompak, keduanya lantas menoleh ke arah pintu.

"Frean?" gumam Elsa saat melihat keberadaan adiknya di ambang pintu. Kedua tangannya masih bertengger di atas pundak sang suami. Terlalu menikmati sentuhan yang baru diberikan Bimo, membuatnya tak sadar bahwa kedua tangannya berhasil membuat pakaian yang dikenakan Bimo kusut.

Frean tak langsung menjawab. Dia masih cukup shock saat melihat kakaknya dan sang suami sedang berciuman. Sebelumnya, Frean tak pernah membayangkan jika dirinya akan memergoki kakak dan juga seuaminya sedang berciuman. Bukan saja karena tempat yang menjadi saksi kemesraan sepasang suami istri yang seminggu lalu berhasil dirinya pisahkan, tetapi juga karena hubungan Elsa dan Bimo yang tak pernah menunjukkan jika keduanya mampu melakukan itu.

"Ah, adik ipar gue udah datang ternyata." Bimo tersenyum lebar. Tubuhnya lantas menjauhi tubuh sang istri. Tak lupa tangannya yang semula berada di tengkuk istrinya. "Kalau gitu, silahkan kalian selesaikan permasalahan kalian." Bimo menatap Frean dan Elsa bergantian. "Gue tinggal ke mobil dulu sekalian bawa barang - barang."

Bimo mengambil barang - barang milik Elsa yang sempat berjatuhan, lalu berjalan begitu saja menuju pintu untuk keluar dari ruangan tersebut. Namun Frean lebih dulu menghalanginya hingga membuat Bimo memicingkan mata. "Kenapa?"

Frean menghela napas panjang. "Terima kasih." Hanya dua kata yang keluar dari bibir Frean sebelum dia kembali memberi jalan untuk pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu.

Bimo tersenyum tipis. Tanpa menanggapi ucapan yang disampaikan oleh Frean, Bimo akhirnya benar - benar berlalu meninggalkan ruang perawatan Elsa. Sengaja memberikan waktu bagi sepasang kakak adik yang sedang terlibat permasalahan tersebut.

Elsa masih menatap adiknya dengan matanya yang berkaca - kaca. Sejak tahu bahwa Frean ada di balik kedatangan Nando ke rumah sakit untuk menemuinya, Elsa memang tak ingin ditemui oleh adiknya itu. Rasa kecewa jelas bercokol di dalam hatinya saat mengetahui bahwa adiknya lah yang memberi tahu semua yang terjadi pada dirinya termasuk rumah tangganya kepada Nando.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang