Pingin ngebut up sampe tamat, doain aku yaaaa biar mood nulisku on terus
Butuh disemangatiiiin deh ini huhuu
Please kasih komen yang banyak yaa, komen temen2 tuh jadi support system bgt buat aku
***
Seolah tak terjadi apapun, pagi ini Elsa terbangun tanpa beban. Senyum menghiasi bibir tipisnya yang tak sepucat hari - hari sebelumnya. Walaupun mata sembabnya masih terlihat samar - samar, tak menghalangi Elsa memberi sapaan hangat untuk sang suami tercinta yang baru saja memasuki ruang perawatan Elsa entah dari mana.
"Pagi Papa...."
Jangan tanyakan seberapa besar Bimo merasa terkejut. Baru saja membuka pintu ruang tempat Elsa mendapatkan perawatan, sambutan hangat nan lembut dari sang istri langsung diterimanya.
Bimo memilih tak merespon sapaan sang istri. Calon ayah itu lalu menutup pintu dan langsung melangkahkan kakinya menuju brankar sang istri.
Elsa sempat tersenyum kecut saat menyadari sapaan hangatnya untuk sang suami tak mendapat balasan. Sejenak, Elsa menarik napasnya dalam. Berusaha melegakan dadanya yang lagi - lagi terasa sesak. Hingga pandangan matanya jatuh pada kresek putih yang berada di dalam genggaman sang suami.
"Papa abis beli sarapan ya?" tanya Elsa lagi masih dengan nada yang sama. Memilih mengabaikan sikap Bimo yang sangat dingin terhadapnya. "Beli apa Papa? Mama dan Kakak mau lihat dong," ucap Elsa dengan antusias. Walaupun masih harus berbaring di atas brankar, kondisi Elsa hari ini sudah terlihat jauh lebih baik dibanding saat pertama mendapatkan perawatan di Rumah Sakit.
Bimo yang sedang mengeluarkan styrofoam box dari dalam kantung kresek untuk di letakkan di atas meja pun langsung menghentikan aktivitasnya. Ada kata asing yang baru saja keluar dari bibir sang istri yang cukup menyita perhatiannya.
"Lo bilang apa barusan, El?" tanya Bimo setelah menoleh ke arah Elsa. "Lo sama siapa tadi yang mau lihat makanan?"
Elsa tersenyum lebar sebelum memberikan jawabannya. "Mama sama kakak, Papa. Kami mau lihat. Papa beli apa buat sarapan?"
"Kakak?" beo Bimo tanpa sadar. "Maksudnya, anak itu...maksud gue bayi di perut lo?"
Elsa jelas mengangguk dengan semangat. Jarak antara dirinya dan Bimo yang tidak begitu jauh membuat Elsa mudah meraih tangan suami dan menariknya untuk mengusap perutnya.
"Hai, Papa...." Kali ini Elsa mengeluarkan suara seperti anak kecil. Seolah - olah yang sedang menyapa Bimo adalah buah hati mereka yang masih berada di dalam kandungan. "Ini, Kakak."
Tangan Bimo yang semula hanya diam saja, tiba - tiba mulai bergerak. Tidak terlihat jelas memang, tapi Elsa dapat merasakan usapan - usapan lembut di permukaan perutnya yang kala itu hanya tertutup sehelai pakaian. Sayangnya, euforia yang dirasakan Elsa tak bertahan lama. Seolah tersadar akan suatu hal, Bimo buru - buru menarik tangannya dan kembali melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda.
"Gue beliin lo soto madura di depan Rumah Sakit," ucap Bimo dengan suaranya yang tetap saja datar. Bimo dengan telaten meracik isian soto dan kuah yang baru saja dibelinya. Beruntung Bimo memiliki tempat bekal di dalam mobil untuk menyajikan makanan hangat tersebut untuk sang istri.
"Ini buat aku, Bim?" tanya Elsa ragu - ragu. Matanya berkedip beberapa kali saat Bimo meletakkan soto khas madura di atas meja makan khusus pasien di hadapannya.
"Lo nggak mau?" Bimo bertanya balik dengan nada ketus. "Ya udah kalau lo nggak mau, gue buang aja."
"Eh...eh, jangan dong." Buru - buru Elsa bangkit untuk duduk dan langsung menahan lengan sang suami yang hendak kembali meraih kotak makan berisi soto hangat yang masih mengeluarkan kepulan asap tipis itu. "Siapa sih yang bilang nggak mau?" Elsa pun menarik kotak makan itu untuk lebih dekat ke arahnya. "Perasaan Mama cuma nanya ini buat siapa ya 'kan, Kak?" kata Elsa yang seolah - olah sedang berbicara dengan anaknya. "Papa tuh sensian banget sih ya? Pantes dulu Tante Shani nolak Papa terus, Papanya galak gitu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE
RomanceThe story of Bimo & Elsa. Pernikahan Bimo dan Elsa terjadi karena sebuah perjodohan. Masing - masing memiliki rahasia yang menjadikan sebuah alasan, kenapa nenyetujui pernikahan yang semula tak terbayangkan. Bimo dengan rasa benci dan dendamnya te...