BAGIAN LIMA PULUH SATU

1K 153 61
                                    

yok lanjut yokkk

mana suaranya?

ada yang mau ngasih pesen atau ngomong sama Mas bimo?

Silakan ajukan pertanyaan kalian yaaa, nanti Bimo yang akan jawab

***

Tanpa terasa, dua bulan sudah berlalu sejak keributan besar yang terjadi antara Elsa dan Bimo. Selama itu pula, Elsa sengaja membangun jarak yang cukup panjang di antara dirinya dan Bimo. Kali ini, tembok kokoh juga sengaja dia bangun untuk memperkuat pertahanannya dari seorang Syahdan Bimo Rizaky.

Keputusan yang diambil oleh Elsa untuk menjauh dari Bimo, bukan semata - mata untuk menyelamatkan hatinya dari segala macam kesedihan. Elsa melakukan ini juga demi sang jabang bayi yang sedang bertumbuh di dalam kandungannya. Dia tak ingin terjadi sesuatu pada sang anak, jika dirinya memikirkan sesuatu yang terlalu berat hingga dapat membuatnya stres sehingga berpengaruh bagi kandungannya.

Bagi Elsa, sekarang yang paling penting adalah keselamatan sang buah hati. Jika itu hanya tentang dirinya, Elsa tak akan peduli. Dia sudah terbiasa mendapatkan luka demi luka dari banyak orang. Sekedar mendapatkan luka dari sang suami, tentu tak akan terlalu berarti. Namun, saat ini berbeda. Ada sosok lain yang selalu mengajukan protes setiap kali dirinya merasakan kesedihan terutama karena ulah Bimo. Dan sosok itu adalah anaknya. Buah cintanya dengan Bimo.

Buah cinta? Elsa tersenyum miris. Bahkan BImo tak pernah menggaungkan kata cinta saat mereka sedang berhubungan bukan? Atau anak ini lebih pas dikatakan sebagai buah napsu sang suami yang akhirnya membuatnya jatuh cinta. Ya, Elsa jatuh cinta pada titik kecil yang terlihat menggemaskan pada selembar kertas hasil USG miliknya.

"Kamu laper ya, Nak?" Elsa terkekeh pelan sembari mengusap perutnya yang sudah sedikit membuncit. Alasan lain yang membuatnya semakin yakin untuk menjauh dari Bimo agar Bimo tak menyadari adanya perubahan dalam bentuk tubuhnya. Elsa bahkan selalu menggunakan pakaian berlapis jika harus keluar kamar yang memungkinkannya bertatap muka dengan Bimo agar suaminya itu tak curiga.

"Mama sampe lupa bikin susu ya buat kamu gara - gara Mama sibuk melukis?" Senyum di bibirnya tersungging semakin lebar. Seolah sang anak sudah dapat merespon segala perkatannya. "Maaf ya, Mama lupa dan bikin kamu kelaparan," lanjut Elsa lagi kali ini dengan kekehannya. "Em, tapi kayaknya nasi uduk enak juga ya? Lama deh Mama nggak makan nasi uduk."

Elsa kemudian menghela napas panjang. "Tapi kalau nasi uduknya lain kali aja, nggak apa - apa 'kan, Nak?" tanya Elsa seolah sedang bernegoisasi dengan sang anak. "Minum susu dulu aja ya? Nanti makannya pakai telur dadar dulu aja ya? Mama lagi nggak enak badam kalau harus jalan ke depan kompleks."

"Ya udah yuk,kita bikin susu dulu." Elsa mulai beranjak dari kursi yang selalu dirinya pakai untuk menyelesaikan pekerjaannya. Membuat aneka sovenir untuk berbagai acara seperti pernikahan dan lain - lain. "Eh, tapi papamu lagi di depan tv nggak ya? Papamu sekarang suka banget nongkrong di ruang tv bawah. Segala playstation sampai di bawa juga ke bawah. Kalau gitu 'kan kitanya yang jadi susah ya, Kak?"

Elsa terpaku sesaat, kala menyadari ada sesuatu yang baru saja keluar dari bibirnya. Tak lama setelah itu, tawa geli pun ikut meluncur dari bibir tipis tanpa pelapis itu.

"Ih, kok Mama panggil kamu 'Kak' sih, Nak?" Elsa masih terus mengusap perutnya. "Emang kamu mau punya adik?" Lagi Elsa terkekeh. "Jangan deh ya,Nak? Jangan minta adik." Elsa lalu tersenyum miris. "Soalnya Mama kayaknya nggak bisa ngasih deh kalau kamu mintanya adik, kecuali...kamu minta papa baru dulu." Tawa Elsa kembali menguar. "Baru kali ya, Mama bisa kasih kamu adik."

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang