BAGIAN ENAM BELAS

813 126 56
                                    

Yang nunggu mana suaranya?

Lanjutkan nggak nih?

Sampai part ini, siapa tokoh yang paling bikin kalian gemas?

Yuk jangan lupa follow ig @ayinatiwi.story ya.

Yg belum follow akun wp ini, jangan lupa di follow yaaaaaa

Happy reading.....

***

"Terima kasih, Dok." Bimo membungkukkan tubuhnya sekilas sebagai ucapan terima kasih kepada dokter yang baru saja memeriksa kondisi ayahnya.

"Sama - sama, Mas," balas dokter paruh baya itu tak kalah rama. "Saya permisi dulu." Dokter tersebut pun segera berlalu, meninggalkan ruang perawatan Pradiga untuk mengunjungi pasiennya yang lain dengan didampingi seorang perawat yang berjalan di belakangnya.

Setelah menutup pintu kamar ruang perawatan Pradiga, Bimo kembali berjalan mendekati brankar yang ditempati oleh sang papi.

"Papi udah denger sendiri 'kan?" ucap Bimo sembari menatap Pradiga. "Nggak usah pikirin yang aneh - aneh lagi. Itu yang buat Papi jadi drop."

Pradiga tersenyum tipis. Walaupun lebih jarang menghabiskan waktu bersama ketiga buah hatinya, Pradiga tetap dapat mengenal baik karakter ketiganya. Terutama si sulung yang juga menjadi putra satu - satunya. Sebagai ayah, Pradiga jelas tahu bahwa sang anak memiliki perhatiaan yang luar biasa terhadap keluarga. Walaupun anaknya itu dikenal cuek, dingin, bahkan terlihat tak peduli. Hal itu lah, yang membuat Pradiga yakin bahwa lambat laut sang putra juga dapat menunjukkan perhatiannya itu pada Elsa.

"Asal kamu mau menuruti apa kata Papi, Papi nggak akan mikir yang macam - macam lagi. Papi juga pasti akan sehat, Kak."

"Tadi 'kan Bimo udah bilang, Pi. Bimo setuju untuk resign dari kantor Bimo dan masuk ke kantor Papi."

Pradiga lantas menggeleng pelan kepalanya. "Bukan cuma hal itu. Kalau itu, memang wajib. Siapa lagi yang mau ambil alih perusahaan keluarga kita kalau bukan kamu setelah nanti Papi nggak ada."

"Pi...." desis Bimo merasa kesal dengan ucapan sang papi. "Dokter udah bilang, jangan mikir yang aneh - aneh."

"Papi hanya berusaha untuk realistis aja, Kak. Pada hakikatnya, semua manusia akan pulang, 'kan?"

Melihat sang papi tersenyum, Bimo hanya menghela napas saja. Sembari merapikan beberapa barang di meja yang berada di samping brankar Pradiga, Bimo lebih memilih diam. Hingga keheningan menyelimuti salah satu kamar VVIP di Rumah Sakit swasta terbaik itu.

"Bim...." Pradiga akhirnya kembali membuka suara setelah sekian lama terdiam. Tanpa menoleh ke arah Bimo yang telah mengalihkan fokus kepadanya, ayah tiga orang itu kembali melanjutkan perkataannya, "Permintaan Papi yang kedua dan ketiga juga harus kamu turuti ya. Papi mohon, Nak. Buka hati kamu untuk Elsa. Sayangi dan cintai dia sepenuh hati kamu dan berikan cucu untuk Papi dan Mami. Kamu boleh nggak percaya, tapi Papi tahu pasti kalau istri kamu itu sudah sangat mencintai kamu. Bahkan sejak dulu."

***

Baru saja keluar dari ruang perawatan sang papi, Bimo langsung mengembuskan napas kasar sembari menyugar rambutnya. Punggungnya bersandar pada dinding yang kemudian diikuti oleh kepalanya. Matanya pun terpejam sejenak kala kepalanya tiba - tiba berdenyut.

Sudah dapat dipastikan penyebab apa yang membuat Bimo sakit kepala. Pradiga kembali membahas soal permintaan - permintaannya. Untuk permintaan pertama memang Bimo telah menyanggupi, tapi yang kedua dan ketiga? Bahkan Bimo tak sanggup untuk sekedar membayangkannya saja.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang