BAGIAN DUA PULUH SATU

808 97 73
                                    

Siap nggak nih?

Lanjut yaaa

Wkwkwkk

Tes kekuatan dulu

Yuk suaranya mana nih?

Kita balik ke masa lalu dulu yaaaw wkwkwk

Yuuk mariii..

***

Terlalu banyak begadang demi menyelesaikan skripsinya, membuat daya tahan tubuh Bimo menurun. Sudah tiga hari belakangan ini Bimo mengalami demam disertai flu yang membuatnya kewalahan. Bukan saja karena tubuhnya yang terasa lemah, tetapi juga mempengaruhi jadwalnya dalam menyusun skripsi.

Jika sesuai target yang telah ditentukan Bimo, seharusnya dalam waktu dua hari dirinya sudah berhasil menyusun bab 4 dan 5 dalam skripsinya. Namun dengan kondisi tubuh yang seperti ini membuat target itu tak mampu tercapai. Boro - boro menyelesaikan hingga bab 5, bab 4 pun belum seluruhnya selesai.

Jika boleh meminta, Bimo lebih memilih untuk tetap berada di rumah. Beristirahat hingga yakin bahwa tubuhnya benar - benar kembali pulih. Namun apa mau dikata, sang dosen pembimbing yang datang dan perginya bak jelakung yang datang dan pergi sesukanya tanpa diketahui. Hingga ketika salah satu temannya mengabari jika dosen tersebut ada di kampus, tanpa pikir panjang Bimo pun bergegas berangkat ke kampusnya untuk bertemu dengan dosen pembimbingnya tersebut.

"Gimana, Bim?" tanya Nando setelah melihat sahabatnya keluar dari ruang dosen. "Lancar? Pak Sapta ngasih revisi banyak?"

"Banyak sih, nggak," jawab Bimo dengan wajah kusutnya. "Tapi ya lumayan ribet juga. Mana gue bab empat emang belum kelar pula."

"Seriusan belum kelar?" tanya Nando tak percaya. "Bukannya tiga hari yang lalu lo bilang mau ngerjain bab empat sampe lima ya? Ini masa belum kelar? Seorang Syahdan Bimo Rizaky gitu loh."

Bimo berdecak pelan. Memilih tak langsung menjawab pertanyaan Nando, Bimo melangkahkan kakinya untuk mencari tempat duduk yang kosong. Kepalanya benar - benar terasa pening. Hidungnya masih tersumbat. Belum lagi tubuhnya yang semakin terasa lemas, membuat Bimo benar - benar membutuhkan tempat untuknya segera duduk.

"Lo kenapa sih, Bim?" tanya Nando setelah mengekori Bimo. "Muka lo kayak kusut banget. Kayak orang sakit aja lo. Emangnya lo sakit ya?"

"Udah tahu, pake nanya segala," jawab Bimo sengol. Sungguh, dirinya sedang benar - benar tak bisa diajak untuk bergurau. Tubuhnya terasa sangat lemas.

"Ya ampun, kasihan amat sih Mas Bimbimnya Nando - Dipta," goda Nando yang langsung dihadiahi pelototan tajam.

"Apaan sih lo?" balas Bimo sangat ketus. "Jangan berisik, kepala gue pusing banget."

"Kalau sakit, mending pulang deh lo. Jangan tidur di sini kali, Bim. Gih sana balik."

"Gue nebeng dong, Nan," pinta Bimo. "Gue nggak boleh bawa mobil tadi sama Mami gue karena kondisi gue udah lemes banget. Jadinya dianter pak Sobar tadi."

"Ya minta jemput lah sekarang," tolak Nando secara halus.  Please."

Nando menyugar rambutnya pelan, lalu mengembuskan napasnya secara perlahan. "Bim, tapi gue mau pergi sama Elsa."

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang