BAGIAN SEMBILAN (MALAM BERSAMA NANDO)

855 99 12
                                    

Yok suaranya mana yoookkkkkkk

Siap menjadi saksi kehidupan Bimo Elsa lagi?

Jangan lupa tekan bintang dan komennya yaawww

***

"Nando, lepasin gue!" Elsa berteriak lantang sembari menarik tangannya yang dicengkeram kuat oleh Nando. "Apa - apaan sih lo?"

"Ikut gue, El!" Nando kembali menarik tangan Elsa. Namun, perempuan itu kembali berhasil melepaskannya.

"Maksud lo apaan sih, Nan?" tanya Elsa kesal. "Ngapain lo ada di sini?"

Nando tertawa getir. "Gue ngapain di sini?"
Lalu terdengar embusan napas yang kasar. "Bukannya harusnya gue yang nanya? Lo ngapain di sini sendirian, El? Gue kasih lo hadiah buat honeymoon yang harusnya berdua sama suami lo. Tapi apa yang gue lihat sekarang?" Nando menggeleng pelan. "Hampir tengah malam dan lo sendirian di pantai."

"Gue nggak sendiri," jawab Elsa setelah mengamati keadaan sekitar. "Gue sama pengunjung yang lain. Mata lo buta apa gimana sih, Nan? Nggak bisa lihat orang sebanyak itu?" lanjut Elsa dengan nadanya yang ketus.

Sikap Elsa jelas tak membuat Nando marah. Senyum justru terbit di bibirnya. Matanya juga ikut berbinar kala memandang perempuan cantik dengan beberapa helaian rambut yang berkibar karena tertiup angin malam.

Gue kangen lo yang kayak gini, El. Gue kangen banget sama sikap ketus lo yang suka tiba - tiba dateng.

"Bisa jadi, gue emang buta,"balas Nando santai. Kakinya kembali melangkah mendekati tubuh Elsa. Namun langkahnya kembali terhenti saat Elsa kembali membentangkan jarak dengan dirinya.

"Kalau mau ngomong, tinggal ngomong aja. Nggak usah pakai maju - maju segala. Pendengaran gue masih bagus untuk nggak berbicara terlalu dekat sama lo."

Mau tak mau Nando mengangguk, lalu mengembuskan napas panjang. Nando memilih mengikuti ucapan Elsa hanya demi bisa berbicara dengan perempuan itu.

"Tapi lo bener, El."

Elsa memicingkan matanya. Merasa bingung dengan maksud dari ucapan sahabat masa kecilnya itu.

"Maksud lo?"

"Gue buta," jawab Nando. "Gue buta karena lo. Mata gue, selalu terarah ke lo. Lo yang buat nggak bisa melihat lain selain diri lo, El."

Elsa lantas mengembuskan napasnya kasar. Memilih untuk mengabaikan seseorang yang pernah begitu dekat dengan dirinya itu, Elsa pun berniat pergi meninggalkan Nando. Namun langkahnya kembali terhenti kala tiba - tiba Elsa merasakan tubuhnya menghangat karena sebuah pelukan.

"Nan--"

"Gue masih cinta banget sama lo, El," potong Nando cepat sebelum Elsa sempat melanjutkan ucapannya. "Gue masih berharap kalau kita bisa bareng - bareng."

Elsa memejamkan mata. Bohong jika perasaan itu telah benar - benar hilang. Bohong, jika hatinya tidak lagi berdesir mendengar kata - kata yang baru saja meluncur dari Nando - cinta pertamanya. Namun, perasaan itu tak lagi sekuat dulu. Semua berubah, nama Nando perlahan tapi pasti telah berganti dengan nama seseorang yang kini telah menjadi suaminya.

"Bilang kalau lo juga masih punya perasaan yang sama kayak gue, El," ucap Nando lirih. "Bilang sama gue, kalau lo juga kangen sama gue, persis kayak gue yang kangen sama lo."

"Le...pas." Elsa memejamkan matanya sejenak, hingga air mata yang telah terkumpul di pelupuk matanya terjatuh. Tangannya menyentuh tangan Nando, lantas berusaha menariknya agar pelukan Nando pada tubuhnya terlepas. "Inar lagi hamil besar, dia pasti lagi butuh lo. Temuin istri lo."

"Tapi yang gue butuhin itu, lo!" balas Nando cepat. Bukannya terlepas, pelukannya justru semakin menguat. "Gue bisa meninggalkan Inar kapanpun lo mau. Gue bakal lakukan itu buat lo. Sama seperti waktu lo meminta gue nikahin Inar, gue akan melakukan hal yang sama untuk meninggalkan dia."

"Lo gila, Nan!" Elsa berhasil melepaskan dekapan Nando. Ia berbalik dan menatap Nando tajam. Dalam hati, Elsa merutuki dirinya sendiri yang sempat terbawa suasana. "Lo bisa - bisanya berpikiran kayak gitu soal Inar? Otak lo dipake nggak sih, Nan? Inar lagi hamil! Inar lagi hamil anak lo! Kok bisa - bisanya lo mikir buat meninggalkan dia?"

Sempat terkejut, Nando mampu kembali mengendalikan diri. Ia tertawa sinis sembari mendekatkan lagi tubuhnya pada tubuh Elsa.

"Kalau lo bisa lakuin hal yang bisa gue patah hati, gue juga bisa melakukan apapun untuk menyatukan hal itu lagi!"

"Lo, memang nggak waras!" Elsa menggeleg pelan. "Lo bukan lagi Nando yang gue kenal dulu, Nan. Lo berubah!"

Nando tertawa sumbang. Namun air mata juga terlihat luruh dari sudut matanya. "Dan lo tahu persis siapa dan apa yang buat gue nggak waras!" Nando membalas ucapan Elsa tak kalah kencang. "Belum cukup lo menolak perjodohan kita? Belum juga lo cukup gue menerima Inar di kehidupan gue? Dan lo...." Nando menjeda ucapannya. Sorot matanya menunjukkan kepedihan, "Dan lo justru menjalin hubungan bahkan sampai menikah sama...sahabat gue?"

"Sebenarnya, siapa yang nggak waras di sini?" tanya Nando dengan suara yang semakin pelan. "Gue, lo, atau pada kenyataannya kita berdua memang nggak waras?"

Elsa sempat terpaku, kala matanya menangkap kepedihan pada wajah tampan yang dahulu selalu menemani hari - harinya itu. Sebelum akhirnya Elsa memilih mundur dan membalikan tubuh.

"Gue bakal ambil lo lagi dari, Bimo." Nando lalu menghela napas panjang. "Gue bakal lakuin apapun, untuk mengambil apa yang seharusnya jadi milik gue. Sejak dulu!"

Tak lama, suara dering dari sebuah ponsel terdengar. Bukan milik Elsa, melainkan milik Nando.

Nando tersenyum miring. Ia membiarkan nada dering itu terdengar, tanpa berniat mengangkat panggilan tersebut atau menolaknya.

"Kira - kira...." Nando melangkah mendekati Elsa. Bibirnya sengaja mendekat pada telinga Elsa. "Kalau Inar tahu, gue lagi sama kakaknya di pantai. Cuma berdua, sambil berpelukan gini. Gimana ya?" Nando menunjukkan ponselnya yang masih terus menyala. Sementara tangannya yang lain kembali menjalankan tugasnya untuk menarik kembali tubuh Elsa ke dalam dekapannya. "Kira - kira, gimana kondisi kehamilannya setelah ini?"

"Brengsek lo, Nan!" maki Elsa setelah kembali berhasil melepaskan dirinya. Sebuah tamparan yang cukup keras berhasil mendarat pada pipi Nando. "Jangan macem - macem sama adek dan keponakan gue!" kata Elsa sambil menunjukkan jari telunjuknya di hadapan Nando. Napasnya tersengal - sengal karena menunjuk pada wajah Nando. "Jangan sampai lo nyesel! Gue nggak akan tinggal diam, kalau lo sampai berbuat macem - macem sama mereka!"

Nando kembali tertawa sumbang. "Kalau lo mau tidur sama gue, malam ini. Gue janji nggak akan ngapa - ngapain Inar dan anaknya. Apalagi kalau lo mau...mengandung anak gue, Sayang."

Ada yang penasaran?
Yok yok komen yokkkk

Ada yang gemes sama Nando?

Ini si Mas Bimo kemana sihhh?! Woi istrinya diajak bobo sama cowok lain

Harusnya kan honeymooon

Hayooo, Elsa mau nggak ya? Hayoo

Lanjut lagi?

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang