BAGIAN EMPAT PULUH EMPAT

779 152 76
                                    

Yang nunggu Bimo - Elsa bahagia, mari acungkan tangan.

Tapi pertanyaannya, apakah mereka akan bahagia?

Yoook yoookkk jangan lupa tekan bintang dan kasih komen yang banyak yaaa

Biar aku tambah semangaattttt

Boleh minta tolong, silahkan 1 orang kasih minimal 5 komentar yaaa

Pleaseee hihii

Happy reading

***

Tak terasa, waktu kian cepat berlalu. Tiga minggu sudah Elsa kembali ke dalam kehidupan Bimo. Setelah sempat menghilang dari radar Bimo hingga membuat Bimo kelimpungan mencari, akhirnya keduanya dapat kembali hidup bersama. Bahkan kini Elsa dan Bimo sudah benar - benar menetap di rumah yang Bimo bangun dengan hasil jerih payahnya sendiri.

"Bim, nggak usah masuk kerja dulu aja ya?" Elsa berusaha membujuk Bimo. Ini sudah ketiga kalinya dalam kurun waktu dua puluh menit belakangan Elsa membujuk suaminya untuk tidak berangkat ke kantor.

Bukan tanpa alasan Elsa meminta Bimo untuk tetap berada di rumah. Elsa ingin Bimo beristirahat terlebih dahulu. Pasalnya, kondisi kesehatan Bimo beberapa waktu belakangan ini membuat Elsa merasa khawatir.

Sering kali Bimo merasa mual. Namun ketika Bimo berusaha memuntahkannya, yang keluar hanya berupa cairan bening. Asupan makanan yang masuk pun cenderung sedikit. Tidak seperti Bimo yang biasa. Beberapa hari ini Bimo menjadi sosok yang sangat pemilih mengenai makanan hingga membuat Elsa sering kali sakit kepala menghadapi tingkah suaminya.

"Lo mending istirahat dulu deh. Nanti ke dokter ya? Kayaknya kondisi lo makin parah deh, Bim. Gue takut lo keracunan apa gitu."

"Gue nggak apa - apa kok." Bimo tetap bersikukuh untuk berangkat ke kantor. "Lagian gue ada rapat penting buat program baru. Kalau gue nggak dateng, rapat nggak akan jalan."

"Ya tapi kan, Bim..."

"Pakein dasi!" Memilih mengabaikan perkataan sang istri, Bimo mengulurkan dasi berwana biru gelap yang sudah tersedia di atas kasur ke arah Elsa. Seperti biasa, Bimo akan meminta istrinya memasangkan dasi di lehernya.

Elsa hanya mampu menghela napas panjang. Tak ada pilihan lain selain menuruti ucapan suaminya. Elsa lalu mengambil dasi dari tangan suaminya dan mulai memasangkan pada leher Bimo.

"Tadi Mami telepon." Elsa kembali bersuara.

"Kok lo nggak bilang gue kalau Mami telepon?"

"Gimana mau bilang sama lo kalau lo lagi muntah - muntah di kamar mandi tadi," balas Elsa sembari mendengus pelan. "Mami denger lo muntah - muntah."

"Terus?" tanya Bimo penasaran. Pasalnya, sang Mami biasanya akan sangat khawatir jika mengetahui dirinya sakit. "Mami mau balik ke Jakarta?"

Elsa menggeleng. Setelah dasi telah terpasang sempurna di leher sang suami, Elsa mengarahkan kedua tangannya pada pundak Bimo lalu menepuknya pelan. "Mami dan Papi malah mau ke Surabaya, mau nengokin si kembar?"

"Serius?" tanya Bimo tak percaya. "Mami nggak khawatir denger gue muntah - muntah kayak tadi?"

Elsa terkekeh pelan. "Ngapain khawatirin anak yang udah punya penjaga, Bim?" Elsa mengedipkan matanya ke arah Bimo. "Mami cuma bilang, kalau kondisi lo masih kayak gini aja, mending lo istirahat dulu. Nggak usah ke kantor. Dan kalau makin parah, mending ke dokter dulu. Mastiin kondisi lo baik - baik aja."

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang