BAGIAN DUA PULUH DELAPAN

913 160 86
                                    

Yang senyum2 baca part sebelumnya, coba angkat tangan...

Siap lanjut lagi?

Yok yok mana suaranya yoook.....

Kasih komennya jangan cuma lanjut - lanjut dong 🤣🤣🤣

Mau tentang isi ceritanya atau tentang tokohnya yaa, please. Atau saran juga boleh kok Hehe

Happy reading, guys....

***

Masih dengan napas yang terengah - engah dengan keringat yang bercucuran di sekujur tubuhnya, Bimo menarik diri dari atas tubuh sang istri. Memilih area kosong di samping Elsa sebagai tempat untuk merebahkan tubuh. Beristirahat setelah melakukan sebuah pekerjaan bersama sang istri.

Tak jauh berbeda dengan Bimo, Elsa yang tubuhnya tak kalah bermandikan keringat  pun langsung menutupi tubuhnya dengan selimut. Bukan karena kedinginan, melainkan merasa malu dengan Bimo. Walaupun keduanya baru saja sama - sama melihat tubuh polos masing - masing.

Elsa semakin merapatkan selimut di atas tubuhnya. Tangannya mencengkeram kuat selimut tersebut kala matanya berhasil melirik ke arah Bimo yang tengah memejamkan mata. Diam - diam senyum tersungging di bibirnya. Bukan saja karena melihat sang suami yang sedang memejamkan mata, tetapi juga teringat akan aktivitas yang baru saja mereka lakukan.

Memang, bukan untuk yang pertama kali bagi Elsa dan Bimo melakukannya. Saat keduanya bermulan madu pun, Elsa dan Bimo sudah pernah melakukannya. Namun bagi Elsa, kali ini terasa lebih berbeda. Bimo jauh lebih lembut bahkan terlihat begitu memujanya.

"Kalau sakit, lo harus bilang ya. Gue bakal coba pelan - pelan."

"Puas ngelihatin gue?"

Lagi dan lagi, Bimo berhasil membuat Elsa tersentak. Pria yang semula memejamkan mata itu, kini tampak membuka matanya. Tak hanya itu, kepalanya pun telah menoleh ke arah Elsa sehingga wajahnya dengan wajah sang istri kembali berhadapan.

"Ha?"

Bimo berdecak pelan. Wajahnya kembali menatap langit - langit. Tubuhnya lantas bangkit hingga Bimo kini duduk dengan punggung dan kepala bersandar pada headboard ranjangnya. Hal itu pun juga dilakukan oleh sang istri, hingga posisi tubuh mereka kini kembali sejajar.

"Lo ngikutin gue?" tanya Bimo dengan nadanya datar. Jauh berbeda dengan nada bicara Bimo beberapa saat lalu. Tentu saat tubuhnya masih berada di atas tubuh sang istri.

Elsa buru - buru menggeleng. "Nggak kok. Kepedean banget." Namun Elsa tersenyum jahil, "Atau lo ngarep gue ikutin ya, Bim?"

Bimo menanggapi ucapan sang istri dengan tatapan tajam. Melihat senyum jahil di bibir sang istri, membuat Bimo akhirnya memanlingkan wajahnya. Tatapannya kini kembali tertuju pada langit - langit. Begitu pula dengan Elsa yang mengikuti gerakan Bimo. Keduanya kembali terjebak dalam keheningan. Tak ada suara yang terdengar selain deru napas satu sama lain yang berpadu dengan dentingan jam yang ternyata telah menunjukkan pukul dua belas malam.

"Bim...."

"El...."

Selain kompak dalam menciptakan keheningan, Elsa dan Bimo juga kompak dalam membuka suara. Hal itu terbukti dengan keduanya yang saling memanggil satu sama lain dalam waktu yang bersamaan.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang