Yang masih mau lanjut, mana suaranya hayoooooooo
Yuk mareee kita lanjutkan
Satu kata buat Bimo dulu dong!!!
***
"Bim, gue bener - bener baru buka chat dari lo. Seharian gue ngurusin pesenan mug buat acara besok pagi," kata Elsa berusaha menjelaskan.
"Baru buka?" kata Bimo mengulang kalimat Elsa, "Bahkan chat pertama gue aja, nggak sampai satu menit lo buka, El." Bimo tertawa remeh, "Dan sekarang lo bilang baru buka? Lo pikir gue bego apa gimana sih, El?"
Elsa menggeleng. Kakinya melangkah maju mendekati Bimo yang masih berada di ambang pintu. Tangannya terulur untuk menarik tangan sang suami, tetapi Bimo menghempaskannya dengan kasar hingga tubuh Elsa kembali bergerak mundur dan terbentur pintu yang berada di belakangnya.
"Bim...." Elsa meringis kecil kala merasakan sedikit perih di punggungnya. Namun tak menyurutkan niatnya untuk kembali memberi penjelasan kepada sang suami. Elsa kembali menegakan tubuhnya dan kembali berbicara, "Gue bahkan baru tahu ada chat dari lo setelah Frean kasih tahu. Dia yang baca chat lo pagi tadi. Tapi karena ada video call dari Nola ke hp gue dan mereka ngobrol, Frean sampai lupa sampein ke gue kalau ada pesan dari lo."
"Tunggu...tunggu, ngomong apa lo barusan, El?" Bimo melangkah maju mendekati sang istri hingga Elsa kembali mundur dan menghimpit dinding. Matanya menatap Elsa dengan tajam seolah mengintimidasi sang istri, "Lo biarin adek lo ngobrol sama adek lo?" Kini suaranya Bimo terdengar meninggi.
Elsa meneguk ludahnya kasar. Perasaannya mengatakan, hal ini tidak akan berakhir dengan baik - baik saja. Walaupun diselubungi perasaan takut, pada akhirnya Elsa memberanikan diri untuk menganggukan kepala.
Bimo menyugar rambutnya kasar. "Gue susah payah menjauhkan mereka dan lo..." Bimo mengangkat jari telunjuknya dan menunjukkannya ke arah Elsa, "Lo biarin mereka ngobrol?" Bimo lantas tertawa keras, "Otak lo di pake nggak sih, El?" Bimo lalu tersenyum miring, "Atau emang lo nggak punya otak?"
"Bim, tapi gue pikir. Udah saatnya mereka saling ngobrol. Sebelumnya, mereka juga berteman 'kan? Lagi pula..." Elsa menjeda sejenak kalimatnya, "Gue rasa bukan salah Frean kalau dia pingin juga ngobrol sama Nola. Perpisahan mereka kan bukan karena keinginan mereka."
Bimo tertawa sinis. "Terus, menurut lo itu salah siapa? Salah gue? Salah gue yang kepingin hidup adek - adek gue bahagia? Salah gue kalau gue nggak mau adek gue juga terjebak dalam kehidupan keluarga lo yang toxic itu?"
"Nggak gitu, Bim. Gue nggak nyalahin siapapun. Gue cuma--"
"Udah lah, El. Lo harusnya sadar sama kesalahan lo. Jangan malah merembet - rembet ke hal yang lain."
"Bim--"
"Lo tahu, dari jam berapa gue nungguin lo?" tanya Bimo masih dengan kilatan amarah di matanya, "Jam lima, El. Jam lima!" Bimo menekankan.
"Maaf," ucap Elsa penuh penyesalan. Kepalanya sempat menunduk sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, "Tapi sumpah, Bim. Gue nggak ada niat bikin lo kesal gini. Gue bener - bener baru baca chat dari lo. Lagian kenapa lo nggak langsung masuk aja sih, Bim? Kenapa harus nunggu di luar?"
Bimo kembali tertawa sinis. "Dan sekarang lo nyalahin gue?"
"Nggak," kata Elsa sembari menggelengkan kepala, "Gue cuma nanya, kenapa lo nggak masuk aja? Kenapa harus nunggu di luar. Atau kenapa lo nggak telepon?"
"Lo buta apa gimana sih, El?" Amarah Bimo semakin tersulut. Membuat suaranya terdengar semakin keras dan kasar, "Lihat ponsel lo sekarang, berapa kali gue telepon lo. Berapa kali gue coba chat lo lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE
RomanceThe story of Bimo & Elsa. Pernikahan Bimo dan Elsa terjadi karena sebuah perjodohan. Masing - masing memiliki rahasia yang menjadikan sebuah alasan, kenapa nenyetujui pernikahan yang semula tak terbayangkan. Bimo dengan rasa benci dan dendamnya te...