BAGIAN DUA (CEWEK MURAHAN)

1.2K 123 3
                                    

Happy reading

Tujuh tahun sebelumnya....

Malam minggu menjadi waktu yang umunya dinantikan banyak orang terutama untuk para muda - mudi. Setelah satu minggu berjibaku dengan segala macam aktivitas yang tak hanya membuat tubuh lelah, tetapi juga penatnya pikiran. Sehingga, sudah sangat umum terjadi jika malam minggu banyak sekali orang yang memilih keluar dari rumah untuk menikmati malam libur mereka. Ada yang sekedar duduk - duduk di taman, makan malam bersama kekasih, bahkan yang paling ekstrem tapi sudah umum terjadi adalah mencari hiburan malam di kelab - kelab malam. Bukan cuma sekedar mencari hiburan, tak jarang dari mereka juga mengonsumsi minuman keras, narkoba, bahkan melakukan seks bebas.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi seorang Syahdan Bimo Rizaky. Putra pertama dari pasangan Pradiga Rizaky dengan Viani Wulantari itu lebih suka menghabiskan waktu libur termasuk malam minggunya di rumah, sekedar menggoda adik kembarnya atau bermain playstation di kamarnya seperti yang dilakukan Bimo malam ini.

Jangankan untuk ikut berpesta ria di kelab malam seperti yang dilakukan teman - temannya yang lain. Pemuda yang tengah sibuk dengan segala macam urusan skripsinya itu bahkan akan langsung pulang ke rumahnya ketika urusan mengenai perkuliahannya selesai. Tak hanya itu, di usianya yang sudah mencapai dua puluh dua tahun itu Bimo juga masih terus mempertahankan statusnya sebagai jomlo. Bukan berarti tak ada perempuan yang tertarik dan berusaha menarik perhatian pemuda yang akrab disapa dengan nama Bimo itu, tetapi karena Bimo yang masih enggan membuka hati dan bersikap terlalu dingin terhadap perempuan yang mendekatinya. Ya, Bimo memang telah berjalan sampai di titik ini. Namun hati dan cintanya masih terpaku pada satu nama yang tak dirinya tahu lagi dimana keberadaan maupun kabarnya. Dan perempuan itu adalah Shania Putri Nadila.

"Kak, ayok dong. Masa iya kamu tega?" Viani masih terus membujuk putranya.

Bimo lantas melemparkan konsol gamenya cukup keras. Permintaan yang baru saja dikatakan oleh wanita yang telah melahirkannya di dunia itu, jelas membuat mood-nya dalam memaikan salah satu game favoritnya itu berantakan.

"Mi...." Bimo mendesah pelan sembari mengacak rambutnya pelan. "Ini udah pagi loh. Coba deh Mami lihat ini udah jam berapa."

Viani lantas menuruti ucapan sang putra. Kepalanya menoleh ke arah salah satu dinding kamar anaknya dimana sebuah jam tergantung di sana. Tak lama, pandangannya sudah kembali mengarah pada Bimo. Wajahnya justru terlihat semakin khawatir saat menyadari bahwa waktu memang telah lewat tengah malam.

"Nah, kamu tahu sendiri ini udah lewat tengah malam 'kan. Makanya kamu harus cepat - cepat berangkat, Sayang. Kasihan Elsa."

"Mi--" Baru saja akan mengajukan protesnya kembali pada sang mami, kata - katanya sudah langsung dipotong oleh Viani.

"Kasihan Elsa, Bim. Masa dia harus pulang sendirian? Kalau sampai ada apa - apa di jalan gimana? Dia cewek loh, Bim. Bayangin kalau itu adik kembar kamu. Emangnya kamu tega?"

"Nala dan Nola nggak mugkin ada di posisi Elsa, Mi. Adik - adik aku itu bukan cewek liar dan nggak bener kaya anak temen Mami itu," jawab Bimo sarkas. Lagian Supirnya kemana sih? Masa iya, abis dugem bukan minta dijemput supirnya, malah aku yang suruh jemput? Atau paling nggak, anterin deh sama pacarnya. Cewek gatel kayak Elsa pasti punya pacar 'kan?"

"Kak, ayolah...demi Mami, Sayang...." pinta Viani. Wajahnya terlihat semakin sendu. Salah satu amunisi yang Viani yakini akan ampuh untuk meluluhkan hati sang putra yang memang begitu keras jika berkaitan dengan Elsa.

Pada kenyataannya, dugaan Viani tepat. Amuisi yang dirinya gunakan untuk bisa meluluhkan hati sang anak, mengenai tepat pada sasaran. Walaupun dengan wajah ditekuk sarat keterpaksaan tak mampu Bimo tutupi, nyatanya memang Bimo selalu tak mampu menolak permintaan sang mami terlebih kala maminya itu sudah menunjukkan wajah sendunya.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang