BAGIAN DUA PULUH TUJUH

927 135 93
                                    

Ada yang bisa nebak, cowok yang meluk Elsa siapa?

Hayoooo tebak  itu cowok yang tiba - tiba dateng terus narik Elsa dari pelukan Bimo siapa hayo?

Happy reading yaaa

***

"Masakan lo memang selalu jadi juara, Kak!" puji seorang pemuda yang tidak lain adalah adik terakhir Elsa kepada sang kakak. "Enak banget suami lo bisa ngerasain masakan enak lo setiap hari," kata pemuda yang akrab disapa dengan sapaan Frean itu.

Elsa menggeleng pelan. Raut kesedihan sudah tak begitu tampak di wajahnya. Berganti dengan raut ceria karena hadirnya seseorang yang begitu dirinya rindukan.

Freandra Handaru Hasky - adik ketiga Elsa atau lebih tepatnya putra kedua dari hasil pernikahan Mirana dengan Ganda. Umur Elsa dan Frean bertaut enam tahun. Hubungan Elsa dan Frean sejak kecil memang sangat dekat. Frean justru cenderung lebih dekat dengan Elsa dibanding dengan Inar, kakaknya yang lain. Bagi Frean, Elsa bukan hanya seorang kakak. Namun juga pelindungnya. Tak jarang, Elsa menjadi tameng baginya dari kemarahan sang papa setiap kali dia berbuat ulah.

"Kenapa nggak telepon kalau mau pulang ke Indonesia?"

"Sengaja, takut lo minta oleh - oleh," jawab Frean diikuti cengiran khas miliknya.

"Orang rumah pada tahu kamu pulang?"

Frean menggeleng. Setelah makanan di mulutnya berhasil tertelan, barulah Frean menjawab pertanyaan kakak kesayangannya itu. "Males. Di rumah nggak ada lo, nggak ada masakan - masakan lo yang enak gini nih.

"Ya udah, tambah makanannya ya? Makan yang banyak, biar nggak kurus kayak gini. Kakak nggak suka lihat kamu kurus begini. Nggak ganteng." Elsa meletakkan dua potong ayam panggang buatannya di atas piring Frean.

Tak ingin menyia - nyiakan makanan yang dibuat sang kakak, Frean langsung melahap ayam panggang itu.

"Lo mau nambah nggak, Bim?" Giliran Elsa bertanya pada suaminya, "Udang ya, Bim? Tadi lo belum ambil udang." Elsa mengambil piring berisi udang goreng tepung untuk diberikan kepada Bimo, tetapi Bimo menolaknya.

"Gue udah kenyang, nggak usah."

"Tapi kan, Bim--"

"Buat gue aja kalau laki lo nggak mau, Kak."  Frean mengambil piring berisi udang di hadapan Bimo itu menjadi di hadapannya. Tanpa ragu, Frean melahap habis semua udang goreng tepung yang tersaji di atas piring tersebut.

"Rezeki kok ditolak," kata Frean yang jelas menyindir kakak iparnya itu, "Udah syukur dapet istri pinter masak. Eh di sia - siain."

"Ngomong langsung, jangan nyindir," balas Bimo tak mau kalah.

"Oh, situ ngerasa kesindir?" Frean tertawa sinis, "Padahal gue nggak ada maksud gitu loh ya, ya bagus deh kalau lo nyadar."

"Fre...." Elsa memanggil Frean, lalu menggelengkan kepala. Memberi peringatan kepada sang adik untuk berhenti berdebat dengan suaminya.

"Laki lo duluan, Kak," balas Frean membela diri.

"Habisin makanannya dulu. Baru lanjutin ngobrolnya. Kamu nginep sini kan,  Fre?"

Frean mengangguk mantap. "Gue masih kangen sama lo kali, Kak."

Elsa terkekeh. "Bener kangen Kakak?"

"Iya lah. Kangen siapa lagi?"

Elsa terkekeh lalu melirik ke arah Bimo yang duduk di sampingnya. "Bukan kangen sama si kembar?"

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang