BAGIAN EMPAT PULUH LIMA

773 165 41
                                    

Siapa yang dagdigdug?

Wkwkkwkw

Hayoo Bimo ngapain hayo?

Si Vira?

***

"Ada yang mau saya bicarakan dengan Pak Bimo."

Bimo menaikan alisnya. Ada sesuatu hal janggal yang dapat ditarik oleh Bimo dari nada bicara sekretarisnya itu.

"Oke, silakan duduk dan...mau bicara tentang apa?"

Sekali lagi Vira menarik napas panjang dan mengembuskannya. Kedua tangannya mencengkeram erat sebuah map yang berada di tangan untuk menyalurkan kegugupanya.

"Soal saya dan...perasaan saya terhadap Bapak."

Bimo terperanjat seketika. "Maksud kamu?"

Sebelum menjawab pertanyaan atasannya, Vira lebih dulu menarik kursi yang berada di dekatnya untuk dia tempati. Kepalanya lebih dulu menunduk, sebelum akhirnya Vira angkat lagi dan menatap wajah Bimo dengan senyum tipis.

"Saya mau mengajukan pengunduran diri, Pak," ucap Vira berusaha kuat. Matanya tampak berkaca - kaca, menunjukkan bahwa sesungguhnya keputusan ini sangat berat baginya.

Bimo masih belum bersuara. Dia masih ingin mendengar lanjutan dari perkataan sekretarisnya itu. Walaupun belum menanggapi ucapan Vira, tatapan tajam Bimo sudah dapat memberikan gambaran mengenai reaksi apa yang akan diberikan oleh Bimo.

"Maaf mendadak...." Vira menjeda kalimatnya sejenak. "Tapi menurut saya, ini keputusan terbaik bagi saya dan...." Vira kembali menundukan kepalanya. "Perasaan saya."

"Apa alasannya?" Suara datar Bimo mulai terdengar. Membuat Vira mengangkat kepalanya secara perlahan.

"Saya takut, Pak," jawab Vira pelan. Bibirnya tersenyum pedih sembari menatap wajah pria yang ada di hadapannya. "Saya takut..." Vira menghapus air mata di wajahnya dengan jari - jarinya. "Saya takut nggak bisa lebih lama lagi mengendalikan perasaan saya ke Pak Bimo."

Bimo tampak diam. Belum ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Tatapannya pada Vira masih sama tajamnya seperti sebelumnya. Sementara kedua tangannya tampak mengepal kuat.

"Perasaan macam apa yang kamu maksud?" Bimo menggeram. "Langsung pada intinya saja, Vir. Saya nggak suka bertele - tele. Ini terlalu banyak membuang waktu saya."

"Saya mencintai Pak Bimo."

Nyaris tak ada reaksi apapun yang diberikan Bimo saat mendengar perkataan jujur dari sekretarisnya kecuali kepalan tangan yang semakin menguat. Ada rasa tak suka mendengar perempuan lain mengatakan hal itu selain istrinya? Sebelumnya, Bimo pernah mendengar Elsa mengatakan hal ini kepadanya. Wanita itu mencintainya, tapi reaksi yang diberikannya merupakan rasa tak percaya. Sementara saat ini? Rasa tak suka lah yang mendominasi.

"Kamu bilang apa?" Suara Bimo terdengar sangat sinis. Sebuah seringai juga muncul di sudut bibirnya. Semakin menunjukkan ketidaksukaannya kepada Vira.

Vira menunduk. Membiarkan air matanya kembali luruh. Maaf, Pak. Saya minta maaf. Tapi memang itu kenyataannya."

"Vira!" Bimo berteriak.

Vira memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya. Menatap mata seseorang yang mungkin tak akan pernah dirinya lihat kembali karena keputusannya. Keputusannya untuk pergi, menjauh dan membiarkan laki - laki yang dicintainya itu bahagia dengan kehidupannya.

"Saya tahu, saya salah. Tapi saya juga nggak bisa membohongi diri saya sendiri, kalau saya memang mencintai Bapak."

Brak

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang