BAGIAN LIMA PULUH DELAPAN

768 130 21
                                    

Yok yok ngaku siapa yang senyam senyum lihat bimo manis kaya kemaren?

Hayo tebak, bisa berapa lama Mas Bimo manis gitu ke Elsa?

Masih mau lanjut nggak nih?

Yuk ramaikan dulu yaaaaa. Jangan lupa vote dan Komen sebanyak - banyaknya yaaaaa

***

Berkat obat yang diberikan kepadanya, membuat Elsa akhirnya dapat beristirahat dengan tenang. Rasa sakit yang semula menyerang area perut, perlahan memudar. Membuat Elsa dapat tertidur dengan lelap, tanpa harus terbangun karena rasa sakit yang menyerangnya.

Terlebih saat pelukan hangat sang suami berhasil membawanya ke alam mimpi yang begitu indah. Terasa begitu hangat dan nyaman. Tampaknya, itulah obat yang sesungguhnya Elsa dan bayinya harapkan. Pelukan dari seseorang yang mereka cintai, Syahdan Bimo Rizaky.

"Kak, bangun dulu yuk..."

Samar - samar, Elsa mendengar sebuah suara yang begitu dirinya kenal. Tidurnya pun mulai terganggu. Bola mata yang semula terlihat tenang, kini terlihat menunjukkan gerakan - gerakan pelan.

"Dokter mau periksa kondisi lo dulu, Kak."

"Fre, Bimo mana?" Kalimat pertama yang akhirnya lolos dari bibir Elsa saat melihat sosok sang adik di depannya. "Dia kemana? Kenapa nggak ada?"

"Dia ada kok," jawab  Frean seadanya. "Cuma lagi keluar bentar," tambah Frean berusaha memberi penjelasan. "Sekarang lo  diperiksa dulu sama Dokter ya, Kak?"

Elsa pun mengangguk pelan. Membiarkan seorang dokter wanita yang didampingi dua orang perawat memeriksa kondisi tubuhnya.

"Perutnya masih terasa sakit, Bu Elsa?" tanya seorang dokter paruh baya bernama Widya tersebut.

"Se...dikit, Dok," jawab Elsa pelan. "Tapi sudah nggak seperti kemarin."

"Syukur, Alhamdulillah kalau gitu. Tekanan darahnya juga sudah mulai turun ya, Bu," ujar sang Dokter memberi tahu. "Cuma memang masih di atas batas normal. Jangan terlalu banyak pikiran ya, Bu. Hal itu tidak baik bagi kondisi ibu dan janin ibu."

Elsa menganggukkan kepala. "Tapi kondisi anak saya baik - baik saja 'kan, Dok?" tanya Elsa lagi dengan penuh harap. Walaupun dirinya sudah merasa lebih baik dari hari sebelumnya, tetap saja terselip kekhawatiran mengenai kondisi makhluk yang sedang bertumbuh di dalam perutnya itu.

"Alhamdulillah, si dedek adalah anak yanc kuat," jawab Dokter Widya setelah melihat catatan mengenai kondisi kesehatan Elsa yang diberikan salah satu perawatnya. Tangan Dokter Widya kemudian terulur ke arah perut Elsa dan mengusapnya lembut. "Dia tahu mama dan papanya sangat sayang dan mengharapkan dia, makanya dia berjuang sangat keras untuk tetap bertahan di dalam perut Bu Elsa."

Mendengar ucapan sang dokter, membuat hati Elsa terenyuh. Tatapannya kemudian tertuju ke arah perutnya, begitu pula salah satu tangannya yang tak terpasang infus pun ikut mengusap permukaan perutnya. Rasa haru itu membuat mata Elsa berkaca - kaca hingga tanpa sadar mengalir lah buliran hangat yang membasahi pipinya.

"Iya, Papa juga sayang kamu, Kak. Papa juga ingin kamu ada. Selalu kuat dalam perut Mama ya, Nak. Kami menantikan kamu, Kak,"   ucap Elsa di dalam hati.

Mengingat apa yang dilakukan Bimo terhadapnya tadi malam, membuat Elsa yakin bahwa Bimo juga mencintai anak mereka. Bagi Elsa, biarlah Bimo membenci dirinya. Asalkan Bimo bisa menerima dan mencintai anak mereka, itu sudah lebih cukup bagi Elsa.

Keinginan Elsa tak banyak, dia hanya ingin sang buah hati mendapatkan limpahan kasih sayang yang begitu berlimpah terutama dari ayahnya. Elsa tentu tak ingin, sang anak merasakan hal yang sama seperti dirinya yang tak dianggap sebagai anak oleh ayahnya, ya ayah tirinya.

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang