Masih pingin lanjut? Atau ah sudah lah, berhenti disini saja?
Mana suaranya?
Jangan lupa vote dan komennya yaa
Biar aku semangat.
Tau nggak, aku tuh semangat banget kalo ada yang komen hihihi
Apalagi komennya ngomentarin tokoh2 diceritakuu
Part ini, kita bahas masa lalu dulu ya...
Oiya, minta tolong dong ajak temen2 kalian baca cerita ini hehe...
Tag mereka ya, atau share juga boleh kok.
Please 🙏
***
Cup
Elsa langsung terperanjat. Tubuhnya terasa kaku untuk sekedar digerakan. Sementara detak jantunganya seakan berhenti mendadak kala sebuah kecupan hangat mendarat begitu sempurna di pipi kirinya. Hal itu jelas mengundang kekehan kecil dari seseorang di hadapan Elsa selaku si pemberi kecupan tersebut.
"Muka lo pucet banget, El," ucap laki - laki berusia dua puluh dua tahun itu. Tangannya kemudian terulur, menyingkirkan helaian rambut Elsa yang berantakan karena tertiup angin. "Tapi lo selalu cantik, semakin cantik."
"Nan, tapi muka lo nggak kalah pucet," balas Elsa berusaha setenang mungkin.
Laki - laki di hadapan Elsa itu mengangguk pelan, membenarkan ucapan Elsa mengenai dirinya. Orang tersebut adalah sahabat Elsa. Orang yang begitu mengenal dan dikenal Elsa, bahkan sejak keduanya masih sangat kecil - Arliandra Nando Gatara. Nando adalah orang yang baru saja menghadirkan sengatan di jantung Elsa karena sebuah kecupan singkat, tapi penuh makna.
Jika sebelumnya Elsa merasa jantungnya berhenti berdetak karena sebuah kecupan yang diberikan Nando di pipinya, kini yang Elsa rasakan adalah kebalikannya. Debaran di jantungnya terasa menguat. Tatapan teduh sepasang bola mata berwarna coklat itu menatap matanya. Terlebih saat tangan Nando yang semula menyingkirkan helaian rambutnya yang menutupi wajah, kini menarik tangan milik Elsa untuk digenggam.
"Gue gugup banget, El." Nando mengembuskan napasnya kasar, lalu terkekeh pelan. "Padahal gue udah latihan di depan si Bimo sama Dipta buat ngomong ini di depan lo, tapi rasanya tetep grogi juga ya."
Bukan hanya Nando, nyatanya kegugupan itu juga muncul dalam benak Elsa. Elsa lantas menggigit bibirnya pelan, berharap rasa gugup itu berkurang. Namun hasilnya nihil. Rasa gugupnya justru semakin menyerang.
"Mau ngomong apa, Nan?" tanya Elsa pelan. Jika sebelumnya Elsa masih berusaha santai, kali ini dirinya tak lagi sanggup. Elsa tak mampu menutupi juga kegugupan sekaligus rasa penasarannya.
Nando kembali meringis kecil. Berulang kali berusaha menetralkan debaran di dadanya dengan menarik napas dan mengembuskannya. Namun nyatanya, usahanya itu tak memberikan hasil yang signifikan. Bukannya mereda, debaran itu justru semakin riuh di dalam sana.
"Gue cinta sama lo, El." Pada akhirnya kalimat itu berhasil meluncur dari bibir Nando dalam satu tarikan napas. Sudah sejak lama Nando ingin mengutarakan perasaannya pada gadis yang berhasil mencuri seluruh perhatian dan cintanya, tetapi rasa takut akan patah hatinya selalu mengalahkanya. Hingga sebuah kejadian menjadi tamparan keras bagi Nando untuk mengungkapkan perasaannya pada Elsa, yaitu saat salah seorang junior Elsa mengungkapkan perasaannya terhadap Elsa secara terang - terangan di depan umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMUFLASE
RomanceThe story of Bimo & Elsa. Pernikahan Bimo dan Elsa terjadi karena sebuah perjodohan. Masing - masing memiliki rahasia yang menjadikan sebuah alasan, kenapa nenyetujui pernikahan yang semula tak terbayangkan. Bimo dengan rasa benci dan dendamnya te...