BAGIAN LIMA PULUH LIMA

2.1K 197 117
                                    

Mari kita berdoa bersama

Biar Elsa & Baby nya baik - baik aja ya

Biar Bimo segera tobat

Biar juga cerita ini cepat tamat wkwkwk

Yuk yuk mariiiii

***

"Elsa hamil, Bim?"

Bimo hanya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan sang mami dengan menganggukkan kepalanya kaku. Hari ini, tepat di ulang tahunnya yang ke tiga puluh tahun, Bimo mendapatkan banyak kejutan yang membuatnya cukup shock.

Ulang tahunnya kali ini berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya. Kejutan yang biasa dirinya dapatkan tak lebih dari sebuah pesta kejutan atau hadiah - hadiah berupa benda yang sedang inginkan. Namun, kali ini semuanya berbeda. Sepanjang hidupnya, baru kali ini Bimo mendapatkan kejutan yang nyaris mengganggu kewarasannya.

Bermula dari fakta mengenai kehamilan sang adik. Bahkan adiknya ingin menyingkirkan bayi tak berdosa yang belum jua diketahui siapa sosok laki - laki yang menjadi ayahnya. Tak cukup dengan kejutan tersebut, kondisi kesehatan sang papi yang menurun karena sang adik pun membuat Bimo semakin terguncang. Namun, Tuhan belum puas memberikan kejutan sebagai hadiah pada ulangtahunnya kali ini. Kejutan paling dahsyat Bimo terima beberapa saat lalu yaitu mengenai kehamilan sang istri yang ternyata sudah memasuki bulan ketiga.

"Alhamdulillah...." ucap Viani dengan senyum mengembang di bibirnya. Setidaknya dari serangkaian peristiwa buruk yang dirinya alami hari ini, ada sebuah kabar baik yang akhirnya diterima olehnya. "Selamat, Nak. Selamat ya calon ayah."

Deg

Bimo hanya mampu terdiam sembari menatap sang mami. Ada binar kebahagiaan yang tampak pada wajah sembab Viani setelah beberapa jam terakhir  menangis. Sungguh, Bimo masih belum tahu bagaimana harus bereaksi. Dia masih cukup shock dengan fakta mengenai istrinya yang mengandung. Lengkap dengan kondisi Elsa dan bayinya yang tidak baik - baik saja.

Shit!

Bimo tiba - tiba memaki dirinya sendiri kala mengingat wajah kesakitan Elsa. Terlebih saat menyadari ada darah yang mengalir pada bagian bawah tubuh sang istri. Saat melihat itu, Bimo yakin bahwa Elsa tidak baik - baik saja.

Suara rintihan Elsa bahkan terus terngiang di telinganya. Bimo jelas tak akan mampu melupakan kalimat permohonan yang diucapkan Elsa kepadanya.

"Bim, selametin dia. Gue mohon."

"Kak?" Viani mengusap lembut pundak sang putra. "Kamu kenapa?"

Sampai saat ini, belum ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Laki - laki yang baru mengetahui jika dirinya menjadi akan menjadi ayah beberapa bulan ke depan itu hanya menjawab pertanyaan maminya dengan gerakan kepala. Mengangguk atau menggeleng.

"Kata Dokter, kondisi Elsa gimana?" Viani jelas merasa khawatir sekaligus penasaran. Hingga detik ini, dia pun belum dapat melihat kondisi sang menantu. Saat diberi kabar mengenai kondisi Elsa, menantunya itu juga sudah dalam kondisi tidak sadar hingga akhirnya di bawa ke dalam ruang perawatan. Viani pun belum sempat mengunjungi Elsa karena sang suami yang juga sedang melakukan CT Scan.

"Elsa...harus bedrest." Pada akhirnya, bibirnya berhasil meluncurkan sebuah kalimat. Suaranya terdengar lirih. Hatinya masih saja gamang dengan situasi yang terjadi saat ini. "Kandungannya memang selamat, tapi kondisi Elsa dan..." Bimo menelan ludahnya kasar. "Dan bayi itu sangat rentan."

KAMUFLASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang